Tampilkan postingan dengan label Lingkungan. Tampilkan semua postingan

3 Jenis Semen untuk Pembuatan Taman Kering Mini dengan Beton Berpori

Tidak ada komentar
Sini saya bisikin 3 jenis semen rekomendasi jika kamu sedang berniat membuat taman kering mini dengan beton berpori.

taman kering mini

Di rumah saya ada 2 taman kecil: Taman depan dan belakang. Ukurannya tidak besar, hanya sekitar 0,8m x 5m untuk taman depan dan sekitar 3 m x 3 m untuk taman belakang. Oh, ada juga jejeran Monstera dan 2 jenis tanaman hias lainnya (asli saya lupa namanya hehe) di bagian lain carport kalau juga ingin dihitung sebagai “taman”. Bisa dibilang taman belakang saya sukses sesuai harapan. Taman basah dengan rumput gajah mini beserta ragam tanaman bumbu dapur dan tanaman hias.

Namun tidak untuk taman depan saya.

taman kering minitaman kering mini
Ki-ka: taman belakang dan taman depan

Taman kecil di sebelah carport mobil ini rencananya berupa taman basah juga dengan jajaran Calathea beserta rumput gajah sebagai alasnya. Nyatanya, lebih banyak gagalnya bahkan sampai sekarang. Tanahnya dipadati oleh rumput gajah mini ternyata hanya sekedar wacana karena sepertinya tidak mendapat asupan sinar matahari yang cukup. Sepertiga lahan taman depan samping tertutup oleh kanopi yang di atasnya kamar utama. Tidak hanya itu, bagian yang terkena sinar matahari pun tertutup oleh kanopi Calathea.

Tengah tahun bulan lalu saya memanggil tukang kebun dengan tujuan “deep cleaning” dan “deep maintaining” halaman rumah. Saya ganti rumput gajah mini dengan tanaman yang gampang tumbuh (duh lupa namanya haha). Saya juga beli satu pot Calathea lain karena Calathea yang tertutup kanopi sudah mati.

Ternyata hasilnya lebih buruk dari sebelumnya.

Sekarang Calathea saya pada miring. Calathea yang terakhir diganti sudah mati (juga). Tanaman rerumputan juga tidak tumbuh. Tampaknya saya salah memilih media tanam dan pupuk. Terbukti dari tanah halaman depan yang keliatan lembab dan berjamur.

Jujur hampir putus asa sih hehe. Sempat terpikir sekalian saja panggil jasa landscape taman supaya halaman depan saya lebih “pencitraan” haha. Selain itu, saya juga terpikirkan untuk integrasi taman mini depan dengan “garasi” gantung sepeda mengingat ada 7 sepeda di rumah ini. Lebih banyak dari penghuninya!

Akhirnya saya coba browsing dan mencoba mencari tahu ide taman kering, salah satunya taman kering mini dengan menggunakan beton berpori mengingat saya akan mengintegrasikannya dengan garasi sepeda. Ada apa saja?

Taman kering mini dengan menggunakan beton berpori

taman kering mini

Taman kering mungkin identik sebagai ide pragmatis taman kalau tidak ingin terlihat jorok dan becek. Proses perawatannya relatif mudah dan memberikan nilai plus estetik. Taman kering mini dengan menggunakan beton berpori adalah salah satu cara mengakali taman kering anti becek. Air terserap melalui pori sehingga tidak ada genangan air. Dengan demikian, penyerapan air oleh tanah pun terjaga.

Salah satu elemen lainnya pada taman kering mini dengan menggunakan beton berpori adalah penggunaan batuan untuk meminimalisir tanah yang terciprat saat disiram air. Jenis batuan yang digunakan berupa batu koral sikat atau koral tabur.

Lantas bagaimana cara menghasilkan beton berpori yang bagus untuk menghasilkan taman kering mini dengan menggunakan beton berpori?

3 Rekomendasi Semen yang Sering Digunakan untuk Taman Kering

Beton sendiri adalah campuran antara semen, kerikil, dan pasir. Sementara semen adalah bubuk halus yang mengeras jika dicampur dengan air. Dalam membangun taman kering, memilih semen tidak boleh asal-asalan meskipun penggunaannya cuma sedikit. Berikut 3 rekomendasi semen yang sering digunakan untuk taman kering.

1. Semen Dynamix

Rekomendasi semen yang sering digunakan untuk taman kering yang pertama adalah Semen Dynamix. Semen ini sudah memiliki keunggulan berupa Micro Filler Particle. Butiran halus dari partikel kecil ini akan mengisi rongga pengisian untuk taman kering dengan sempurna. Semen ini juga memiliki harga yang cukup terjangkau.

2. Semen Tiga Roda

Merek semen berikutnya yang menjadi rekomendasi semen yang sering digunakan untuk taman kering adalah Semen Tiga Roda. Semen ini salah satu merek populer yang sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan European Standard (EU).

Semen Tiga Roda menghasilkan plester yang halus dan lebih rapat sehingga diharapkan taman kering yang dihasilkan juga lebih kokoh dan estetik sesuai yang diharapkan.

3. Semen SCG

taman kering mini
Banyak merk semen yang dapat dipilih di berbagai toko bangunan, salah satunya SCG. Mungkin banyak yang belum familiar dengan SCG. SCG kepanjangan dari Siam Cement Group. Dari namanya bisa ketahuan kalau merk semen ini berasal dari Thailand.

SCG mengeluarkan berbagai jenis semen, salah satunya Semen Portland Komposit atau PCC (Portland Composite Cement). Tekstur semen PCC ini memiliki berbagai keunggulan seperti tekstur semen yang lebih halus, rendah penyusutan, dan daya rekat tinggi sehingga memudahkan dan mempersingkat waktu pengerjaan plesteran dan acian. Karena keunggulan inovasi formula terbaru dari Semen SCG PCC, semen ini cocok untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan. Semen SCG sangat cocok untuk pembuatan taman kering yang membutuhkan pekerjaan pembetonan.

Selain Semen SCG PCC, SCG mengeluarkan seri SCG Beton instan. Semen ini memiliki mutu K175 yang artinya memiliki kekuatan tekanan 175 kg/cm2. Penggunaan SCG beton instan ini cocok untuk pengecoran pondasi, plat lantai (slab), balok (beam), atau kolom (column) pada bangunan 1 lantai. Penggunaannya juga cukup simpel, cukup menambahkan 4-5 air per zak. 1m3 = 43 zak. Penggunaan beton instan ini cocok bagi area terpencil yang sulit dijangkau truk.

Jangan termakan tren, desain tamanmu sesuai selera, kebutuhan dan keadaan

“Kamu mau taman kering apa taman basah?” Tanya saya pada suami 2 tahun lalu saat proses pembuatan rumah.
“Taman basah aja ya, aku ga suka taman kering?”

Kalau saya pribadi, saya suka keduanya. Ya karena saya suka keduanya maka saya lempar opini ini ke suami. Pada akhirnya sepertinya memang bakal ada 2 jenis taman di rumah ini. Taman kering dan taman basah.

Taman kering bagi milenial sedang naik daunnya karena minimalis, estetik, dan mudah perawatannya. Tapi apakah taman basah itu jelek?

Tidak juga sih, lihat saja rumah orang tua dan mertua saya. Taman basah tapi tetap enak dipandang. Sebenarnya taman kering tidak melulu kering kerontang. Toh di taman kering juga dipasang berbagai aneka ragam tanaman sesuai selera.

Jadi lebih baik taman kering atau taman basah?

Dua-duanya sama baiknya. Sesuaikan dengan selera, kebutuhan, dan keadaan rumah. Yang penting jangan sampai memaksakan karena cuma atas nama tren.

Sering Batuk Pilek di Jakarta? Mungkin itu Akibat Perubahan Iklim

26 komentar
Tahun 2018, kami sekeluarga tinggal berpindah-pindah di berbagai seantero pulau Jawa karena mengikuti stase luar kota suami yang saat itu masih berstatus residen Ortopedi. Sepanjang tahun 2018 kami menyambangi 4 kota: Purwokerto, Jombang, Jogja, dan Chiang Mai selama sebulan di tiap kotanya.

Tiap kembali ke Kota Jakarta, Hasan anak sulung kami pasti batuk-pilek atau bahkan sampai demam. Hal ini juga pernah terjadi saat kami kembali ke Jakarta setelah berada di Banda Aceh selama seminggu. Hasan langsung batuk-pilek, padahal kami selama di luar kota benar-benar sibuk berpergian tiap harinya. Anehnya, anak sulung saya tetap dalam keadaan sehat selama berada di sana.

“Mungkin kah ini akibat kualitas udara di kota-kota tersebut jauh lebih bagus dibandingkan di Jakarta?” Batin saya.

 

perubahan iklim batuk pilek

Tidak hanya pada Hasan, ponakan saya juga kerap mengalami hal yang sama. Sepupunya Hasan  langganan batuk pilek selama tinggal di Jakarta. Anehnya, saat mereka pindah ke Bojonegoro selama 1,5 tahun, kedua sepupu Hasan ini hampir tidak pernah batuk pilek!

Lantas benarkah hipotesis prematur saya ini?

Setelah banyak membaca, gangguan kesehatan Hasan ini ternyata ada pengaruh dari buruknya kualitas udara Jabodetabek yang secara tidak langsung turut andil dalam perubahan iklim.

Lho, bagaimana hubungannya?

Hubungan buruknya kualitas udara dengan perubahan iklim

Perubahan iklim sedang terjadi di depan mata kita! Salah satu parameter yang paling mudah diketahui adalah kenaikan suhu global. Sebenarnya, perubahan iklim itu adalah hal yang lumrah terjadi dimana suhu, curah hujan, dan elemen lainnya berubah naik turun dalam waktu 1 dekade atau lebih. Jutaan tahun yang lalu bisa jadi lebih dingin atau lebih hangat dibandingkan suhu sekarang dan itu wajar.

Sayangnya, siklus alami perubahan temperatur global ini tidak berjalan pada koridornya. Lebih tepatnya, kenaikan suhu semakin cepat akibat diperparah oleh aktivitas manusia berupa pembakaran bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK).

Mengenal gas rumah kaca biang perubahan iklim

perubahan iklim batuk pilek
Sumber: http://kaltim.litbang.pertanian.go.id/

Normalnya, panas matahari yang diserap bumi dipantulkan kembali ke atmosfer. Alih-alih dipantulkan kembali, yang terjadi sekarang adalah panas matahari terperangkap di dalam bumi karena tidak bisa dipantulkan kembali keluar dari atmosfer. Akibatnya suhu di bumi pun menjadi meningkat.

Gas rumah kaca ini terdiri dari karbon dioksida (CO2), nitrogen dioksida (N2O), metana (CH4) dan freon. Disebut gas rumah kaca karena keberadaan gas-gas ini mengakibatkan bumi seperti berada di dalam rumah kaca. Sederhananya, keberadaan gas-gas ini seperti membentuk mantel yang menyelimuti bumi sehingga panas matahari yang diterima oleh bumi sulit untuk dilepaskan ke atmosfer. Hal serupa juga terjadi pada Planet Venus yang menyebabkan suhunya lebih tinggi dari Planet Merkurius meski berada lebih jauh dari Matahari.

perubahan iklim batuk pilek

Banyak orang yang berpikiran bahwa perubahan iklim hanya seputar temperatur yang meningkat. Nyatanya, temperatur yang meningkat adalah kisah awal yang akan memancing terjadinya hal-hal berbahaya lain layaknya reaksi rantai. Jika suhu bumi meningkat, maka kekeringan ekstrim, kelangkaan air, kebakaran, kenaikan permukaan laut, dan berbagai malapetaka bumi lainnya hanya tinggal menunggu waktu.

Konsentrasi gas rumah kaca sudah mencapai titik tertinggi dalam 2 juta tahun terakhir dan akan terus meningkat berdasarkan data yang dihimpun oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Akibatnya, dunia akan 1,1 °C lebih hangat dibandingkan saat tahun 1800. 1,1 °C mungkin terasa tidak signfikan, tapi cukup mampu menenggelamkan Kota Jakarta jika kita tidak bergerak mencegah terjadinya perubahan iklim. Jika kita semua tidak bertindak untuk menyelamatkan bumi ini, maka diperkirakan kenaikan suhu akan mencapai 4,4 °C di akhir abad ini.

Kenaikan temperatur global yang tidak main-main ini menghasilkan keputusan yang dikenal dengan Paris Agreement. Paris Agreement bervisi agar kenaikan temperatur global HARUS dibawah 2 °C dibandingkan dengan jaman pra-industri. Salah satu tujuan utama yang hendak dicapai agar perubahan iklim tercapai adalah mengurangi emisi GRK. Indonesia sendiri sudah berkomitmen untuk memenuhi mimpi ini bersama-sama.

Salah satu gas rumah kaca adalah CO2. Berdasarkan data Badan Pengawas Lingkungan Hidup (BPLHD) Jakarta, 60-70% dari CO2 pada kota-kota besar yang dihasilkan berasal dari gas pembakaran kendaraan bermotor. Hasil gas pembakaran ini menyumbang emisi CO2 sebanyak 71 ton dengan konsumsi energi sebanyak 179 juta sbm (Setara Barel Minyak). Ini merupakan jumlah yang masif dan sudah pasti Kota Jakarta ikut ambil andil dalam terjadinya perubahan iklim. Pada akhirnya, kesehatan warga Jakarta pula lah yang dipertaruhkan.

Kualitas udara yang buruk akibat kendaraan bermotor di Kota Jakarta

perubahan iklim batuk pilek

Saya pernah mengambil topik penelitian kualitas udara Jakarta untuk tesis S2 saya. Di penelitian tersebut, saya menggunakan data sekunder yang diambil dari BPLHD Jakarta. Ada 2 data stasiun pemantauan yang saya gunakan, yaitu stasiun Bundaran HI dan Ragunan.

Sebelum mendapatkan data tersebut, saya sudah memprediksi bahwa konsentrasi CO2 di sekitar Bundaran HI akan sangat tinggi mengingat itu adalah gas utama buangan kendaraan bermotor. Benar saja, konsentrasi CO2 berada di puncaknya pada jam berangkat dan pulang kerja. Konsentrasi CO2 juga sangat tinggi di jam makan siang.

“Itu namanya Power lunch, dimana lalu lintas cukup tinggi karena orang-orang keluar menggunakan kendaraan bermotor untuk mencari makanan siang”, ujar dosen pembimbing saya pada saat itu.

Sementara untuk data stasiun Ragunan, konsentrasi gas ozon (O3) cukup tinggi. Senyawa ozon  merupakan gas sekunder yang dihasilkan dari proses reaksi kimia, jadi bukan seperti CO2 yang langsung keluar dari mulut knalpot mobil dan motor. Ini disebabkan oleh banyaknya vegetasi di daerah Jakarta Selatan yang memancing proses kimia yang menghasilkan zat ozon di lapisan troposfer.

Penduduk kota Jakarta bisa meningkat menjadi 6-7 kali lipat dari jumlah penduduk aslinya. Mayoritas warga yang berasal dari Megapolitan Jakarta memilih menggunakan mobil atau motor pribadi saat ke kantor. Tak heran, kemacetan memuncak saat menuju jam masuk kantor dan setelah jam pulang kantor.

Selain menghasilkan emisi utama berupa CO2, kendaraan bermotor juga mengeluarkan PM2.5 yang jelas dapat mengganggu kesehatan. PM2.5 (Particulate Matter) adalah partikel polusi dengan diameter lebih kecil dari 2.5 mikrometer. Kehadiran PM2.5 ini yang didukung dengan kenaikan konsentrasi gas rumah kaca CO2 akan saling bersinergi membuat tingginya konsentrasi PM2.5 yang nantinya akan berdampak letal bagi kesehatan manusia.

Kualitas udara buruk, perubahan iklim, dan efeknya pada kesehatan

perubahan iklim batuk pilek

PM2.5 dapat masuk ke saluran pernapasan manusia hingga mencapai paru-paru. Paparan partikel berukuran halus ini dapat mengakibatkan efek kesehatan jangka pendek berupa  iritasi mata, hidung, dan tenggorokan, batuk, bersin, hidung meler, hingga sesak napas seperti yang dilansir dari Departemen Kesehatan New York di situs resminya.

Tercantum juga di dokumen WHO, polutan PM2.5 menyebabkan dampak kesehatan jangka pendek dan jangka panjang berupa kematian yang disebabkan oleh serangan jantung dan pernapasan.

Tidak hanya menghasilkan CO2 dan PM2.5, asap buangan bermotor juga dapat mengeluarkan emisi NOx yang juga dapat mengakibatkan masalah di sistem pernapasan.

Berarti cukup valid lah ya hipotesis prematur saya yang menduga bahwa udara Kota Jakarta sebagai biang batuk-pilek anak saya sepulang dari luar kota dan flu langganan yang dialami ponakan saya.

Gas buangan kendaraan bermotor memproduksi CO2 secara masif yang berkontribusi aktif meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca. Gas rumah kaca ini memicu kenaikan suhu secara global. Naiknya suhu dapat membuat konsentrasi PM2.5 yang juga diproduksi oleh kendaraan bermotor semakin terperangkap sehingga konsentrasi PM2.5 juga lebih besar.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Cina pada tahun 2019 menggabungkan parameter perubahan iklim, kualitas udara yang buruk, serta efeknya terhadap kesehatan. Hasilnya cukup mencengangkan. Lebih dari 85% penduduk Cina akan merasakan dampak kesehatan akibat konsentrasi PM2.5 yang tinggi di tengah abad ini.

Efek gas rumah kaca akan menyebabkan stagnansi pada lapisan atmosfer serta serangan gelombang panas yang nantinya akan memicu gangguan kesehatan yang disebabkan oleh polutan PM2.5 menjadi lebih fatal.

perubahan iklim batuk pilek

Naiknya suhu global akan berdampak pada meningkatnya proses evaporasi dan uap air atmosfer sehingga curah hujan pun akan meningkat. Hujan gila-gilaan ini adalah salah satu indikator perubahan iklim yang jarang disadari oleh manusia seperti yang dilansir dari United States Environmental Protection Agency (US EPA). Pola curah hujan yang tidak biasanya ini dapat mengakibatkan kecepatan angin berkurang sehingga konsentrasi PM2.5 lebih mudah terperangkap dan tinggi pula konsentrasinya.

Perubahan iklim merupakan ancaman kesehatan terbesar yang menghadang umat manusia, salah satunya adalah ancaman kesehatan seperti yang tertera di situs resmi PBB. Lebih dari 90 persen manusia menghirup udara yang tidak sehat yang sudah dikontaminasi oleh hasil dari pembakaran bahan bakar fosil.

Apa yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki kualitas udara Kota Jakarta?

Sektor transportasi berkontribusi menyumbang 20 persen dari emisi karbon lokal seperti tertera di situs resmi PBB. Bahkan, emisi CO2 di Jakarta sebanyak 60-70% dihasilkan oleh sektor transportasi menurut BPLHD Jakarta..

Dengan jumlah karbon dioksida yang cukup masif ini, banyak hal yang dapat kita lakukan sebagai bentuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor.

Warga Kota Jakarta bisa kok lebih bijak dalam mengurangi emisi buangan kendaraan bermotor dan berkontribusi dalam pencegahan terjadinya perubahan iklim. Simak caranya!

1. Memprioritaskan penggunaan transportasi publik

perubahan iklim batuk pilek
Sumber: jakartamrt.co.id

Perlu saya akui, jaringan transportasi publik di Megapolitan Jakarta (Jakarta dan kota satelitnya) semakin lengkap. Pilihan transportasi publik tersebut juga cukup banyak, mulai dari Kereta Listrik (KRL), MRT, LRT, bus pengumpan, hingga angkot. Jaringan transportasi publik ini akan terus diperluas dan dibenahi ke depannya.

Modern people do commute”, ujar suami saya tempo hari.

Jika diperhatikan, malah justru kota-kota besar di dunia sudah memiliki jaringan transportasi publik yang baik sehingga mayoritas penduduknya sudah melakukan commuting menggunakan transportasi publik.

Menggunakan transportasi publik lebih murah ketimbang menggunakan kendaraan pribadi. Bahkan, tak jarang juga lebih cepat dibanding harus menempuh kemacetan di jalan raya. Jika harus membawa mobil saat pergi ke tempat kerja, suami saya kerap memilih untuk memarkirkan mobil di dekat stasiun MRT, kemudian melanjutkan perjalanan dengan MRT.

“Lebih cepat dan stress-free ketimbang bawa mobil terus ke ke kantor. Udah gitu jarak tempuhnya juga lebih cepat’, celetuk suami saya.

Menggunakan transportasi publik juga memicu masyarakat untuk lebih banyak untuk berjalan kaki sehingga akan  lebih sehat pula.

Dengan semakin lengkapnya jalur transportasi publik didukung dengan pilihan ojek daring dan taksi daring, maka alasan apa lagi yang harus diutarakan untuk tidak menggunakan transportasi publik?

2. Menggunakan sepeda sebagai moda transportasi ke kantor

perubahan iklim batuk pilek
Sobat setia Suami

Penduduk Kota Jakarta membengkak 6-7 kali lipat di hari kerja. Bisa ditebak, jumlah kendaraan yang beredar di jalan raya pada jam berangkat dan pulang kerja juga meningkat drastis sehingga kemacetan pun terjadi dimana-mana.

Selain memilih opsi transportasi publik, masyarakat bisa memilih opsi bersepeda ke kantor seperti opsi yang suami saya pilih. Pengendara sepeda juga tidak mesti harus sepenuhnya menggunakan sepeda saat ke kantor, tapi bisa juga combo menggunakan MRT yang sudah sangat bike-friendly.

Dari Cinere, suami menggenjot sepeda lipatnya sampai ke stasiun Fatmawati. Kemudian ia naik MRT bersama sepedanya hingga stasiun Dukuh Atas. Setelah itu, ia menyelesaikan perjalanan ke RSCM kembali dengan menggenjot sepeda.

Opsi ini selain sebagai wujud bentuk kita mengurangi dampak terjadinya perubahan iklim, secara tidak langsung juga lebih sehat karena membuat pelakunya olahraga kardio hampir setiap hari!

3. Menggunakan kendaraan pribadi hanya saat penggunaan transportasi publik tidak memungkinkan

perubahan iklim batuk pilek

Realistis saja, opsi penggunaan kendaraan pribadi bisa menjadi opsi terbaik, salah satunya jika ingin bepergian dengan keluarga. Apalagi jika jarak tempuh cukup jauh.

Dengan tidak menempatkan penggunaan kendaraan pribadi sebagai prioritas pertama, setidaknya kita menjadi lebih bertanggung jawab saat menggunakan kendaraan pribadi.

4. Hemat BBM

perubahan iklim batuk pilek

Salah satu yang dapat kita lakukan agar lebih mindful saat menggunakan kendaraan pribadi adalah hemat BBM. Langkah-langkah Hemat BBM pernah saya tulis di blog ini. Beberapa langkah yang bisa ditempuh adalah mengisi jenis bahan bakar sesuai dengan jenis mesin mobil, melakukan servis berkala, memastikan ban tidak kempes, tidak membawa beban berlebihan dan menerapkan eco-driving.

Banyak masyarakat yang memilih menggunakan Premium (RON 88) dengan dalih lebih murah. Padahal, penggunaan bahan bakar RON 88 di kendaraan dengan jenis Euro 2 dan Euro 3 malah akan merusak mesin mobil dan membuat pembakaran tidak sempurna. Pembakaran tidak sempurna ini juga akan membuat penggunaan bahan bakar fosil menjadi boros.

Alih-alih ingin berhemat, selamat, kamu sudah berpartisipasi dalam memperburuk perubahan iklim!

Bagaimana dengan penggunaan mobil listrik?

Penggunaan mobil listrik dilabeli sebagai sebuah cara untuk mengerem laju perubahan iklim. Tapi tepatkah jika digunakan di Indonesia?

Nyatanya, kita juga harus berpikiran realistis. Tahukah kamu bahwa energi fosil menyumbang 85% listrik di Indonesia menurut Tirto? Pembangkit Listrik Tenaga Batubara menempati posisi pertama sebagai sumber listrik di Indonesia yang menyuplai sebanyak 49,67% total kapasitas nasional. Posisi berikutnya dipegang oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berbasis energi fosil. PLTU menyuplai sebanyak 6,47% kapasitas kapasitas terpasang.

Memperbaiki kualitas udara Kota Jakarta = berpartisipasi dalam mencegah kenaikan suhu global

Ancaman terjadinya iklim sudah di depan mata. Kita tidak bisa diam saja, apalagi menafikannya. Semua lapisan harus bergerak, mulai dari masyarakat, industri, hingga pemerintah. Memang penelitian yang menghubungkan antara polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor dan kesehatan masih terbatas, tapi bukan tidak mungkin akan banyak penelitian-penelitian serupa yang akan mempertegas hubungan tersebut.

Jika semua pihak saling bersinergi dan bahu-membahu untuk mencegah terjadinya perubahan iklim seperti yang menjadi visi Paris Agreement, bukan tidak mungkin bumi kita kembali menjadi lebih sehat.

Kita bukan akan egois, tapi kita sedang menyiapkan bumi ini menjadi lebih layak untuk anak dan cucu kita. Oleh karena itu, masalah perubahan iklim ini adalah milik semua kalangan, mari kita lakukan yang terbaik #UntukmuBumiku. It’s time for #TeamUpforImpact !

Referensi

Data BPLHD 2009

Hong Chaopeng, et al., 2019. Impacts of Climate Change on Future Air Quality and Human Health in China. PNAS. 116 (35) 17193-17200

Ismiyati et.al., 2014. Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik Vol.1 No.3

https://www.epa.gov/climate-indicators/climate-change-indicators-heavy-precipitation diakses 19 April 2022

http://kaltim.litbang.pertanian.go.id diakses 18 April 2022

https://www.health.ny.gov/environmental/indoors/air/pmq_a.htm#:~:text=Particles%20in%20the%20PM2.5%20size%20range%20are%20able%20to,nose%20and%20shortness%20of%20breath diakses 19 April 2022

https://www.un.org/en/climatechange/science/key-findings diakses 18 April 2022

https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-agreement/the-paris-agreement diakses 19 April 2022

https://tirto.id/energi-fosil-sumbang-85-listrik-ri-per-mei-2020-terbanyak-pltu-fU1K diakses 20 April 2022

Thobarony, Zeneth Ayesha. 2013. Penggunaan Artificial Neural Network sebagai Metode Prediksi Konsentrasi Ozon di Jakarta. Tesis ITB

WHO. 2021. WHO global air quality guidelines: particulate matter (‎PM2.5 and PM10)‎, ozone, nitrogen dioxide, sulfur dioxide and carbon monoxide.
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/345329/9789240034228-eng.pdf

Lakukan 5 Langkah ini agar Hemat BBM!

19 komentar

"Mobilku boros banget nih, masa belum seminggu sudah harus isi bensin penuh lagi, padahal ga kemana-mana banget. Ga usah beli mobil (sebut merk) ini deh!"

Ada kah yang memiliki keluhan serupa? Atau merasa tiba-tiba mobil atau motor kamu mendadak boros bahan bakar bakar (BBM) padahal sebelumnya tidak begitu? Mungkin penyebabnya bukan kendaraanmu yang boros BBM, tapi perilakumu yang membuat kendaraanmu boros.

Ada banyak langkah simpel dan tidak terduga yang dapat membuat penggunaan BBM mu menjadi irit, atau setidaknya mendekati klaim para manufaktur kendaraan tersebut. 
hemat bbm

Lakukan Langkah Ini Agar Hemat BBM!

1. Menggunakan BBM yang tepat

Sepeda motor dan mobil yang umumnya beredar di jalanan sekarang minimal sudah memiliki kualifikasi mesin Euro 2 dan Euro 3. Mesin dengan kualifikasi ini minimal harus menggunkan bahan bakar dengan RON 90 atau Pertalite. Artinya, jangan sampai kamu menggunakan Premium (RON 88) dengan dalih berhemat. Alih-alih berhemat, kamu malah makin boros dan mesin kendaraan kamu malah semakin rusak.

Masyarakat menengah bawah masih sering menggunakan Premium meski kendaraan yang dimiliki mensyaratkan penggunakan minimal nilai Pertalite. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Teknik Lingkungan ITB, penggunaan bahan bakar dengan nilai RON yang tidak sesuai malah akan menyebabkan kerusakan mesin akibat pembakaran yang tidak efektif. Artinya, jarak tempuh untuk bahan bakar Premium 2 L akan lebih pendek dibandingkan Pertalite 2 L. Mesin rusak, boros pula.

Pemerintah sendiri juga sudah melakukan transisi Premium menjadi Pertalite agar masyarakat lebih memilih menggunakan Pertalite. Distribusi Premium perlahan dikurangi hingga sama sekali hilang dari peredaran. Selain itu, dilakukan pembatasan SPBU yang boleh mengedarkan Premium.

Selain tidak boleh menggunakan BBM yang lebih jelek dari kebutuhannya, kita juga diharapkan tidak menggunakan BBM dengan spesifikasi di atas mesin kendaraan kita mampu. Sebagai contoh, mesin kendaraan kita hanya bisa memproses BBM dengan nilai RON 90 sanpai 92. Jangan sampai kita memaksakan mesin dengan menggunakan BBM Pertamax Turbo (RON 95). Selain percuma, sudah lah lebih mahal, lebih boros pula.

2. Melakukan servis berkala

Dengan melakukan servis berkala, kita memastikan mesin mobil berfungsi sebagaimana mestinya. Apakah pembakaran masih efektif, apakah alat konversi katalitiknya masih bekerja dengan baik, apakah pergerakan busi mesin dan roda masih lancar. 

Motor dan mobil wajib dilakukan servis berkala. Tidak hanya sebagai bentuk usaha memelihara mobil, servis berkala juga memastikan agar BBM yang digunakan tidak boros dari yang seharusnya dibutuhkan. Saat servis berkala, mobil dan motor kamu dicek komponen-komponennya. Ini membuat pembakaran yang terjadi berlangsung maksimal dan menghindari terjadinya keborosan bahan bakar. Jika pembakaran tidak sempurna, bensin yang keluar tidak sesuai dengan tenaga yang ingin dihasilkan. 

3. Memastikan ban tidak kempes

Pernahkah kamu mengemudi tapi merasa kendaraanmu lebih berat dari biasanya?

Ban adalah komponen yang sangat krusial dalam kendaraan bermotor untuk menopang dan menjaga kestabilan moda. Tekanan angin ban berpengaruh terhadap usia ban dan efisiensi bahan bakar. Tekanan angin ban yang rendah membuat ban berat sehingga tidak dapat menopang kendaraan dengan ideal. Akibatnya, mesin kendaraan pun harus bekerja ekstra dengan cara mengkonsumsi bahan bakar dari yang seharusnya. Tekanan angin ban pun tidak boleh terlalu berlebih karena akan menyebabkan ban benjol dan mengurangi usia ban juga. 

Perawatan tekanan angin ban tidak lah mahal karena gampang ditemukan kompresor pengisian tekanan angin di pinggir jalan. Biaya yang dikeluarkan pun tidak mahal.

4. Tidak membawa beban berlebih

Alih-alih berpikiran praktis bahwa lebih ekonomis memboyong banyak penumpang dan bagasi dalam satu mobil dan motor, ternyata perilkau ini dapat membahayakan keselamatan dan membuat boros bahan bakar!

Setiap mobil dan motor memiliki batas beban muatan maksimal. Muatan berlebih akan membuat beban tambahan bagi kendaraan saat melaju dari kondisi diam. Mesin butuh kerja keras untuk mengimbanginya sehingga cenderung mengegas dan butuh gigi rendah lebih lama. Ini menyebabkan putaran mesin yang tinggi dimana proses pembakarannya lebih besar. Semakin besar proses pembakaran maka semakin banyak pula bahan bakar yang digunakan. 

5. Eco-Driving

hemat bbm

Eco-Driving adalah cara mengemudi ramah lingkungan yang mengoptimalkan konsumsi bahan bakar. Selain ramah lingkungan  dengan melakukannya kamu dapat menghemat bahan bakar, biaya, minimalisir emisi, hingga meningkatkan kesehatan.

Kendaraan bermotor sebagai penyumbang terbesar emisi udara di Indonesia mengeluarkan gas-gas seperti Karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), PM10 (Particulate Matter 10), (Nitrogen Oksida (NOx), Hidrokarbon (HC), Sulfat Oksida (SOx) dan air. Hasil emisi kendaraan ini membuat kualitas kesehatan menurun karena memperbesar kemungkinan terjadinya iritasi dan infeksi penyakit pernafasan, terutama bagi yang sehari-hari terpapar emisi kendaraan di jalanan.

Saat melihat jalanan lowong, apakah kamu tergoda untuk mengebut? 

Sebuah studi yang dilakukan oleh Jurusan Teknik Lingkungan, ITB menyatakan bahwa emisi CO2, CO, dan hidrokarbon akan lebih kecil seiring dengan semakin besarnya kecepatan kendaraan. Namun ini tidak menjadi pembenaran untuk perilaku mengebut. Perhatikan rambu keselamatan dan batas kecepatan maksimal yang telah diberlakukan. Pikirkan keselamatan pengemudi dengan melakukan defensive driving atau mengemudi secara berhati-hati.

Dari hasil studi yang sama, tercatat bahwa emisi yang dihasilkan saat kendaraan berada dalam kondisi diam dengan mesin menyala (idle) cukup besar. Keadaan ini dicapai sewaktu kendaraan tersendat saat terjadi kemacetan dan di tengah lampu merah. Jalanan macet memang merupakan suatu kondisi yang tidak dapat kita kontrol. Oleh karena itu kita bisa meminimalisirnya dengan cara mencari jalur yang paling lancar melalui aplikasi semacam Google Maps dan Waze. Selain itu, apabila waktu berhenti lampu merah diatas 60 detik, kamu dapat mematikan mesin mobil dahulu dan menyalakannya lagi sebelum lampu berubah menjadi hijau. Hindari pula memberhentikan kendaraan dalam kondisi mesin menyala jika lebih dari 10 menit.

Apakah kamu sudah melakukan semua langkah-langkah di atas? Jika kamu sudah melakukan 2 atau 3 langkah di atas, artinya kamu sudah cukup peduli terhadap kendaraan, lingkungan dan tentu kondisi dompetmu. Jika belum, mari kita coba aplikasikan semua langkah di atas. Coba bagikan ya pengalamanmu apabila sudah melakukan semuanya!

Sinergi dalam Bijak Berkendara untuk Mendukung Program Langit Biru

4 komentar

Pandemi Covid-19 dimana banyak kantor yang memberlakukan WFH (Work From Home) ditambah PJJ 'Pembelajaran Jarak Jauh" bagi anak sekolah membuat kendaraan yang berlalu lalang di jalanan ibu kota menurun drastis. Di suatu pagi kala saya sedang menuju ke arah selatan melalui jembatan Antasari, terlihat jelas Gunung Salak dan Gunung Gede di kejauhan ufuk. Suatu pemandangan yang amat langka. Tidak disangka, kedua gunung tersebut dapat dilihat dari jarak sejauh itu, padahal biasanya dulu hanya dapat saya lihat menggunakan tol Jagorawi ke arah Selatan. Malah kata teman saya yang berkantor di bilangan Jakarta Pusat, kedua gunung itu juga terlihat dari sana! Betapa cerahnya langit Jakarta.

Namun, apakah hal demikian bisa terjadi lagi apabila Jakarta kembali ke situasi normal dimana kendaraan kembali ke jalanan dengan volume aslinya?

bijak berkendara


Apa itu Program Langit Biru?

Program Langit Biru merupakan program pengurangan polusi udara yang akan dimulai dari wilayah Bali, Tangerang Selatan, Gianyar, Palembang, dan wilayah lainnya. Tujuannya adalah mengantisipasi krisis lingkungan akibat polusi udara yang dicetuskan oleh sumber bergerak dan tidak bergerak. Program ini sudah mendapat dukungan regulasi dari pemda, YLKI, KemenLH, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, dan Kemenkes. Salah satu tahapnya adalah pengurangan penggunaan premium (RON 88) dengan cara memberikan diskon awal pertalite (RON 90). 

Sebenarnya, Program Langit Biru ini bukan barang baru. Program  ini sudah mulai digaungkan sejak 25 tahun silam oleh KemenLH melalui Permen LH No. 15 Tahun 1996. Delapan tahun kemudian muncul Kepmen LH No. 141/2003 yang mengatur emisi gas buang pada kendaraan bermotor. Pada saat itu masih berupa BBM standar Euro 2. 14 tahun berselang, muncul kembali Kepmen KLHK N0. 20/2017 yang mewajibkan kendaraan bermotor menggunakan BBM standar Euro 4. Keputusan ini dinilai cukup telat mengingat beberapa negara maju lain sudah menerapkan standar Euro 5 ataupun 6.

Meski Kadar emisi yang dikeluarkan sumber tidak bergerak seperti cerobong asap, menurut data sebanyak 75% sumber utama polusi udara adalah dari sumber bergerak, yaitu sektor transportasi darat.


Paris Protocol

bijak berkendara
sumber: diplomatie.gouv.fr


Pada Bulan November 2015, Presiden Joko Widodo menghadiri pertemuan Paris Protocol on Climate Change di Perancis. Pada saat itu Presiden berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon antara 20-40 persen hingga 2050. Banyak pihak menilai komitmen ini terlalu berlebihan dan tidak sesuai dengan realitas. Komitmen Paris Protocol akan sulit terwujud apabila BBM yang dipasarkan masih belum memenuhi standar Euro kendaraan dan penggunaan PLTU masih digenjot.

Sinergi dalam Bijak Berkendara

Mengidam-idamkan menatap langit biru di kota besar semacam Jakarta? Sayang sekali, ini akan susah terwujud apabila emisi dari kendaraan bermotor masih setinggi sekarang. Emisi yang dihasilkan dapat meningkatkan peningkatan suhu global, pembentukan kabut fotokimia, dan penambahan konsentrasi debu yang membuat jarak pandang terbatas. Tidak hanya efek pada lingkungan, hasil emisi kendaraan juga membuat kualitas kesehatan menurun karena memperbesar kemungkinan terjadi iritasi dan infeksi penyakit pernafasan, terutama bagi yang sehari-hari terpapar emisi kendaraan di jalanan.

Berdasarkan KepmenLH No. 15/1996, menurunkan emisi gas buang kendaraan bermotor dapat dilakukan dengan cara inspeksi dan perawatan kendaraan bermotor serta penetapan standar emisi gas buang untuk kendaraan yang sudah berjalan. Ada banyak pihak yang harus saling bersinergi agar program langit biru dan Paris Protocol tercapai.

1. Masyarakat

Untuk kasus Jakarta, masyarakat diharapkan menggunakan kendaraan umum saat berkomuter. Tercatat, penduduk Jakarta di hari kerja bisa berlipat-lipat jumlahnya dibandingkan penduduk yang memang asli tinggal. Karena keterjangkauan kendaraan umum masih belum begitu baik, penggunaan kendaraan pribadi juga masih banyak dan menyebabkan peningkatan polusi udara yang signifikan. Berdasarkan data BPJS tahun 2021, jenis moda kendaraan paling banyak di Indonesia adalah motor dengan rasio manusia terhadap kendaraan sebesar 3:1. Artinya, tiap 3 orang memiliki 1 kendaraan bermotor.

Masyarakat juga diharapkan menggunakan BBM minimal pertalite. Tahukah kamu kalau sepeda motor yang banyak beredar sekarang memiliki kualifikasi mesin Euro 2 dan Euro 3? Kendaraan dengan spesifikasi ini membutuhkan minimal BBM dengan nilai RON 90 atau pertalite. Masyarakat menengah ke bawah masih sering menggunakan premium meski kendaraan yang dimiliki menyaratkan penggunakan minimal nilai RON 90 (pertalite). Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Teknik Lingkungan ITB, penggunaan bahan bakar dengan nilai RON yang tidak sesuai malah akan menyebabkan kerusakan mesin dan ketidak-efektivan pembakaran. Artinya, jarak tempuh premium 2 L akan lebih pendek dibandingkan pertalite 2 L. Alih-alih berhemat, kamu malah makin boros dan mesin kendaraanmu malah semakin rusak.

2. Pemangku Kebijakan

a. Uji Emisi

Per 24 Januari 2020, kendaraan bermotor di Jakarta usia 3 tahun ke atas wajib dilakukan uji emisi. Ini sesuai dengan Pergub 66/2020. Apabila tidak lulus uji emisi, para pemilik kendaraan dikenai denda dengan kisaran Rp 250.000 - Rp 500.000 berdasarkan UU LLAJ. Dalam uji emisi, ada dua kandungan yang dijadikan parameter lolos atau tidaknya, contohnya kandungan CO (karbon monoksida) dan HC (Hidrokarbon). Kendaraan bermotor yang berbahan bakar bensin premium dan solar, apalagi yang memang berumur tua sudah hampir pasti tidak akan lolos uji emisi.


b. Konsistensi Kebijakan

Pada tahun 2015, Presiden Joko Widodo membentuk Tim Reformasi Mafia Migas yang menunjuk Ekonom Faisal Basri sebagai ketua. Salah satu rekomendasi Tim Reformasi Mafia Migas adalah meminta pemerintah untuk menghapus BBM premium. PT Pertamina selaku operator menyanggupi namun minta jeda waktu sampai 2 tahun. Pemerintah sempat menngendalikan premium secara ketat di daerah Jawa, Madura, dan Bali pada tahun 2017. Namun sayang, pada pertengahan 2018 kebijakan ini dibatalkan diakibatkan faktor politis.

Apakah yang terjadi? Mungkinkah ada politik transaksional antara pemilu dan mafia migas? Entahlah.

Peningkatan kualitas BBM dapat dilakukan dengan melakukan transisi dari RON 88 (Premium) menjadi RON 90 (Pertalite) dan RON 92 (Pertamax). Amat disayangkan, di Jakarta sendiri terdapat sekitar 5 pom bensin yang menjual premium sementara di  area Jawa lainnya  sudah hampir tidak ada.


c. Meningkatkan manajemen dan infrastruktur lalu lintas

Menata manajemen lalu lintas yang baik untuk menghindari kemacetan merupakan langkah signifikan untuk mmengendalikan emisi gas buang kendaraan bermotor. Menurut penelitian, porsi emisi dihasilkan paling besar pada saat kendaraan berada dalam keadaan idling, atau berhenti dengan keadaan mesin menyala dibandingkan dalam keadaan lain seperti mengebut atau berjalan lambat. Keadaan idling dicapai pada saat lampu merah dan terjadi kemacetan. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan strategi meminimalisir kemacetan dan merancang agar waktu tunggu lampu merah tidak terlalu lama. Apabila waktu tunggu lampu merah lebih dari 60 detik, pengemudi bisa mematikan kendaraanya terlebih dahulu.

3. Sektor Bisnis

Pengembangan teknologi otomotif yang mendukung bbm ramah lingkungan

bijak berkendara
Cara kerja catalytic converter (sumber: alliedmuffler.com)


Ada 3 faktor yang harus saling bersinergi untuk mengurangi emisi pencemaran udara dari kendaraan bermotor. Faktor tersebut adalah kualitas emisi, teknologi otomotif, dan manajemen lalu lintas. Catalytic Converter atau Konverter Katalisis adalah teknologi untuk meningkatkan penyempurnaan motor bensin maupun diesel yang akan diimbangi pemanfaatan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Perangkat ini mulai digunakan pada tahun 2007 saat masih menggunakan standar Euro 2. Untuk memenuhi standar itu, setiap kendaraan bermesin diesel dan bensin harus menggunakannya.

Konverter katalisis sendiri berupa katalisator yang dipasang di ruang setelah saluran buang. Fungsinya menyaring hidrokarbon (bensin yang belum atau tidak terbakar) dan polutan lain yang dihasilkan oleh mesin. Sayangnya katalisator adalah barang mahal karena terbuat dari platina paladium. Nilai logam yang digunakan pada konverter katalisis bisa mencapai 60-70 persen dari total harga konverter katalisis. Sebagai contoh, jika logam yang digunakan untuk konverter katalisis bernilai 5 juta, maka harga konverter katalisisnya saja bisa seharga 3 - 3,5 juta!

Teknologi otomotif akan diubah atau ditingkatkan menjadi lebih ramah lingkungan melalui penyempurnaan desain maupun perlengkapan pengolahan emisi gas buang. Pengembangan teknologi hibrida bensin-listrik atau eco-car, dan fuel cell diharapkan tidak akan menghasilkan gas buang beracun. 


Bersatu demi Langit Biru Jakarta

Kok saya terkesan seolah-olah meng-anak emaskan Kota Jakarta? Bukan begitu. Saya mengangkat Kota Jakarta karena sudah sedemikian parahnya masalah transportasi (baca: kemacetan) dan tingginya emisi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor yang lalu lalang. Ini juga berlaku untuk kota-kota besar yang memiliki masalah serupa.

Kota Jakarta terkenal dengan langit pekatnya. Tidakkah kita semua ingin melihat langit Jakarta tetap berwarna biru dengan pemandangan Gunung Gede-Salak di kejauhan dan tidak hanya sewaktu pandemi saja? Mari kita semua bersama-sama menyingsingkan lengan untuk bekerja sama mewujudkannya!

Blogger Gathering Bersama WALHI dan Blogger Perempuan: Kepemilikan Lahan yang Tercerabut

1 komentar
Kalau boleh jujur, sebenarnya tujuan utama saya mengikuti lomba menulis blog yang diselenggarakan oleh kerjasama Blogger Perempuan Network dan WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) yang bertajuk Forest Cuisine dengan tema "Hutan adalah Sumber Pangan" adalah demi menjadi 30 finalis sehingga diundang ke acara Blogger Gathering yang diadakan pada hari Sabtu, 29 Februari 2020 pada pukul 09.30. Ternyata ekspektasi saya tidak salah, saya puas mengikuti rangkaian acara ini karena bersinggungan dengan ketertarikan saya, yaitu lingkungan hidup dan masak-memasak. Memang ada apa aja sih di acara ini sampai menjadi motivasi utama mengikuti kompetisi blog?
kepemilikan lahan

Acara diselenggarakan di Almond Zucchini, Seterletak tepat di seberang Kantor Walikota Jakarta Selatan. Meski berdomisili di Jakarta, saya baru tahu ada studio memasak sebagus ini dan terletak tepat di tengah kota. Di dekat pintu sudah ada meja registrasi dan meja dari perwakilan WALHI di seberangnya yang menjual aneka produk lokal. Produk-produk ini dibesut oleh komunitas-komunitas lokal, dengan membelinya memiliki arti ikut berpartisipasi untuk mengembangkan perekonomian masyarakat lokal. Acara talkshow diadakan di ruangan bergaya kontemporer di sebelahnya.
kepemilikan lahan
Sumber: venuerific.com
kepemilikan lahan

Sesi Patah Hati: Kepemilikan Lahan yang Terampas

Sesi dibuka dengan pemutaran film berjudul "Kita Masih di Planet Bumi" oleh WALHI. Sebuah film pendek pembuka mata betapa abai kita terhadap bumi, tempat dimana kita menjejakkan kaki. Konsumen yang acuh, memberi tekanan pada industri, kemudian mengakibatkan timpangnya ekosistem.

Talkshow kali ini sungguh menarik karena menghadirkan 4 orang dari 3 sisi. Payung organisasi non-pemerintah, inisiator, dan pemengaruh. Mereka adalah Perwakilan Eksekutif Nasional WALHI Khalissa Khalid, 2 orang WALHI Champion: Sri Hartati dan Tresna Usman Kamaruddin, serta food blogger pemilik @foodirectory, Windy Iwandi. WALHI Champion ini adalah orang yang sukses berkontribusi kepada hutan di daerahnya.
kepemilikan lahan

Kepemilikan Lahan dan Peran hutan

Menurut Khalissa Khalid atau kerap disapa Alin, hutan memiliki berbagai peran bagi masyarakat, yaitu: ekonomi, ruang hidup masyarakat, penjaga pangan keluarga, sumber energi, sumber pengetahuan, hingga apotik keluarga. Perempuan juga dapat melakukan pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Secara tidak langsung, yang menerima keuntungan  hutan yang terkelola dengan baik tidak hanya masyarakat lokal yang tinggal di sekitar hutan tersebut, orang kota juga mendapat manfaatnya. Hutan pada hakikatnya adalah flora, fauna dan ekosistem yang beragam. "Kalau seragam bukan lah hutan", tandas Alin.

Dari hutan, banyak hasil alamnya yang berupa produk non kayu dapat diolah secara berkelanjutan, disinilah peran hutan sebagai peran ekonomi. Produk yang digarap komunitas mungkin relatif lebih mahal, tapi lebih adil karena minimnya peran-peran tengkulak yang mencerabut kesejahteraan masyarakat daerah. Dewan masyarakat lokal mulai berupaya mandiri untuk menanam sendiri lahan yang mereka punya. Pun, mereka masih terkendala oleh pemasaran dan akses. Besar keinginan agar pemerintah mendukung produk dan usaha lokal, terutama dari tempat terpencil. Kenyataanya, banyak kebijakan pemerintah yang menjadi duri, bertentangan dengan kepentingan masyarakat lokal, bahkan menghambat. Ini berujung menjadi berbagai macam konflik agraria dan konflik warga lokal terhadap penguasa.
kepemilikan lahan

Jauhnya letak perkotaan dan hutan membuat masyarakat kota merasa tidak terikat kepada hutan.  Kebakaran menyebabkan rusaknya hutan. Hutan rusak, pangan juga terancam, terutama beresiko tinggi kepada anak-anak dan balita. Padahal, apabila kita merawat hutan dengan baik, hutan akan berbaik hati untuk kita dengan menyediakan panganan bergizi tinggi hingga air jernih yang bisa langsung dikonsumsi. Lahir dan besar dikelilingi oleh hutan, membuat Tresna mendorong segala lapisan masyarakat untuk menjaga hutan. Sebagai WALHI Champion, Tresna menginisiasi berbagai macam usaha pengelolaan hutan di daerahnya, Kolaka, Sulawesi Selatan dengan cara memberikan edukasi sampah plastik kepada komunitas wanita, hingga gerakan menanam pohon yang memiliki kearifan lokal seperti sagu. Ia bahkan merindukan cemilan masa kecilnya yang terbuat dari sagu dan kini sudah hilang, Cako-cako. Sri Hartati yang juga WALHI Champion berusaha mengelola buah Pala yang merupakan komoditas di Sumatera Barat. Bahkan dengan cerdiknya mempromosikan buah Pala ini menjadi minuman selamat datang di Hotel Bumi Minang, Padang, Sumatera Barat.

Dusun Silit, Desa Nanga Pari, Kecamatan Sepauk, Sintang adalah kampung yang ditinggali oleh Masyarakat Dayak Seberuang dan memiliki potensi sumber daya yang melimpah ruah dengan kondisi alam yang masih baik. Kampung ini adalah satu-satunya dusun yang dikelilingi oleh kebun sawit, namun komunitas perempuannya begitu kuat dan solid mempertahankan rimba terakhir agar tidak ikutan digarap oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit. Setelah 73 tahun ketiadaan listrik semenjak Indonesia merdeka, akhirnya Dusun Silit memiliki listrik sendiri melalui peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Silit pada tahun 2019 silam. PLTMH adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggeraknya seperti saluran irigasi, sungai dan air terjun. Dayanya hanya 4500 watt. Ini merupakan secercah cahaya bagi masyarakat Silit setelah berkali-kali gagal mengajukan fasilitas listrik ke pihak PLN. Dusun Silit adalah contoh dusun yang berkelanjutan dimana menggunakan alam yang masih perawan sebagai sumber listriknya.
kepemiilikan lahan
Sumber: FB WALHI

Hutan memiliki kearifan lokal berupa sumber pengetahuan. Hutan juga bisa menjadi sekolahnya perempuan. Hilangnya hutan berkesinambungan juga dengan hilangnya kebudayaan, sehingga menyebabkan hilangnya masyarakat karena masyarakat lokal memiliki kearifan lokal yang khas sebagai identitas hidup. Mereka memiliki ilmu dan kebudayaan sendiri bagaimana hidup berdampingan dengan hutan, menjaga hutan dan mengolah hutan. Suatu mata rantai yang sangat disayangkan jika sampai hilang.

Hutan juga memiliki kemampuan sebagai apotik keluarga. Penyedia tanaman-tanaman yang bisa dijadikan obat, penyedia suasana holistik untuk penyembuhan. Tresna, sebagai penyintas kanker, memutuskan kembali ke alam pasca divonis mengidap kanker. Ia bersentuhan dan berkomunikasi dengan alam. Perlahan, ia mencapai tahap penyembuhan. 

Kepemilikan Lahan: Negeri kita, lahan kapitalis

Indonesia sejak dulu terkenal dengan negara pertanian. Lahan Indonesia yang teramat subur membuat muncul ujaran kalau biji apapun tinggal lempar, maka tumbuhlah menjadi tanaman. Indonesia besar dengan keringat petani dan pengebun, sampai sekarang, pekerjaan sebagai petani dan pengebun tetap menduduki prosentase yang besar. Tapi seberapa banyak yang mengolah lahan sendiri?

Sebagian besar petani dan pengebun berkerja mengelola lahan orang lain, bukan milik sendiri. Alih-alih menjadi petani dan pengebun, buruh tani dan buruh kebun lebih layak disematkan. Ironis memang. "Pemuda-pemuda kita semangat mengelola hutan, tapi tidak memiliki lahan", ujar Tresna. Beginikah bentuk negara kita, Indonesia yang mengusung sila ke-5, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia?

Melihat fenomena semacam ini, WALHI berusaha menginisiasi Wilayah Kelola Rakya (WKR) agar tercapai pengelolaan lahan yang lebih adil. WKR adalah sebuah sistem kelola yang integratif dan partisipatif baik dalam proses tata kelola, produksi, distribusi dan konsumsi melalui mekanisme penyelenggaraan yang senantiasa memperhatikan fungsi sumber daya alam dan lingkungan sebagai pendukung kehidupan berdasarkan nilai dan kearifan setempat guna mewujudkan kemakmuran yang berkeadilan dan berkelanjutan.

Apa yang dapat dilakukan orang kota?

Bijaklah menjadi konsumen. Jadilah konsumen yang kritis. Minyak sawit memiliki berbagai macam olahan yang dieksploitasi oleh industri karena harganya murah dan mudah ketersediaanya. Beberapa produk yang menggunakan minyak sawit adalah lipstik, mentega, pasta gigi, dan berbagai bahan pokok lainnya. Penggunaan minyak kelapa sawit bisa diganti dengan minyak kelapa. Konsumen yang bijak adalah konsumen yang tahu apa yang dibutuhkan, bukan hanya diinginkan semata. Kita bisa mengkonsumsi yang berasal langsung dari petani-petani kita tanpa harus melalui jalur tengkulak. Sudah banyak produk alternatif yang diproduksi oleh komunitas. Mengkonsumsi produk komunitas artinya kita ikut serta mendukung ekonomi komunitas.

Akhiri Acara dengan Hidangan

kepemilikan lahan

Acara berikutnya termasuk yang saya tunggu-tunggu juga, yaitu demo memasak bersama pemenang Master Chef, William Gozali atau yang beken dikenal dengan Wilgoz. Dengan arahan sang koki, kami dibagi menjadi 5 kelompok dan sama-sama memasak Fettucini Mushroom Ragu. Tiap kelompok menetapkan 2 orang ada di balik kompor, sisanya bisa ikut mencacah, mempersiapkan bahan dan dokumentasi. Bersama dengan pasta, mentega dan krim masak, dengan menggunakan hasil hutan Indonesia seperti jamur, bawang putih, kucai dan daun bawang bisa disulap menjadi masakan Eropa loh!
kepemilikan lahan

Chef Wilgoz memberikan arahan dengan sangat detail. Mulai dari cara mencacah bawang putih, daun bawang dan kucai, permainan api, tingkat kematangan, hingga teknik dasar dalam memasak pasta. Semua peserta terlihat antusias. Setelah semua kelompok hampir selesai, Chef mendatangi semua kelompok untuk mencoba masakan yang kami buat. Tidak hanya mencoba, Chef Wilgoz juga memberikan kritik yang konstruktif. Saat mencoba hasil masakan kelompok kami,
Wah, lebih enak dari yang saya bikin di depan!
Kontan kami pun bersorak sorai. Usut punya usut, ternyata karena kami hanya menggunakan sedikit pasta, jadi rasa krim yang kami buat lebih terasa gurih 😝. Penasaran dengan resep gubahannya Chef Wilgoz? Simak di bawah ini!
kepemilikan lahan
n.b: Tahap berdasarkan ingatan dan takaran berdasarkan perkiraan penulis melalui foto. Segera dikonfirmasi keakuratannya

Selepas keseruan acara masak-memasak, semua peserta, pembicara dan chef berfoto bersama. Tak lupa kami semua santap siang selepas itu.

kepemilikan lahan