Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri purwokerto. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Travelling bersama Balita: Tips dan Trik

3 komentar
Bagi sebagian orang, jalan-jalan bersama balita itu hanya bagaikan mengasuh balita tetapi pindah tempat. Padahal kita bisa memanajemen perjalanan supaya berpelesir bersama balita menjadi suatu hal yang menyenangkan. Setidaknya meminimalisir kerepotan yang akan dihadapi. Terutama jika hanya berdua saja tanpa bantuan suami.

travelling bersama balita
Sepanjang tahun 2018, saya memiliki cukup banyak pengalaman berwisata hanya berdua dengan Hasan, anak pertama kami. Di tahun itu suami mendapat tugas stase luar kota, yakni: Purwokerto, Jombang, Jogja-Klaten dan Chiang Mai selama 1 bulan untuk masing-masing kota. Saya dan Hasan juga turut serta, hanya stase Banyumas yang kami tidak ikut. Saat itu Hasan baru berusia 2.5-3.5 tahun. Karena pada dasarnya suami disana bekerja, otomatis waktu luang bertiga untuk jalan-jalan hanya akhir pekan. Itu pun belum tentu. Sabtu dan Minggu juga harus visit pasien. Cuma stase Klaten dan Chiang Mai saja yang sabtu-minggu benar-benar kosong. Otomatis waktu wisata bersama sangat amat terbatas.

Dengan hanya keluar rumah 2-3 hari di hari kerja selama sebulan benar-benar membuat kami bisa mengekspolorasi tempat-tempat wisata menarik suatu kota. Mungkin sekitar 80-90% dari tempat-tempat yang kami minati. Biasanya waktu berpelesir hanya sampai jam makan siang. Kenapa hanya sampai jam makan siang? Dalam rangka berhemat! Hehe. Saya malas membeli makan siang khusus untuk Hasan, apalagi jika kuliner yang hendak saya jajal bercita rasa pedas, membuat tidak bisa berbagi piring. Dibanding mahal beli menu lain, mending pulang dan makan siang menu yang sudah saya masak sebelum berangkat.

Baca tentang Perjalanan di Purwokerto
Baca tentang Perjalanan di Chiang Mai

Sebagai introver dan penjelajah tipe perkotaan, mengeksplorasi kota-kota ini sangat amat menyenangkan bagi saya. Tidak hanya untuk saya, tapi bagi Hasan. Ia bisa mendapat pengalaman-pengalaman baru di tempat baru dengan pengalaman yang belum pernah didapatkan di Jakarta, kota kami tinggal. Bergerak hanya berdua bersama Hasan di hari kerja benar-benar suatu kegiatan untuk kami. Sebagai ibu beranak satu pada saat itu, berjalan bersama Hasan adalah "the new introvert thingy". Alhamdulillah dikaruniai anak yang tidak rewel diajak wisata. Eksplorasi yang kami lakukan adalah wisata museum, wisata kuliner, eksplorasi pusat perbelanjaan, kunjungan taman dan tempat-tempat edukasi, berpergian menggunakan transportasi umum hingga berjalan-jalan santai di trotoar tengah kota. Karena keterbatasan waktu, biasanya kami berdua mengunjungi tempat wisata dan kuliner yang tidak begitu diminati suami. Wisata bersama suami dilakukan pada akhir pekan, biasanya wisata alam atau tempat yang relatif agak jauh. Pokoknya yang amat sayang jika tidak dikunjungi bertiga.

Sebelum berpelesir berdua di tengah kota, saya dan Hasan sering berpergian berdua selama di Jakarta tanpa bantuan. Ke mal, belanja, ataupun ke restoran. Bedanya, tempat yang kami kunjungi di Jakarta tempat yang familiar dan sering kali tanpa perencanaan sebelumnya. Beda dengan kota baru yang benar-benar harus mempelajari peta dan melakukan perencanaan matang. Sering saya mendapat saran agar membawa turut serta asisten rumah tangga (waktu itu ada ART yang bekerja) saat bepergian berdua. Entahlah, saya merasa tidak nyaman saja. Saya jadi seperti kehilangan momen kesendirian.

Bagaimana tips dan trik agar nyaman bepelesir berdua hanya dengan balita tanpa bantuan suami? Yuk simak tips dibawah ini!

1. Kenali Anak dengan baik

Tiap anak itu unik, meski lahir dari rahim yang sama, anak pertama dan kedua bisa memiliki karakteristik yang berbeda bagai air dan api. Hasan anak yang tidak rewel, bisa dibilang Hasan itu salah satu rekan pelesiran terbaik. Berpergian bersama tidak berasa bawa beban, lebih seperti pendamping hanya lebih kecil dengan kecepatan jalan lebih rendah dari orang dewasa. Salah satu permasalahan Hasan adalah ia cukup sulit jika harus makan di luar rumah hingga usia 3 tahun. Inilah alasan utama kenapa saya kerap memilih memberi Hasan makan siang di rumah. Minim drama.

Kenali fisik anak. Apakah ia kuat berjalan jauh, apakah dia gampang rewel. Kalau rewel, bagaimana menyiasatinya. Hasan dikaruniai fisik yang cukup kuat, pada usia 2.5 tahun ia sudah bisa jalan hingga 1 kilometer. 3 tahun bisa 1.3 kilometer. Hasan sendiri tipe anak tidak rewel dan malas ngemil, jadi biasanya saya cuma bawa kudapan seadanya serta air minum.

Baca juga: Traveliving, travel sebulan

Sebagai contoh, Saat di Chiang Mai saya hendak keluar rumah hanya untuk menukar uang di tempat penukaran. Jarak terukur sekitar 1 km dengan menggunakan Google Map. Berhubung itu adalah jarak yang masih ideal untuk Hasan berjalan kaki, saya memutuskan membawa Hasan turut serta dengan berjalan kaki. Hasan tidak menggunakan stroller pada saat itu karena trotoar Chiang Mai yang kecil dan berundak, hanya membuat mendorong stroller lebih berat.

2. Kenali Diri dengan Baik

Selain mengenal anak, kita juga harus mengenal diri sendiri dengan baik. Apakah fisik kita cukup kuat untuk melakukan perjalanan yang hendak dilakukan. Menggunakan pakaian, tas dan alas kaki yang nyaman juga tidak kalah penting, apalagi untuk perjalanan yang jauh.

Saat saya hendak berbelanja relatif banyak ke supermarket besar di Chiang Mai, Jarak Google Map sih kurang dari 1 km yang merupakan jarak ideal untuk Hasan berjalan kaki sendiri. Tapi berhubung barang bawaan akan sangat banyak dan akan membebani saya berjalan kembali 1 km kurang ke tempat tinggal, saya memilih membawa stroller meski trotoar sempit dan jalan berundak. Sepulang dari supermarket, apakah Hasan naik stroller atau berjalan tergantung banyak dan beratnya barang belanjaan. Saya menggunakan stroller Aprica Karoon, stroller yang ringan dengan dimensi relatif kecil, cocok untuk perjalanan di jalan-jalan Asia yang tidak ramah stroller. Sangat cocok juga untuk berpelesir. Belanjaan biasanya saya masukkan ke kantong bawah dudukan (muatan kecil) dan digantung di pegangan stroller. Kalau barang belanjaan sangat banyak dan besar, saya memilih menaruh barang di dudukan stroller dan menyuruh Hasan berjalan. Menggantungkan barang sedemikan berat dan besar di stroller hanya akan merusak stroller, cepat atau lambat.
travelling bersama balita
Menggunakan carrier bagi saya pada saat itu bukan lah opsi, selain Hasan sangat betah naik stroller, saya juga sedang hamil 4 bulan. Waktu itu saya juga belum mengenal gendongan semacam Onbuhimo dan woven wrap yang bisa membawa anak tanpa harus melilitkan melalui perut.
travelling bersama balita

3. Rencanakan Perjalanan dengan Detail

Merencanakan perjalanan saat berpelesir seorang diri adalah penting.
Merencanakan perjalanan saat berpelesir berdua dengan balita adalah amat penting.
Merencanakan perjalanan saat berpelesir berdua dengan balita dengan angkutan umum adalah sangat penting.

Saya memiliki hobi berpelesir di kota yang hendak dikunjungi melalui aplikasi Google Maps sejak jauh-jauh hari. Entah terlalu semangat atau penuh persiapan. Setidaknya, saat saya menerima info akan pergi, saat itu jari saya akan mengetuk Google Maps pada gawai. Dengan menjelajah Google Maps, saya merasa kota baru tersebut menjadi lebih familiar. Tidak hanya melihat jalan, tetapi juga menggunakan fitur Google View. Saya bergerilya mencari tahu lokasi suami bekerja, lokasi tempat tinggal potensial, supermarket, pasar, tempat wisata, taman, restoran, kafe, dan sebagainya.

Saat mengikuti stase Klaten (kami tinggal di Yogya, lebih tepatnya seberang Bandara Adi Sucipto), kami berencana berpelesir ke Solo di akhir pekan. Karena tiba-tiba suami harus masuk ke RSUD Klaten dahulu pagi hari, saya berencana untuk pergi duluan bersama Hasan agar bisa berwisata  sembari menunggu kedatangan suami. Menggunakan Kereta Api Prambanan Express (Prameks) adalah satu-satunya opsi. Prameks ini mirip-mirip KRL lah, menghubungkan Kota Solo, Yogyakarta, dan Kutosari. Tidak ada tiket kursi, hanya tiket naik. Nanti kami akan bertemu suami di penginapan di Solo yang sudah kami reservasi sebelumnya. Suami ke Solo menggunakan mobil pribadi setelah membereskan urusannya di Klaten. Perencanaan matang dimulai dari sini.
travelling bersama balita
sumber: goodnewsfromindonesia.id
Saya melihat jadwal Prameks menggunakan daring, setelah memutuskan jam keberangkatan, saya mengestimasi waktu kosong sebelum bertemu suami di penginapan. Kemudian melalui Google Maps, saya melihat objek wisata apa saja antara stasiun Purwosari (penginapan kami lebih dekat ke stasiun ini ketimbang Solo Balapan) dan penginapan. Karena tidak bersama suami, otomastis objek wisata yang hendak kami datangi adalah objek wisata yang kurang diminati, atau dengan kata lain objek wisata yang apabila tidak didatangi oleh suami, yang bersangkutan tidak berkeberatan. Akhirnya pilihan jatuh kepada Museum Radya Pustaka, Museum Pers dan Paragon Mall. Paragon Mall bukan buat wisata sebenarnya, tapi tempat singgah kami mencari makan siang :D.
travelling bersama balita
Pekerjaan berikutnya adalah mengukur jarak. Naik apa? Bawa Stroller atau tidak? Karena tahu akan naik Prameks, sudah pasti saya tidak membawa stroller. Kami naik Prameks di Stasiun Maguwo, yaitu stasiun terluar kota Yogyakarta sebelum berangkat menuju di Klaten dan Solo. Sudah hampir pasti kereta sudah terjejali oleh penumpang-penumpang dari stasiun sebelumnya, ditambah lagi itu adalah hari Sabtu. Betul saja, saya dan Hasan cuma dapat jatah berdiri haha. Beruntung kami, saat Hasan minta duduk dan saya berjongkok agar ia bisa duduk, ada seorang bapak baik hati menawarkan tempat duduknya kepada kami. Alhamdulillah, kami bisa duduk sampai tujuan, padahal saya sudah menyiapkan mental untuk terus berdiri selama hampir sejam 😆.

Saya mengukur jarak Stasiun Purwosari ke Museum Radya Pustaka hampir 2 km, jarak yang lumayan jauh, apalagi Hasan sudah menempuh perjalanan kereta dahulu. Kami memutuskan menggunakan Grab car. Jarak Museum Radya Pustaka menuju Museum Pers hanya  750m, berjalan kaki adalah pilihan yang baik bagi kami. Terakhir jarak Museum Pers menuju Paragon Mall hanya 1 km, baiklah kami jalan kaki saja. Tapi tunggu, ternyata jalur tersebut dilalui oleh Bus Trans Batik Solo. Baiklah, kami menggunakan opsi naik bus saja. Lumayan kan, sekali jalan bisa merasakan naik Grab, jalan kaki, dan bus umum :D. Jarak Paragon Mall menuju penginapan anggap saja tidak dihitung, karena jaraknya hanya 200m!

Jika memiliki mobil yang bisa digunakan saat berpelesir, misalnya mobil sendiri atau mobil sewa, perencanaan perjalanan tidak sepanjang jika harus menggunakan kendaraan umum. Seperti saat kami di Purwokerto. Alhamdulillah kami mendapatkan pinjaman mobil. Mau kemanapun, kafe, warung, pusat perbelanjaan, hingga pasar tidak harus berpikir panjang. Tinggal siapkan diri dan naik mobil. Di Yogya kami juga menggunakan mobil pribadi yang di(bantu di)bawa dari Jakarta. Karena jika ingin berpelesir harus antar jemput suami ke Klaten, terkadang saya memilih menggunakan angkutan umum saja. Bisa menggunakan grab/gocar, Trans Jogja, ataupun berjalan kaki.

Mungkin banyak yang bertanya, kenapa tidak menggunakan grab/gocar saja, kan praktis dan anti ribet. masalahnya, rata-rata dalam sekali perjalan saya bisa mengunjungi 2-4 tempat. Bisa dibayangkan, berapa ongkos yang saya habiskan untuk perjalanan sehari. dalam 1 minggu, saya bisa keluar 3 hari kerja (akhir pekan pergi bersama suami, tentu menggunakan mobil pribadi). Betul, alasan saya merencanakan moda perjalanan sedemikian detailnya adalah untuk alasan penghematan. Saya berusaha mengoptimalisasi kemampuan fisik kami dan biaya semaksimal mungkin. Oleh karena itu, memperhitungkan rute-rute yang dikunjungi sekali jalan dengan sangat detail menjadi penting. Biaya minimal, usaha maksimal, wisata maksimal!

Saat saya berada di Chiang Mai, suami sempat harus melakukan perjalanan dinas selama 4 hari ke Phuket. Saya dan Hasan hanya berdua tanpa keluarga dan kendaraan di negara asing. Saat itu sedang tanggal merah dan libur panjang memperingati kematian Raja Bhumibol Adulyadej (Rama IX) di Thailand. Suasana libur ;anjang begini sayang sekali untuk dilewatkan hanya di tempat penginapan, padahal minggu depannya kami harus kembali ke Indonesia. Oleh karena itu saya dan Hasan melakukan perjalanan panjang di hari Sabtu.

Merencanakan perjalanan menggunakan angkutan umum di Chiang Mai rumit nan menantang. Angkutan termurah dan terfleksibel, Songthaew (semacam angkot) cukup mahal, yakni 10-15 ribu sekali jalan, sementara kali ingin mengunjungi 3 tempat saat itu. Akhirnya saya mendapat benang biru dengan cara naik songthaew sampai Chiang Mai University, naik Bus umum ke Central Festival Mall, naik free shuttle dan berjalan kaki ke Pasar Malam Sabtu, dan pulang menggunakan Songthaew. Berangkat pagi pulang malam. Bayangkan! Perjalanan sepanjang itu pada akhirnya hanya menghabiskan ongkos transpor 35 ribu saja. 2 kali naik songthaew (30 ribu) dan 1 kali naik bus umum (5 ribu). Anak-anak tidak dihitung. Lumayan sekali kan!
travelling bersama balita
Free Shuttle Van yang menghubungkan Central Mall
Baca Menggunakan Transportasi Umum di Chiang Mai

3. Fleksibel

Karena kita sedang membawa makhluk kecil yang terkadang muncul keinginan dan kelakuan random, dari awal kita harus memiliki pola pikir bahwa apa yang dilakukan tidak harus tepat 100% dengan apa yang direncanakan. Perlu ada penyesuaian yang harus dikerjakan di tengah jalan. Kecepatan pengambilan keputusan juga penting demi kenyamanan bersama.

Pada perjalanan yang terakhir saya ceritakan di atas, sebenarnya itu bukanlah rencana awal. Rencana awal saya adalah wisata kampus Chiang Mai University, belanja sesuatu di Central Mall, kemudian pulang untuk makan siang. Ternyata keseluruhannya memakan banyak waktu. Wisata kampus menggunakan mobil elektrik harus mengantri 1 giliran dulu hingga perjalanan bus umum yang memakan waktu 1,5 jam! Saya agak kurang perhitungan sih yang ini, jarak Chiang Mai University ke Central Mall benar-benar dari ujung ke ujung. Selain itu harus melewati jalur terminal bus dahulu. Kebayangkan macetnya! Saya tidak bawa stroller pada perjalanan kali ini, soalnya wisata kampus pakai mobil elektrik dan bisa meminjam stroller kalau dibutuhkan di mall. Saat perjalanan di bus, saya memutar otak. Hasan saya pangku (demi cuma bayar 1 tiket!😝) dan alhamdulillah ia bisa tidur siang selama perjalanan. Kemudian saya memproyeksikan kami makan siang dan shalat jamak Zuhur-Ashar di Central Mall. Sebelumnya kami pernah kesana sekali saat orang tua saya berkunjung, jadi sudah tahu bahwa ada satu kantin halal di food court dan ada mushola. Karena terlanjur pasti akan sampai sore disana, akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke pasar malam sabtu (Wua Lai Night Market) setelahnya karena ada yang hendak dibeli. Naik shuttle van yang saya tahu gratis. Saya mengambil brosur jadwal keberangkatan di meja depan. Kemudian sembari menunggu Hasan bermain bersama bocah-bocah Chiang Mai di playground, saya memutar otak mencari jalur van yang mengarah ke pasar malam. Akhirnya saya memutuskan mengambil jadwal keberangkatan 16.20 rute 3: Old City Road
travelling bersama balita
Jadwal free shuttle
Alhamdulillah, sesampai kami di terminal shuttle, van belum berangkat dan kami tidak menunggu lama sebelum berangkat. Selama perjalanan saya kembali menjelajah Google Map untuk mencari tahu titik pemberhentian mana yang terdekat dengan pasar malam. Akhirnya saya memutuskan turun di U Hotel. Menurut Google Map, kami tinggal jalan ke selatan sedikit dan voila, sampailah kami di Pasar Malam. Eh, ternyata turis-turis bule yang duduk di depan kami juga ingin melanjutkan ke pasar malam, mereka bertanya ke Supir dan supir membenarkan untuk berhenti di U hotel. Ya sudahlah, tidak ada yang sia-sia 😏. Di Chiang Mai bawaannya memang agak malas bertanya-tanya mengingat sedikit sekali yang tanggap Bahasa Inggris.

Itu adalah kali ketiganya kami ke Pasar Malam Sabtu. Pertama bertiga bersama suami dan kedua ramai-ramai saat kunjungan orang tua. Saya sudah mengetahui bahwa banyak stand makanan halal. Karena Hasan suka martabak cokelatnya, saya membelikan Hasan itu untuk makan malam. Sementara saya pesan mi goreng di stand dekatnya. Setelah barang terbeli dan perut kenyang, kami pulang menggunakan songthaew. Karena sudah pengalaman naik dan menawar songthaew dari sini, it's piece of cake! 😎

travelling bersama balita

Travelling bersama Balita, kenapa tidak?

Setelah berkali-kali hilir mudik hanya bersama Hasan, berpelesir berdua bersama balita sangatlah menyenangkan. Perjalanan bersama balita bisa sama-sama menyenangkan baik bagi orang tua dan anak apabila disertai dengan perencanaan yang baik, meski dituntut memiliki kefleksibelan tinggi yang diambil dengan keputusan tepat dan cermat. Rekan jalannya kooperatif dan tidak rewel. Saya sama sekali tidak kapok. Sayangnya, setelah mengakhiri tahun 2018, kami tidak ada jadwal berpelesir bersama lagi :). 3 April 2019 saya melahirkan anak kedua kami, Bilqis. Jadi otomatis berakhir sudah berpelesir berdua (dan bertiga bersama suami). Setelah itu saya berniat menulis tentang berpelesir bertiga bersama bayi dan balita. Tapi entahlah, di situasi pandemi ini, akankah ada perjalanan lagi? 😮

Halo, Target Blogging 2019!

3 komentar
Tak terasa, kita sudah hampir sampai di penghujung tahun. Meskipun saya orangnya bukan tahunan yang sering memperhitungkan akhir atau awal tahun, rasa-rasanya akhir tahun ini banyak yang patut disyukuri. Ada keinginan yang sudah tercapai, ada yang sedang di jalan pencapaian dam ada juga kekecewaan.

Bagaimana soal urusan blogging?

Kilas Balik

Bagi saya yang blog nya sempat mati suri lama, tahun 2018 ini merupakan suatu momentum yang besar sekali untuk blog saya. Saya memiliki 3 blog. Pertama blog ini, kedua blog berbahasa Inggris, dan ketiga web untuk proyek carseat saya.

Tulisan pertama untuk tahun 2018 setelah tulisan terakhir di bulan Mei 2016 di blog saya yang ini ada di bulan Maret. Tercatat ada satu tulisan di bulan Maret karena saya iseng mengikuti tantangan artikel blog dari byputy dan mamamolilo. Pada bulan Mei tercatat ada 6 tulisan, kesemuanya tentang perjalanan ke Purwokerto karena sepulang saya dari sana bulan Januari, saya berkomitmen untuk mendokumentasikan semua perjalanan saya. Itu pun dari janji diselesaikan Februari malah baru dikejerkan bulan Mei. 

Semenjak Agustus, saya berkenalan dengan komunitas online 1m1c, atau 1 minggu 1 cerita. Menurut saya ini adalah komunitas blogging yang santai sekali, karena setelah bergabung kita harus menulis blog cukup seminggu sekali. Kita baru dikeluarkan dari grup WA apabila bolos tidak setor selama 6 minggu berturut-turut. Temanya pun seringnya bebas dengan frekuensi sesekali menggunakan tema yang ditentukan. Suatu komunitas blogging yang santai sekali bukan, mendorong kita untuk rutin menulis blog, meskipun untuk yang sibuk sekalipun.

Pada bulan November, saya mencoba mengikuti tantangan blogging tiap hari selama 30 hari berturut-turut menggunakan tema yang ditentukan yang diadakan oleh Blogger Perempuan. Maka, terhitung tantangan di mulai, saya rutin tiap hari menulis di blog ini, hanya 1 tulisan yang saya tulis di blog berbahasa Inggris saya. Sebenarnya saya pernah mengikuti tantangan blogging menulis tiap hari selama 99 hari dengan tema yang tidak ditentukan pada tahun 2016. Berbeda dengan tantangan tempo lalu, tantangan kali ini saya menulis lebih serius dan panjang karena ada ketentuan tiap tulisan minimal 300 kata. Tantangan tempo lalu banyak tulisan yang saya tulis dengan tulisan super singkat. Dan hari ini adalah hari terakhir. Saya bangga dengan diri saya karena dapat memenuhi tantangan meski bagaimana pun keadaannya. Sebagai contoh, seminggu terakhir ini saya tidak ada laptop untuk menulis. Platform blog saya adalah blogger, yang mana tidak memiliki aplikasi di gawai maupun tablet. Menulis melalui peramban gawai juga sulit setengah mati karena jika tulisan panjang tidak bisa digulir layarnya. Tetapi berbekal kengototan, menulis di peramban akhirnya tidak menjadi masalah meski memakan waktu lama dan kerap kali banyak salah tulis yang saya lakukan.

Pada akhir tahun ini saya juga mulai mencoba mengikuti kompetisi blog yang temanya menarik bagi saya. Saya yang idealis ini sebenarnya tidak menjadikan hadiah sebagai orientasi akhir, tapi saya lebih menekankan kepada bersenang-senang dan menulis dengan serius. Hadiah adalah dampak akhirnya. Karena itu, saya menulis apa yang ingin saya tulis. Saya menulis tulisan yang temanya menarik dan sesuai minat saya. Terhitung bulan ini, saya sudah mengikuti 3 lomba. Kompetisi pertama alhamdulillah termasuk tulisan yang terpilih. Tulisannya bisa dibaca disini. 2 kompetisi terakhir baru akan diumumkan di awal Januari. Saya merasa bersemangat mengerjakan karena saya menemukan kesenangan dalam menuliskannya.

Target 2019

Karena saya sedang dalam tahap menikmati, rasanya membuat target blogging 2019 tidak begitu sulit karena semangat blogging itu masih menyala. Target saya yang mengelola ketiga blog yang saya punya itu. Blog berbahasa Indonesia ini alhamdulillah sudah dijalankan, saatnya mengaktifkan kembali blog berbahasa Inggris dan tulisan proyek carseat. Jika dijabarkan, kira-kira begini target saya.

1. Membeli domain pada blog

Setelah rendahnya motivasi menyiapkan dana untuk membeli domain, akhirnya saya mendorong diri saya sendiri untuk membeli domain pada dua blog saya: blog berbahasa Indonesia dan proyek carseat saya. Saya benar-benar baru tahu kalau ternyata harga domain tidak semahal itu, hanya berkisar seratus ribuan per tahun-nya. Sebenarnya, dengan menginvestasikan sebuah hobi dengan uang, secara tidak langsung membuat diri kita serius dan memiliki komitmen untuk tidak menyia-nyiakan uang yang sudah dikeluarkan. Saya kira ini adalah sebuah langkah awal untuk mendukung keseriusan dan komitmen

2. Tetap rutin menulis di blog berbahasa Indonesia

Tentu saja, kenapa saya harus usai menulis saat tantangan selesai. Saya akan rutin menulis dan menyelesaikan semua konsep tulisan (draft) yang sudah tersimpan. Tiap saya melakukan perjalanan atau liburan, saya berniat untuk rutin menuliskannya, tidak menunda atau malas-malasan seperti dulu. Padahal sepanjang tahun 2018 ini saya banyak melancong ke luar kota, artinya banyak pengalaman yang bisa digubah menjadi tulisan. Selain itu, belakangan ini saya juga terobsesi untuk memperbaiki gaya berbahasa saya pada tulisan. Saya ingin menggunakan bahasa baku untuk kesemuanya dan mulai menghilangkan istilah-istilah bahasa Inggris. Saya sangat terinspirasi dengan kicauan uda Ivan Lanin soal mengapa harus berbahasa Inggris padahal di Indonesia sudah ada mulai ada padanannya. Rencana blogging saya untuk blog berbahasa Indonesia adalah minimal seminggu sekali.

3. Mulai rutin menulis di blog berbahasa Inggris

Karena saya mulai terobsesi dengan berbahasa yang baik, tidak dipungkiri saya pun ingin berbahasa Inggris yang baik pula pada tulisan. Dengan jauh bertambahnya buku bacaan yang saya baca tahun ini, tidak terkecuali buku berbahasa Inggris, saya semakin ingin meningkatkan kualitas bahasan tulisan saya. Karena bagi saya, logika bahasa penulisan Indonesia dan Inggris sangat berbeda. Lancar menulis bahasa Indonesia bukan berarti lancar menulis bahasa Inggris. Sebagai contoh, pada tantangan blogger perempuan kali ini saya menulis 1 tulisan di blog berbahasa Inggris. Bayangkan, tulisan terakhir saya ada di Mei 2016! Padahal tulisan dengan topik ringan, tetapi sulit sekali saya menulis. Seperti tidak lancar di pikiran dan di ujung jari-jemari saya. Rasanya berbeda sekali dengan berbicara. Lama tidak berbicara Inggris, saya masih bisa dipuji oleh native yang berasal dari Amerika, Inggris dan Australia (ehem) meski rasanya banyak kosakata yang hilang. Sementara lama tidak menulis, membuat bagian otak saya gelap. Hal ini memperkuat keinginan saya untuk rutin menulis blog berbahasa Inggris dengan frekuensi minimal sebulan dua kali. Demi menghasilkan tulisan berkualitas.

4. Rutin mengurus proyek situs tulisan mengenai carseat dan keselamatan anak

Ini juga menjadi pekerjaan rumah terbesar saya. Tulisan saya disana hanya ada 2 ulasan terbit dan 1 draft mengenai ulasan carseat. Tampilan situs juga masih acak-acakan. Saya akan memulai dengan membeli domain sebagai awal ikatan komitmen saya. Selain itu, seorang rekan dari komunitas mengajak saya bekerja sama untuk membuat konten. Meski ia setuju untuk bayar setengah-nya, bagi saya setengah bagian totalnya tetap merupakan uang yang lumayan besar. Tapi tidak mengapa, artinya dengan mengeluarkan uang sebesar itu ditambah saya jadi "terpaksa" membuat konten, terbuka peluang untuk rutin menulis berdasarkan ajakan dari rekan saya itu. Hal ini cukup membuat saya bersemangat. Bersemangat akan menyambut peluang yang akan datang.

5. Tetap mengikuti kompetisi blog yang menarik

Yang membuat saya kehilangan setelah saya berhenti bekerja adalah adrenalin. Adrenalin saya bekerja dengan mengikuti kompetisi blog. Saat menyusun jadwal penulisan karena dikejar tenggat waktu, saat menulisnya dan saat menunggu pengumuman. Menyenangkan sekali rasanya. Adrenalin membuat saya bahagia untuk menunaikan tugas sehari-hari saya dirumah.

Dari semua target blogging yang saya buat ini, ada satu hal yang harus saya sadari. Batas toleransi harus dibuat karena Insya Allah di kuartal awal tahun 2019 saya akan melahirkan anak kedua saya. Artinya saya akan bertambah sibuk dan tidak akan memiliki waktu menulis sebanyak sekarang.

Semoga tahun 2019 bisa berjalan sesuai rencana dan lancar-lancar saja ya! 😊

5 Jajanan Indonesia Warisan Kolonial

39 komentar

Berbicara soal jajanan Indonesia, saya teringat pikiran random saya tempo lalu. 

“Kok di Vietnam yang negeri Beras bisa-bisanya ada makanan khas berupa Baguette dengan isian acar sayur?”, ujar saya dalam hati sembari mengunyah dan memandang Banh Mi di tangan saya.

jajanan indonesia

Banh Mi adalah hasil dari sejarah modern Vietnam. Makanan (khas asli Vietnam) yang mendunia ini ternyata adalah bukanlah kreasi asli masyarakat Vietnam. Banh mi terdiri dari roti Baguette yang berisi acar sayuran dan dilengkapi dengan daging ayam atau sapi.

Baguette sendiri adalah roti berukuran panjang layaknya roti Hot Dog yang sering menjadi santapan orang bule, lebih tepatnya Prancis.

Tahukah kamu kalau Banh mi sendiri adalah hasil dari arogansi superioritas Prancis sebagai negara penjajah Vietnam? Masyarakat Vietnam didoktrin untuk tidak mengubah makanan Prancis hanya karena mereka tidak cukup layak untuk menyantap makanan yang sama dengan majikannya.

Ternyata, Indonesia pun memiliki problematika serupa. Banyak jajanan tradisional yang merupakan serapan dari makanan khas penjajahnya, yaitu Belanda. Tidak hanya masakan, tetapi juga camilan. Adalah mustahil rasanya jika tidak ada akulturasi makanan terjadi setelah selama tiga setengah abad Belanda bercokol di Indonesia. Masa penjajahan Belanda membawa pengaruh dalam budaya dan kuliner Indonesia sehingga tidak mengherankan bahwa ada jajanan Indonesia yang lekat dengan keseharian kita ternyata adalah hasil akulturasi dengan makanan penjajah.

Pada perjalanannya, sebuah kuliner dapat berubah dari resep aslinya karena menyesuaikan dengan kondisi, ketersediaan bahan, lidah, dan kebiasaan.

Bagaimana sejarah jajanan khas Indonesia yang ternyata merupakan akulturasi antara penjajah dan yang dijajah?

1. Kroket

jajanan indonesia

Setiap saya menonton acara masak-masak di TV, saya suka berkata di dalam hati, “wah, kok sering banget ya kontestan masak kroket?”

Kroket merupakan jajanan Indonesia yang sering ditemui di jalanan. Cemilan berupa kentang yang dihaluskan dan diisi dengan aneka sayuran, ragout, dan daging cincang ini ternyata juga bukan cemilan khas Indonesia. Cemilan Indonesia ini hasil akulturasi makanan dari Belanda. Layaknya di Indonesia, Kroket di Negara kincir angin juga merupakan jajanan pasar.

Namun, ternyata kroket pun juga bukan asli Belanda, lho! Jadi bagaimana sejarah jajanan Indonesia ini?

Resep kroket di Perancis sudah muncul sejak tahun 1691, sementara resep kroket di Belanda baru muncul pada tahun 1830-an.

Semua bermula dari seorang koki mencoba menyajikan sajian yang sekarang dikenal kroket itu kepada Raja Louis XIV. Ternyata raja malah menyukainya! Kroket berasal dari bahasa Prancis croquer yang artinya renyah. Resep asli kroket di Prancis menggunakan isian ragut seperti truffle, krim keju dan daging. Kemudian, kroket dibawa ke berbagai negara Eropa sehingga kroket juga terkenal di Belanda. Awalnya, kroket di Belanda terbuat dari ragout daging mengenyangkan sehingga disajikan sebagai lauk utama. Namun, terjadi kelangkaan makanan terutama daging saat perang dunia ke-2 meletus. Pada saat itu komoditas yang banyak tersedia adalah kentang sehinga kroket dikreasikan menjadi makanan ringan dengan komposisi paling banyak kentang dan sedikit daging.

Kini kroket menjadi makanan yang banyak ditemui di seluruh penjuru dunia dengan berbagai versi masing-masing negara. Bahkan ada juga versi nusantara yang menjadi jajanan Indonesia.

Kroket isian apa yang menjadi favoritmu?


2. Perkedel

jajanan indonesia

Semua masyarakat Indonesia tidak asing dengan perkedel. Bagaimanakah sejarah jajanan khas Indonesia ini?

Perkedel juga termasuk cemilan khas Indonesia yang tidak asing ditemui sebagai sampingan berbagai masakan daerah, misalnya pada sop, soto, tumpeng. Tidak hanya disediakan berdampingan dengan lauk utama, perkedel juga kerap disajikan sendirian sebagai cemilan utama jajanan Indonesia

Perkedel yang kita kenal adalah kentang matang yang dipadatkan dan kemudian dibalut telur sebelum digoreng. Jika kentang adalah bahan utama perkedel di Indonesia, ternyata bahan utama perkedel aslinya adalah daging cincang tanpa kentang sama sekali!

Perkedel berasal dari Bahasa Belanda, yaitu Frikadel. Pada Perang Dunia ke-2, warga Belanda mengalami kesulitan pangan termasuk mahalnya harga daging. Karena kentang melimpah, akhirnya muncullah Frikadel versi kentang dengan komposisi daging dan kentang hampir sebanding.

Mirip dengan yang Belanda alami, Saat resep perkedel dibawa oleh Belanda ke Indonesia pada masa kolonialisme, masyarakat Indonesia memodifikasi perkedel dengan menambah kentang yang dihaluskan akibat harga daging sapi dan babi yang sangat mahal. Pada perkembangannya, kentang justru menjadi bahan dominan karena merupakan bahan makanan yang mudah ditemukan dan ekonomis. Malah, sebagian besar perkedel yang kita temui sebagai cemilan khas Indonesia ini hanya terdiri dari kentang tanpa daging.

Sekarang jelas kan, isu bahwa perkedel merupakan kepanjangan persatuan kentang dan telur murni karangan ya! :D


3. Risoles

jajanan indonesia

Siapa yang tiap buka kotak cemilan makanan di acara selalu berharap menemukan risoles di dalamnya?

Jajanan Indonesia ini merupakan adonan dadar campuran tepung terigu, kuning telur, mentega, air, dan susu. Di Indonesia, jajanan tradisional ini memiliki dua jenis risoles, yaitu risoles berbentuk persegi panjang yang berisi campuran sayuran dan tumisan daging serta risoles berbentuk segitiga yang berisi ragut. Selain itu, ada risoles jenis ketiga di jajanan Indonesia ini, yaitu risoles yang berisi isian mayones dicampur dengan daging asap dan potongan telur rebus. Risoles yang memiliki bentuk persegi panjang yang lebih lebar ini dikenal dengan nama American risoles.

Risoles berasal dari bahasa Belanda, rissole. Meski begitu, ternyata risoles juga bukan asli dari Belanda karena rissole sendiri merupakan serapan bahasa latin, russeolus yang artinya berwarna kemerahan.

Pada abad ke-13, risol dikenal sebagai hidangan sejenis panekuk yang digoreng tanpa isian. Kemudian pada perkembangannya lah risoles diisi dengan berbagai isian dan dibalur dahulu dengan tepung roti sebelum digoreng. Risoles sebagai jajanan khas Indonesia ini tidak jauh berbeda dengan versi yang dapat ditemui di negara kincir angin.

4. Nastar

jajanan indonesia
Sumber: The Jakarta Post

Nastar identik sebagai jajanan Indonesia berupa kue kering yang kehadirannya selalu muncul di momen intim seperti lebaran. Ternyata, nama nastar merupakan gabungan dari 2 kata dalam Bahasa Belanda,  nanas dan taartjes (tart) sehingga disingkat menjadi nastaart.

Resep nastar pun awalnya bukan seperti yang kita kenal yaitu berupa adonan tepung berbentuk bulat diisi dengan selai nanas. Nastar terinspirasi dari olahan pie Belanda yang dibuat dalam loyang besar dan diisi dengan selai yang terbuat dari apel, bluberi dan stroberi.

Hasil akulturasi kuliner dimulai saat Belanda ingin membuat pie buah namun kesulitan untuk menemukan buah-buahan tersebut yang memiliki tekstur dan konsistensi seperti yang dihasilkan oleh buah di Belanda. Akhirnya, mereka memutuskan untuk menggunakan buah nanas yang banyak ditemui di Indonesia serta memiliki tekstur dan rasa asam manis yang mewakili cita rasa buah stroberi dan bluberi.

Dinilai bentuk pie di loyang besar kurang ekonomis, pada perjalanannya cemilan Indonesia ini berubah menjadi cemilan kecil sekali suap yang digemari oleh masyarakat.


5. Lapis legit

jajanan indonesia

Saya memang hobi masak dan bikin kue. Tapi kayaknya tidak pernah terpikirkan di benak untuk masak lapis legit. Menguras waktu dan tenaga kak! Haha.

Berbeda dari 4 cemilan Indonesia sebelumnya, lapis legit adalah perkawinan silang budaya memasak Belanda dan Indonesia yang begitu indah. Resep Lapis legit atau yang dikenal dengan spekkoek (spiku) telah lama muncul di buku resep Belanda seperti yang ditulis oleh Gaitri Pagrach-Chandra di buku Het Nederlands Bakboek. Spekkoek berasal dari kata spek (bacon) dan koek (kue). Secara harfiah spekkoek berarti kue bacon. Terdengar aneh bukan? Mungkin ini disebabkan oleh lapisan spekkoek yang terlihat seperti bacon.

Tidak ada yang tahu apakah lapis legit merupakan resep asli Belanda yang dimodifikasi selama mereka menjajah Indonesia atau resep asli Indonesia yang menyesuaikan lidah kompeni. Ada juga yang beropini bahwa lapis legit adalah hasil resep tradisional milik Belanda dengan menggunakan kekayaan alam Indonesia termasuk rempah. Sekilas, lapis legit mirip Baumkuchen khas Jerman.

Lapis legit yang banyak menggunakan kuning telur menghasilkan citra rasa padat namun tetap gurih dan manis sehingga jajanan tradisional ini bisa dinikmati bersama dengan teh. Biasanya lapis legit terdiri dari 18 belas lapisan. Tiap lapisan mengalami pemanggangan selama sekitar 3 menit. Artinya, hampir sejam harus nangkring di depan oven! Tidak heran kan harga seloyang kue spekkoek mahal sekali?

Pada perjalanannya, kue spekkoek yang rumit pembuatannya ini disederhanakan dan muncullah kue lain seperti lapis Surabaya yang terdiri dari 3 lapisan saja. Tidak hanya itu, jika spekkoek merupakan adonan yang didominasi kuning telur, kalau lapis Surabaya berupa adonan campuran putih dan kuning telur layaknya kue sponge.

Menarik bukan transformasi sejarah jajanan Indonesia?



BONUS!!!!!

Meses

jajanan indonesia

Saya sempat kesulitan menemukan meses di supermarket terdekat saat sempat berdomisili sementara di Chiang Mai, Thailand, selama sebulan. Kok susah ya, padahal Thailand posisinya masih sangat dekat di Indonesia.


Jangankan Thailand, mungkin di Singapura dan Malaysia pun sangat sulit menemukan meses. Mengapa?

Meses merupakan pelengkap camilan masyarakat Belanda. Disana meses lebih dikenal dengan nama haagelslag.

Meses awalnya berupa serpihan biji adas manis yang dibalut dengan gula dan pewarna serta kemudian ditaburkan di roti pada tahun 1400-an. Pada perjalanannya, taburan manis warna-warni itu dikomersilkan dengan nama muisjes. Penemunya adalah B.E Dieperink menurut Arsip kota Amsterdam.

Meses yang tidak lepas dari hidup orang Belanda dibawa ke Indonesia dan juga dinikmati oleh masyarakat Indonesia, terutama sebagai teman makan roti. Itulah kenapa kamu hanya bisa menemukan meses di negara Belanda atau negara bekas jajahannya. Selebihnya, jika kamu penggemar meses dan hendak berlibur ke luar negeri, mending bawa stok meses yang banyak deh!


Saya selalu tertarik dengan transformasi perjalanan suatu makanan. Dalam keadaan seperti apa makanan itu muncul, bagaimana perubahan makanan tersebut akibat dari suatu kondisi, bagaimana makanan tersebut dapat dikenali di wilayah lain, serta seperti apa adaptasi makanan tersebut terhadap lidah yang baru dan ketersediaan bahannya.

Selera orang memang berbeda-beda, di negara, bahkan kota yang sama, pasti resep jajanan khas nusantara ini juga dapat berbeda-beda.

Berani berbagi resep Jajanan Indonesia warisan kolonial yang menjadi favoritmu?

5 Keinginan di Akhir Tahun (dan Belum Tercapai)

1 komentar
  
Akhir tahun sudah mendekati hilalnya, well, saya bukan orang yang berpedoman akan awal dan akhir tahun. Tetapi kadang-kadang suka terbersit beberapa keinginan yang ternyata sampai detik ini belum tercapai. Tidak semuanya ngotot harus tercapai di tahun depan, ada yang berharap keras ada juga yang berharap santai. Ada kesempatan mari, tidak ada dan bukan jalannya juga tidak masalah. Ini beberapa keinginan yang semoga tercapai secepatnya.


1. Haji


Jujur saja, dari 2-3 tahun lalu saya suka baper tiap baca thread soal daftar haji atau bahkan akan pergi haji. Sudah banyak teman-teman seangkatan yang sudah mendaftar haji reguler, bahkan teman yang tidak jauh umurnya juga sudah bisa mendaftar haji plus! Mana semakin kesini saya mendengar banyak cerita betapa panjangnya antrian haji reguler khususnya daerah Jakarta. Uang pangkal untuk mendaftar haji reguler saja kami belum ada rezeki, apalagi haji plus hehe.

Mendekati musim keberangkatan haji saya tidak kalah bapernya. Ada yang masih muda, tapi karena kerja bahkan hanya kuliah di luar negeri jadi bisa langsung dapat jatah haji tanpa perlu mengantri. Dalam hati saya berpikir, enak banget ya yang tinggal di luar negeri, sudah hidup lebih menantang, haji pun bisa dilaksanakan tanpa harus memikirkan antrian. Di tahun ini tentunya membuat saya tidak kalah baper, ternyata ada sekitar 2-3 ibu-ibu di grup mengabarkan akan berangkat haji. Dari tanggal keberangkatan dan diperkuat dari kepulangan saya tahu, mereka berangkat menggunakan haji plus. Saya tahu karena pada saat itu orang tua saya juga berangkat dengan haji plus. Wah, tajir-tajir sekali ya kenalan saya!

Tapi sudahlah, tidak usah dikaji. Kan tiap orang punya rejekinya masing-masing. Lagian, haji dan umroh itu masalah terpanggil atau tidak. Ada yang hartanya berlimpah, terapi tak kunjung haji. Ada yang hartanya kekurangan, malah bisa berangkat entah bagaimana caranya. Keadaan sekarang juga belum tentu bisa dijadikan acuan. Kejutan selalu ada, keadaan sekarang dengan nanti juga belum tentu sama. Yang penting dibanyakin saja doanya ☺️.

2. Travelling Bucket List


Dari dulu saya senang dengan yang namanya menjelajah, tetapi rejekinya memang saya tidak banyak jalan-jalan haha. Mungkin baru setahun belakangan ini saja saya terkesan banyak jalan-jalan karena kebetulan mengikuti suami saya tugas keluar kota di pelbagai tempat di Pulau Jawa. Bahkan kami sempat sekali mencicip luar negeri selama sebulan, Chiang Mai! Banda Aceh, Purwokerto, Surabaya,
 Jombang, Mojokerto, Bandung, Yogyakarta, Solo, Klaten, Semarang dan Insya Allah nanti Pemalang dan Cirebon. Mungkin bagi sebagian orang cukup remeh-temeh, tapi bagi saya yang pecinta eksplorasi kota dan mendapatkan kesempatan eksplorasi selama sebulan di beberapa kota diatas rasanya wow bersyukur sekali. Saya sungguh-sungguh menikmatinya meskipun katakanlah, kampung, tidak berpengaruh bagi saya. Ada banyak sisi-sisi kehidupan yang bisa dipelajari dan dinikmati.

Meskipun sudah pernah tinggal di luar negeri selama sebulan, tetapi tinggal di luar negeri minimal setahun menjadi bucket list saya semenjak 10 tahun yang lalu. Kenapa minimal setahun? Karena saya bukan tipe yang ingin membesarkan keluarga secara permanen di luar negeri, terlebih membesarkan anak di negara non-muslim. Saya ingin merasakan hidup yang benar-benar saling mengandalkan dengan suami, perbedaan kultur dan alam, rasa kangen terhadap yang tersimpan pada tanah air, mengambil kursus dan sertifikasi yang tidak ada di Indonesia, dan bercampur baur serta berkomunitas dengan orang-orang yang berbeda sama sekali dari kita. 

Daftar yang lain adalah merasakan musim dingin. Entahlah, tapi saya selalu suka dengan musim dingin dan ingin merasakannya dibanding musim yang lain. Palingan musim yang lain hanya minor seperti menyaksikan bunga sakura mekar di musim semi, atau bunga-bunga kemerahan di musim gugur yang berpadu dengan udara dingin. Sementara kalau musim dingin sih, ingin dimanapun itu juga haha. Musim dingin di Moskow apalagi 🙈. Padahal sebenarnya saya sudah beberapa kali merasakannya di Jazirah Arab dan sekali di salah satu negara bagian paling selatan di Amerika. Tetapi karena daerahnya di garis sub tropis, jadi jangan harap ada salju. Naik sedikit ke negara bagian yang lebih utara juga tetap tidak ada salju meski akhirnya ketemu dan merasakan salju pakai perjuangan perjalanan darat 1.5 jam haha. Ke Moskow juga pernah, meski cuma transit. Benar-benar salju bulan Januari disana, cuma lewat garbarata saja dinginnya masih terasa meski sudah pakai jaket yang tidak terlalu tebal. 

Sudah pernah melakoni jalan darat dari Aceh sampai ke Batu membuat saya menjadi maniak jalan darat sampai sekarang. Nomor satu impian sih tetap, road trip di Amerika. Kebanyakan nonton film mungkin, rasanya seru saja mengunjungi berbagai negara bagian dan ke-khas-annya serta didukung fasilitas jalan yang memadai. Yang menarik lainnya road trip di Inggris, ini juga gara-gara memantau perjalanan darat seorang teman dekat sampai ke Glasgow tempo lalu pas kebetulan sedang tugas disana. Pemandangan Inggris pinggir kota memang juara sih. Yang belakangan sering muncul di IG adalah roadtrip di New Zealand, tapi entah kenapa saya tidak begitu tertarik. Perjalanan kereta api juga menarik, terutama saya ingin merasakan overnight train yang memakai kasur. Soal kereta yang mana, tidak lain dan tidak bukan selain Trans Siberia menjadi urutan pertama saya! Bayangkan, Rusia yang menjadi negara dengan arsitektur dan sejarah favorit saya ditambah dengan perjalanan dari Asia menuju Eropa.

Bucket list yang lain adalah kunjungan ke negara dan tempat wisata yang bagi banyak orang sungguh aneh. Istilahnya anti-mainstream. Misalnya Korea Utara atau negara pecahannya Uni Sovyet. Saya tertarik Korea Utara semenjak baca dan melihat foto dari perjalanan seorang blogger Prancis yang tinggal di Jepang, Jordy meow. Sungguh menarik sepertinya masuk ke negara terisolir dengan gaya kehidupannya yang aneh serta suasana kota yang jadul. Dahulu saat seorang teman bercerita tertarik menjelajahi negara-negara pecahannya Uni Sovyet, tidak pernah terbersit ketertarikan sama sekali di pikiran saya. Tetapi entah mengapa semenjak melihat Opening Asian Games (lah apa hubungannya?) malah jadi sangat tertarik. Arsitektur Eropa yang bercampur dengan Mongol dan Asia ditambah dengan pemandangan Islam yang tidak terlalu ramai dibumbui oleh orang-orang yang berbahasa Rusia.

Belakangan ini saya malah suka kepikiran ingin ke daerah reservasi Suku Indian di Amerika dan mengunjungi kota-kota di sepanjang Sungai Mekong. Entah saya tidak kepikiran atau tidak sempat minta atau tidak ada waktu cukup, ya kenapa dulu saya tidak ke Reservasi Indian padahal menurut google reservasi terdekat hanya memakan 1.5 jam perjalanan darat dari tempat kami tinggal. Padahal waktu saya Texas saya sudah khatam buku Winnetou, sebuah trilogi buku mengenai kehidupan Indian Apache serta orang Eropa kepercayaannya karangan Karl May. Saya tergiur mengunjungi Vietnam sambil wisata sejarah juga gara-gara percakapan random dengan seorang bule Australia di kedai kopi di salah satu pelosok Kota Chiang Mai yang baru saja menyusuri kota-kota disekitar Sungai Mekong bersama anak lelakinya. Ditambah sewaktu saya disana, saya melihat Viet jet baru buka rute penerbangan baru Chiang Mai - Ho Chi Minh dan promo dengan harga 65 ribu rupiah! Jadilah saya susah move on sampai sekarang haha.

3. Menerbitkan Buku


Ketawa aja lah saya sama diri sendiri hehe. Sebenarnya keinginan ini sudah ada dari lama sekali. Baru 2 tahun belakangan saja saya baru kepikiran buku apa. 2 tahun loh dan saya belum melakukan progres apa-apa. Beberapa bulan lalu teman saya menawarkan sebuah kelas dan bimbingan online berbayar sekitar sejuta yang dalam sebulan sudah bisa diterbitkan menjadi buku. Ia berkata beberapa ITBMH sudah ada yang sukses menerbitkan buku dari kelas online itu. Dia yang sebelumnya pernah ikutan mengatakan benar-benar diperas habis tenaga. Eh, sebelum saya mengkonfirmasi dia langsung memberi nomor kontak saya kepada si pemilik  kelas online. Sial haha. Akhir bulan November saya mendapat WA mengenai akan dibukanya kelas baru mulai tanggal 8 Desember. Saya merasa tidak mampu karena sebulan terhitung setelahnya saya banyak keluar kota. Mungkin kalau batch berikutnya sebelum lahiran saya akan ikut. Mulai disiapkan saja bahannya, karena buku yang saya ingin tulis beul-betul membutuhkan riset dan data. Semoga segera terealisasikan ya dengan adanya tenggat waktu.

4. Penggunaan Carseat Masuk Peraturan dan Jadi Pengulas Berpengaruh


Saya sudah banyak melakukan riset mengenai baby gear semenjak hamil hasan. Pada akhirnya saya benar-benar tergugah untuk mendalami keselamatan berkendara pada anak yang menggunakan carseat merupakan salah satu tahapannya. Saya prihatin dengan kultur yang ada di Indonesia serta banyaknya keadaan fatal bagi anak akibat kecelakaan mobil. Beruntung 2 tahun lalu saya menemukan sebuah komunitas yang memiliki kepedulian yang sama. Komunitas Safekids Indonesia (SKI) sudah berafiliasi dengan Safekids Internasional. Bersama SKI kami memiliki mimpi untuk memasukkan penggunaan carseat serta aspek-aspek lainnya kedalam perumusan perundang-undangan keselamatan berkendara. Jalan masih panjang, terapi semoga segera terbuka jalannya.

Karena saya senang melakukan riset dan menulis ulasan, saya benar-benar ingin menjadi pengulas yang diakui. Yang diakui ini konteksnya menjadi narasumber. Saat saya “menjual diri” saya sadar ternyata saya bukan apa-apa dan masih menjadi anak kemarin sore hehe. Tapi tidak masalah, saya juga baru memulainya. Jalan masih panjang, jadi santai saja. 😎

5. Doktoral

Hehehehehehehehehehe



Loh kok ketawa?
Saya pernah menuliskan tentang ini pada blog saya yang berbahasa inggris disini. Berdasarkan di deskripsi atas, ini termasuk keinginan yang ada rejeki ayuk, tidak ada juga tidak masalah. Mengingat saya sudah 3.5 tahun meninggalkam dunia akademisi, mimpi ini menjadi terasa tidak valid lagi. Tapi apa salahnya toh jika masih menginginkannya, lagian juga tidak ngotot harus terkabul. Memang saya merasa menjadi akademisi pada saat itu sangat cocok bagi saya. Saya senang mengajar, saya senang berpikir, dan saya senang menulis. Benar-benar passion saya.

Sekarang keadaan sudah berbeda. Riset saya sudah basi, saya sudah tidak update terhadap perkembangan ilmu, dan saya sudah lama sekali tidak sempat membaca jurnal. Jikalau pun sampai sekolah lagi ya mungkin ambilnya S2 saja lagi.

Sering Batuk Pilek di Jakarta? Mungkin itu Akibat Perubahan Iklim

26 komentar
Tahun 2018, kami sekeluarga tinggal berpindah-pindah di berbagai seantero pulau Jawa karena mengikuti stase luar kota suami yang saat itu masih berstatus residen Ortopedi. Sepanjang tahun 2018 kami menyambangi 4 kota: Purwokerto, Jombang, Jogja, dan Chiang Mai selama sebulan di tiap kotanya.

Tiap kembali ke Kota Jakarta, Hasan anak sulung kami pasti batuk-pilek atau bahkan sampai demam. Hal ini juga pernah terjadi saat kami kembali ke Jakarta setelah berada di Banda Aceh selama seminggu. Hasan langsung batuk-pilek, padahal kami selama di luar kota benar-benar sibuk berpergian tiap harinya. Anehnya, anak sulung saya tetap dalam keadaan sehat selama berada di sana.

“Mungkin kah ini akibat kualitas udara di kota-kota tersebut jauh lebih bagus dibandingkan di Jakarta?” Batin saya.

 

perubahan iklim batuk pilek

Tidak hanya pada Hasan, ponakan saya juga kerap mengalami hal yang sama. Sepupunya Hasan  langganan batuk pilek selama tinggal di Jakarta. Anehnya, saat mereka pindah ke Bojonegoro selama 1,5 tahun, kedua sepupu Hasan ini hampir tidak pernah batuk pilek!

Lantas benarkah hipotesis prematur saya ini?

Setelah banyak membaca, gangguan kesehatan Hasan ini ternyata ada pengaruh dari buruknya kualitas udara Jabodetabek yang secara tidak langsung turut andil dalam perubahan iklim.

Lho, bagaimana hubungannya?

Hubungan buruknya kualitas udara dengan perubahan iklim

Perubahan iklim sedang terjadi di depan mata kita! Salah satu parameter yang paling mudah diketahui adalah kenaikan suhu global. Sebenarnya, perubahan iklim itu adalah hal yang lumrah terjadi dimana suhu, curah hujan, dan elemen lainnya berubah naik turun dalam waktu 1 dekade atau lebih. Jutaan tahun yang lalu bisa jadi lebih dingin atau lebih hangat dibandingkan suhu sekarang dan itu wajar.

Sayangnya, siklus alami perubahan temperatur global ini tidak berjalan pada koridornya. Lebih tepatnya, kenaikan suhu semakin cepat akibat diperparah oleh aktivitas manusia berupa pembakaran bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK).

Mengenal gas rumah kaca biang perubahan iklim

perubahan iklim batuk pilek
Sumber: http://kaltim.litbang.pertanian.go.id/

Normalnya, panas matahari yang diserap bumi dipantulkan kembali ke atmosfer. Alih-alih dipantulkan kembali, yang terjadi sekarang adalah panas matahari terperangkap di dalam bumi karena tidak bisa dipantulkan kembali keluar dari atmosfer. Akibatnya suhu di bumi pun menjadi meningkat.

Gas rumah kaca ini terdiri dari karbon dioksida (CO2), nitrogen dioksida (N2O), metana (CH4) dan freon. Disebut gas rumah kaca karena keberadaan gas-gas ini mengakibatkan bumi seperti berada di dalam rumah kaca. Sederhananya, keberadaan gas-gas ini seperti membentuk mantel yang menyelimuti bumi sehingga panas matahari yang diterima oleh bumi sulit untuk dilepaskan ke atmosfer. Hal serupa juga terjadi pada Planet Venus yang menyebabkan suhunya lebih tinggi dari Planet Merkurius meski berada lebih jauh dari Matahari.

perubahan iklim batuk pilek

Banyak orang yang berpikiran bahwa perubahan iklim hanya seputar temperatur yang meningkat. Nyatanya, temperatur yang meningkat adalah kisah awal yang akan memancing terjadinya hal-hal berbahaya lain layaknya reaksi rantai. Jika suhu bumi meningkat, maka kekeringan ekstrim, kelangkaan air, kebakaran, kenaikan permukaan laut, dan berbagai malapetaka bumi lainnya hanya tinggal menunggu waktu.

Konsentrasi gas rumah kaca sudah mencapai titik tertinggi dalam 2 juta tahun terakhir dan akan terus meningkat berdasarkan data yang dihimpun oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Akibatnya, dunia akan 1,1 °C lebih hangat dibandingkan saat tahun 1800. 1,1 °C mungkin terasa tidak signfikan, tapi cukup mampu menenggelamkan Kota Jakarta jika kita tidak bergerak mencegah terjadinya perubahan iklim. Jika kita semua tidak bertindak untuk menyelamatkan bumi ini, maka diperkirakan kenaikan suhu akan mencapai 4,4 °C di akhir abad ini.

Kenaikan temperatur global yang tidak main-main ini menghasilkan keputusan yang dikenal dengan Paris Agreement. Paris Agreement bervisi agar kenaikan temperatur global HARUS dibawah 2 °C dibandingkan dengan jaman pra-industri. Salah satu tujuan utama yang hendak dicapai agar perubahan iklim tercapai adalah mengurangi emisi GRK. Indonesia sendiri sudah berkomitmen untuk memenuhi mimpi ini bersama-sama.

Salah satu gas rumah kaca adalah CO2. Berdasarkan data Badan Pengawas Lingkungan Hidup (BPLHD) Jakarta, 60-70% dari CO2 pada kota-kota besar yang dihasilkan berasal dari gas pembakaran kendaraan bermotor. Hasil gas pembakaran ini menyumbang emisi CO2 sebanyak 71 ton dengan konsumsi energi sebanyak 179 juta sbm (Setara Barel Minyak). Ini merupakan jumlah yang masif dan sudah pasti Kota Jakarta ikut ambil andil dalam terjadinya perubahan iklim. Pada akhirnya, kesehatan warga Jakarta pula lah yang dipertaruhkan.

Kualitas udara yang buruk akibat kendaraan bermotor di Kota Jakarta

perubahan iklim batuk pilek

Saya pernah mengambil topik penelitian kualitas udara Jakarta untuk tesis S2 saya. Di penelitian tersebut, saya menggunakan data sekunder yang diambil dari BPLHD Jakarta. Ada 2 data stasiun pemantauan yang saya gunakan, yaitu stasiun Bundaran HI dan Ragunan.

Sebelum mendapatkan data tersebut, saya sudah memprediksi bahwa konsentrasi CO2 di sekitar Bundaran HI akan sangat tinggi mengingat itu adalah gas utama buangan kendaraan bermotor. Benar saja, konsentrasi CO2 berada di puncaknya pada jam berangkat dan pulang kerja. Konsentrasi CO2 juga sangat tinggi di jam makan siang.

“Itu namanya Power lunch, dimana lalu lintas cukup tinggi karena orang-orang keluar menggunakan kendaraan bermotor untuk mencari makanan siang”, ujar dosen pembimbing saya pada saat itu.

Sementara untuk data stasiun Ragunan, konsentrasi gas ozon (O3) cukup tinggi. Senyawa ozon  merupakan gas sekunder yang dihasilkan dari proses reaksi kimia, jadi bukan seperti CO2 yang langsung keluar dari mulut knalpot mobil dan motor. Ini disebabkan oleh banyaknya vegetasi di daerah Jakarta Selatan yang memancing proses kimia yang menghasilkan zat ozon di lapisan troposfer.

Penduduk kota Jakarta bisa meningkat menjadi 6-7 kali lipat dari jumlah penduduk aslinya. Mayoritas warga yang berasal dari Megapolitan Jakarta memilih menggunakan mobil atau motor pribadi saat ke kantor. Tak heran, kemacetan memuncak saat menuju jam masuk kantor dan setelah jam pulang kantor.

Selain menghasilkan emisi utama berupa CO2, kendaraan bermotor juga mengeluarkan PM2.5 yang jelas dapat mengganggu kesehatan. PM2.5 (Particulate Matter) adalah partikel polusi dengan diameter lebih kecil dari 2.5 mikrometer. Kehadiran PM2.5 ini yang didukung dengan kenaikan konsentrasi gas rumah kaca CO2 akan saling bersinergi membuat tingginya konsentrasi PM2.5 yang nantinya akan berdampak letal bagi kesehatan manusia.

Kualitas udara buruk, perubahan iklim, dan efeknya pada kesehatan

perubahan iklim batuk pilek

PM2.5 dapat masuk ke saluran pernapasan manusia hingga mencapai paru-paru. Paparan partikel berukuran halus ini dapat mengakibatkan efek kesehatan jangka pendek berupa  iritasi mata, hidung, dan tenggorokan, batuk, bersin, hidung meler, hingga sesak napas seperti yang dilansir dari Departemen Kesehatan New York di situs resminya.

Tercantum juga di dokumen WHO, polutan PM2.5 menyebabkan dampak kesehatan jangka pendek dan jangka panjang berupa kematian yang disebabkan oleh serangan jantung dan pernapasan.

Tidak hanya menghasilkan CO2 dan PM2.5, asap buangan bermotor juga dapat mengeluarkan emisi NOx yang juga dapat mengakibatkan masalah di sistem pernapasan.

Berarti cukup valid lah ya hipotesis prematur saya yang menduga bahwa udara Kota Jakarta sebagai biang batuk-pilek anak saya sepulang dari luar kota dan flu langganan yang dialami ponakan saya.

Gas buangan kendaraan bermotor memproduksi CO2 secara masif yang berkontribusi aktif meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca. Gas rumah kaca ini memicu kenaikan suhu secara global. Naiknya suhu dapat membuat konsentrasi PM2.5 yang juga diproduksi oleh kendaraan bermotor semakin terperangkap sehingga konsentrasi PM2.5 juga lebih besar.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Cina pada tahun 2019 menggabungkan parameter perubahan iklim, kualitas udara yang buruk, serta efeknya terhadap kesehatan. Hasilnya cukup mencengangkan. Lebih dari 85% penduduk Cina akan merasakan dampak kesehatan akibat konsentrasi PM2.5 yang tinggi di tengah abad ini.

Efek gas rumah kaca akan menyebabkan stagnansi pada lapisan atmosfer serta serangan gelombang panas yang nantinya akan memicu gangguan kesehatan yang disebabkan oleh polutan PM2.5 menjadi lebih fatal.

perubahan iklim batuk pilek

Naiknya suhu global akan berdampak pada meningkatnya proses evaporasi dan uap air atmosfer sehingga curah hujan pun akan meningkat. Hujan gila-gilaan ini adalah salah satu indikator perubahan iklim yang jarang disadari oleh manusia seperti yang dilansir dari United States Environmental Protection Agency (US EPA). Pola curah hujan yang tidak biasanya ini dapat mengakibatkan kecepatan angin berkurang sehingga konsentrasi PM2.5 lebih mudah terperangkap dan tinggi pula konsentrasinya.

Perubahan iklim merupakan ancaman kesehatan terbesar yang menghadang umat manusia, salah satunya adalah ancaman kesehatan seperti yang tertera di situs resmi PBB. Lebih dari 90 persen manusia menghirup udara yang tidak sehat yang sudah dikontaminasi oleh hasil dari pembakaran bahan bakar fosil.

Apa yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki kualitas udara Kota Jakarta?

Sektor transportasi berkontribusi menyumbang 20 persen dari emisi karbon lokal seperti tertera di situs resmi PBB. Bahkan, emisi CO2 di Jakarta sebanyak 60-70% dihasilkan oleh sektor transportasi menurut BPLHD Jakarta..

Dengan jumlah karbon dioksida yang cukup masif ini, banyak hal yang dapat kita lakukan sebagai bentuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor.

Warga Kota Jakarta bisa kok lebih bijak dalam mengurangi emisi buangan kendaraan bermotor dan berkontribusi dalam pencegahan terjadinya perubahan iklim. Simak caranya!

1. Memprioritaskan penggunaan transportasi publik

perubahan iklim batuk pilek
Sumber: jakartamrt.co.id

Perlu saya akui, jaringan transportasi publik di Megapolitan Jakarta (Jakarta dan kota satelitnya) semakin lengkap. Pilihan transportasi publik tersebut juga cukup banyak, mulai dari Kereta Listrik (KRL), MRT, LRT, bus pengumpan, hingga angkot. Jaringan transportasi publik ini akan terus diperluas dan dibenahi ke depannya.

Modern people do commute”, ujar suami saya tempo hari.

Jika diperhatikan, malah justru kota-kota besar di dunia sudah memiliki jaringan transportasi publik yang baik sehingga mayoritas penduduknya sudah melakukan commuting menggunakan transportasi publik.

Menggunakan transportasi publik lebih murah ketimbang menggunakan kendaraan pribadi. Bahkan, tak jarang juga lebih cepat dibanding harus menempuh kemacetan di jalan raya. Jika harus membawa mobil saat pergi ke tempat kerja, suami saya kerap memilih untuk memarkirkan mobil di dekat stasiun MRT, kemudian melanjutkan perjalanan dengan MRT.

“Lebih cepat dan stress-free ketimbang bawa mobil terus ke ke kantor. Udah gitu jarak tempuhnya juga lebih cepat’, celetuk suami saya.

Menggunakan transportasi publik juga memicu masyarakat untuk lebih banyak untuk berjalan kaki sehingga akan  lebih sehat pula.

Dengan semakin lengkapnya jalur transportasi publik didukung dengan pilihan ojek daring dan taksi daring, maka alasan apa lagi yang harus diutarakan untuk tidak menggunakan transportasi publik?

2. Menggunakan sepeda sebagai moda transportasi ke kantor

perubahan iklim batuk pilek
Sobat setia Suami

Penduduk Kota Jakarta membengkak 6-7 kali lipat di hari kerja. Bisa ditebak, jumlah kendaraan yang beredar di jalan raya pada jam berangkat dan pulang kerja juga meningkat drastis sehingga kemacetan pun terjadi dimana-mana.

Selain memilih opsi transportasi publik, masyarakat bisa memilih opsi bersepeda ke kantor seperti opsi yang suami saya pilih. Pengendara sepeda juga tidak mesti harus sepenuhnya menggunakan sepeda saat ke kantor, tapi bisa juga combo menggunakan MRT yang sudah sangat bike-friendly.

Dari Cinere, suami menggenjot sepeda lipatnya sampai ke stasiun Fatmawati. Kemudian ia naik MRT bersama sepedanya hingga stasiun Dukuh Atas. Setelah itu, ia menyelesaikan perjalanan ke RSCM kembali dengan menggenjot sepeda.

Opsi ini selain sebagai wujud bentuk kita mengurangi dampak terjadinya perubahan iklim, secara tidak langsung juga lebih sehat karena membuat pelakunya olahraga kardio hampir setiap hari!

3. Menggunakan kendaraan pribadi hanya saat penggunaan transportasi publik tidak memungkinkan

perubahan iklim batuk pilek

Realistis saja, opsi penggunaan kendaraan pribadi bisa menjadi opsi terbaik, salah satunya jika ingin bepergian dengan keluarga. Apalagi jika jarak tempuh cukup jauh.

Dengan tidak menempatkan penggunaan kendaraan pribadi sebagai prioritas pertama, setidaknya kita menjadi lebih bertanggung jawab saat menggunakan kendaraan pribadi.

4. Hemat BBM

perubahan iklim batuk pilek

Salah satu yang dapat kita lakukan agar lebih mindful saat menggunakan kendaraan pribadi adalah hemat BBM. Langkah-langkah Hemat BBM pernah saya tulis di blog ini. Beberapa langkah yang bisa ditempuh adalah mengisi jenis bahan bakar sesuai dengan jenis mesin mobil, melakukan servis berkala, memastikan ban tidak kempes, tidak membawa beban berlebihan dan menerapkan eco-driving.

Banyak masyarakat yang memilih menggunakan Premium (RON 88) dengan dalih lebih murah. Padahal, penggunaan bahan bakar RON 88 di kendaraan dengan jenis Euro 2 dan Euro 3 malah akan merusak mesin mobil dan membuat pembakaran tidak sempurna. Pembakaran tidak sempurna ini juga akan membuat penggunaan bahan bakar fosil menjadi boros.

Alih-alih ingin berhemat, selamat, kamu sudah berpartisipasi dalam memperburuk perubahan iklim!

Bagaimana dengan penggunaan mobil listrik?

Penggunaan mobil listrik dilabeli sebagai sebuah cara untuk mengerem laju perubahan iklim. Tapi tepatkah jika digunakan di Indonesia?

Nyatanya, kita juga harus berpikiran realistis. Tahukah kamu bahwa energi fosil menyumbang 85% listrik di Indonesia menurut Tirto? Pembangkit Listrik Tenaga Batubara menempati posisi pertama sebagai sumber listrik di Indonesia yang menyuplai sebanyak 49,67% total kapasitas nasional. Posisi berikutnya dipegang oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berbasis energi fosil. PLTU menyuplai sebanyak 6,47% kapasitas kapasitas terpasang.

Memperbaiki kualitas udara Kota Jakarta = berpartisipasi dalam mencegah kenaikan suhu global

Ancaman terjadinya iklim sudah di depan mata. Kita tidak bisa diam saja, apalagi menafikannya. Semua lapisan harus bergerak, mulai dari masyarakat, industri, hingga pemerintah. Memang penelitian yang menghubungkan antara polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor dan kesehatan masih terbatas, tapi bukan tidak mungkin akan banyak penelitian-penelitian serupa yang akan mempertegas hubungan tersebut.

Jika semua pihak saling bersinergi dan bahu-membahu untuk mencegah terjadinya perubahan iklim seperti yang menjadi visi Paris Agreement, bukan tidak mungkin bumi kita kembali menjadi lebih sehat.

Kita bukan akan egois, tapi kita sedang menyiapkan bumi ini menjadi lebih layak untuk anak dan cucu kita. Oleh karena itu, masalah perubahan iklim ini adalah milik semua kalangan, mari kita lakukan yang terbaik #UntukmuBumiku. It’s time for #TeamUpforImpact !

Referensi

Data BPLHD 2009

Hong Chaopeng, et al., 2019. Impacts of Climate Change on Future Air Quality and Human Health in China. PNAS. 116 (35) 17193-17200

Ismiyati et.al., 2014. Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik Vol.1 No.3

https://www.epa.gov/climate-indicators/climate-change-indicators-heavy-precipitation diakses 19 April 2022

http://kaltim.litbang.pertanian.go.id diakses 18 April 2022

https://www.health.ny.gov/environmental/indoors/air/pmq_a.htm#:~:text=Particles%20in%20the%20PM2.5%20size%20range%20are%20able%20to,nose%20and%20shortness%20of%20breath diakses 19 April 2022

https://www.un.org/en/climatechange/science/key-findings diakses 18 April 2022

https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-agreement/the-paris-agreement diakses 19 April 2022

https://tirto.id/energi-fosil-sumbang-85-listrik-ri-per-mei-2020-terbanyak-pltu-fU1K diakses 20 April 2022

Thobarony, Zeneth Ayesha. 2013. Penggunaan Artificial Neural Network sebagai Metode Prediksi Konsentrasi Ozon di Jakarta. Tesis ITB

WHO. 2021. WHO global air quality guidelines: particulate matter (‎PM2.5 and PM10)‎, ozone, nitrogen dioxide, sulfur dioxide and carbon monoxide.
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/345329/9789240034228-eng.pdf