Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri purwokerto. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

Traveliving, Traveling Cara Aku Eksplorasi dan Hidup dalam Sebulan

23 komentar
“Kok orang bule kayaknya sekali liburan bisa ngilang sebulan ya, berapa tuh duitnya. Biasanya kan kita liburan paling lama sekitar 2 minggu.” Pikir saya bertahun-tahun lalu.

Tidak disangka, ternyata kami sekeluarga bisa juga liburan menghilang sebulan. Tidak cuma sekali, tapi hingga empat kali dalam satu tahun.

traveling cara aku

Saya bukanlah orang yang tergesa-gesa. Kalau ada liburan bersama atau lihat liburan orang lain dengan segudang itinerary (rencana perjalanan), rasanya kok bakal “capek” ya. Yah namanya juga liburan pasti waktunya terbatas, pasti kita maunya memaksimalkan pengalaman agar biaya besar yang sudah kita gelontorkan tidak sia-sia.

Sebenarnya liburan itu bikin capek atau bikin santai sih?

Kemudian sampai lah saya kepada titik yang menyimpulkan bahwa liburan itu ada 2 jenis: capek atau santai. Liburan capek itu travelling dengan memaksimalkan rencana perjalanan di waktu yang terbatas. Liburan santai itu murni pergi ke suatu tempat dan memesan tempat menginap yang sudah komplit disana sehingga bisa leyeh-leyeh menikmati hidup tanpa memikirkan beban hidup.

Berarti tidak ada ya liburan yang tidak capek tapi bisa melaksanakan banyak rencana perjalanan?

Ada donk, sini saya kenalkan Traveliving. Liburan santai sekaligus melakukan banyak rencana perjalanan.

Bagaimana tips dan trik agar bisa liburan satu bulan? Kebayangnya bakalan makan banyak duit ya, padahal tidak sepenuhnya seperti itu. Sini saya cerita sedikit mengenai Traveliving, siapa tahu kamu jadi ikut terinspirasi.

Traveliving 1.0

traveling cara aku

Salah satu momen traveling yang paling berkesan adalah saat Traveliving tahun 2018. Saya jamin, 90% pasti bertanya-tanya apa sih traveliving ini.

Traveliving adalah gabungan dari kata Travel dan Living. Dengan kata lain, saat Traveliving kami melakukan kehidupan biasa layaknya di rumah sendiri seperti belanja bulanan, belanja mingguan, ke pasar, hingga main sama anak di “rumah”. Namun, selain berkehidupan seperti biasa, kami juga melakukan rencana perjalanan panjang seperti hendak traveling pada umumnya.

Loh kok kami bisa Travel dan Living secara bersamaan? Tentu saja, karena traveliving minimal dilakukan selama satu bulan! Alias traveling selama sebulan. Kebayang kan, rencana perjalanan travelling yang biasanya dilakukan dalam 5 hari tapi bisa dilakukan dalam sebulan.

Tentu saja karena rentang waktu sebulan artinya kami bisa mengeksplor tempat wisata dan kuliner lebih dalam dibanding orang-orang lain yang hanya travelling cuma seminggu atau bahkan hitungan hari. Bahkan kami bisa mengamati hal-hal yang sulit teramati bagaikan warga lokal. Meski traveliving makan waktu sebulan, biaya yang dikeluarkan tidak sebesar itu kok karena kami juga belanja dan masak sendiri.

traveling cara aku

Kami berkesempatan Traveliving selama 4 kali di sepanjang tahun 2018. Januari di Purwokerto, Juni di Jombang, Juli di Yogyakarta, dan Oktober di Chiang Mai Thailand.



Perlu saya perjelas, sebenarnya kami berada satu bulan penuh di luar kota bukan dalam rangka murni liburan, tapi ikut suami yang sedang stase luar kota di masa Residensi Bedah Tulangnya. Pada saat itu kami sudah bertiga, yakni bersama si sulung yang berusia tiga tahun. Oleh karena itu, Traveliving bersama balita juga bagian dari babeh-workcation, alias kami yang ikut vacation disaat babeh work 😛.

traveling cara aku

Bukankah ini artinya rejeki bagi kami juga karena bisa berkesempatan mengeksplorasi luar kota lebih lama dengan santai?

Wisata kuliner, sejarah, dan taman

traveling cara aku
Baturaden, Purwokerto. 2018

Saya kurang suka hingar bingar kota megapolitan seperti Jakarta. Beruntung selama Traveliving ini kami berkesempatan travelling ke kota kecil yang penuh sejarah dan tidak hiruk pikuk. Saya juga selalu senang mengeksplor sejarah suatu kota dan peradaban melalui kunjungan museum.

Pucuk ulam dinanti, kami mendapat lokasi Traveliving di kota yang memenuhi kriteria di atas. Sebut saja Yogyakarta, Kota besar namun tetap tenang sekaligus sarat akan momentum historis. Begitu juga Chiang Mai, kota terbesar kedua Thailand yang tenang dan penuh dengan filosofis sejarahnya.

Maka kegiatan autopilot saya menyiapkan rencana traveliving adalah mendata museum, tempat makan populer, hingga taman. Betapa beruntungnya kami bisa mengeksplorasi hampir belasan museum selama di Yogyakarta. Bahkan ada yang sampai dua kali saking seru dan luasnya. Tidak hanya museum dan tempat historis populer, saya juga mengunjungi museum anti-mainstream yang saya jamin 90% tidak menemukannya sebagai rekokmendasi tempat wisata di daftar Google Search.

traveling cara aku
Museum Sandi, Yogyakarta. 2018

Kami (terutama saya dan si sulung) bahkan sampai melakukan komparasi satu jenis makanan di beberapa tempat terkenal sebagai bagian dari wisata kuliner tradisional. Sebut saja Kami mencoba 6 gudeg hanya dalam satu bulan, atau beberapa jenis Sroto di Purwokerto dimana salah satu tempat makan Sroto sampai kami kunjungi empat kali dalam sebulan karena saking cocoknya.

traveling cara aku
Aneka Sroto dan Bakso Purwokerto

Kunjungan lain yang tak boleh kami lewatkan mengingat kami sudah memiliki anak adalah kunjungan taman. Kunjungan taman mungkin sering dilewatkan oleh banyak orang. Apalagi jika hanya travelling beberapa hari. Ngapain melakukan kunjungan taman, toh taman gitu-gitu aja.

Namun saat traveliving apalagi bersama anak, taman kota menjadi suatu tempat yang tak boleh dilewatkan. Apalagi Alun-alun mengingat bahwa Alun-alun adalah simbol pusat kegiatan masyarakat di Pulau Jawa. Memang tidak semua taman kota dan alun-alun yang kami kunjungi “hidup”, tapi dari semua kunjungan itu saya banyak belajar beberapa hal.

traveling cara aku
Alun-alun Jombang, 2018

Saya jadi belajar kalau besarnya sebuah kota berbanding terbalik dengan besarnya riak kehidupan di Alun-alun. Kemeriahan Alun-alun juga berhubungan dengan berapa besar tarif main sepuasnya. Contohnya, alun-alun di Jombang jauh lebih meriah dibandingkan alun-alun di Yogyakarta.

“Lagi main di mal-nya Jombang ya?” Ujar penginap lain di rumah yang kami tumpangi inap saat suami bertugas residensi di RSUD Jombang.

Tentu saja Kota Jombang sebuah kota kecil dan relatif jauh dari Kota Surabaya membuat penghuninya “menggantungkan” hiburannya di Alun-alun yang berada di puncak keaktifan di malam hari. Berbeda dengan alun-alun di Yogyakarta yang banyak hiburan seru lainnya seperti mall dan puluhan kafe kekinian. Kehidupan Alun-alun ini juga berbanding setara dengan harga sekali main. Tarif Alun-alun Jombang hanya Rp 5.000 sementara di Yogyakarta bisa Rp 15.000.

traveling cara aku
Taman Kebon Ratu, Jombang. 2018

Taman kota di Kota Kecil juga berpotensi juga akan sangat menarik dengan karakteristik luas, bersih, dan terutama “hidup”, meski tidak semua kota kecil begitu. Sebut saja Taman Kebon Rojo dan Kebon Ratu yang cukup membuat saya terhenyak, tidak percaya taman seperti itu berada di Kota kecil. Sekali lagi, sedikit banyak ini berhubungan dengan betapa masyarakat di kota kecil menggantungkan hiburannya di tempat-tempat seperti ini: Taman dan Alun-alun.

Tidak cuma berwisata, tapi..

traveling cara aku
Malioboro, Yogyakarta. 2018

Ada hal yang sulit disadari jika kita traveling hanya berburu melaksanakan rencana perjalanan saja, yakni teramatinya kebiasan dan pola sendi kehidupan masyarakat. Sebagai seorang yang senang (diam-diam) mengobservasi (dan menyimpulkan), hal-hal kecil seperti ini penting dan akan melengkapi kepingan puzzle dalam kenikmatan travelling.

Dengan berjalan santai di sekitaran Malioboro, saya jadi tahu bahwa dari gang-gang kecil sekitar sana tumbuh menjadi tempat penginapan bagi turis backpacker. Dari pengamatan jarak jauh, saya jadi bisa menarik kesimpulan bahwa salah satu Gudeg di bilangan Malioboro menetapkan harga seporsi Gudeg berdasarkan kemampuan berbahasa Jawa dan ramainya pengunjung.

Tidak mengejar itinerary travelling secara terburu-buru selama Traveliving membuat saya yang Penggemar Transportasi ini menginventarisasi seluruh moda transportasi di kota tersebut dan menantang diri sendiri untuk merasakan semua moda tersebut. Dari eksplorasi tranportasi saja saya banyak mendapatkan sangat banyak hal.

traveling cara aku
Bus RTC Chiang Mai

Misalnya para supir bus TransJogja yang memiliki kecenderungan memutar dangdut pop koplo populer hingga sistem transportasi umum di Chiang Mai yang sangat jarang dan masih dikuasai oleh “preman setempat”. Pengalaman menggunakan Songthaew selama di Chiang Mai pun menjadi pengalaman begitu berkesan karena supir sana tidak punya rute dan gawatnya lagi tidak bisa berbahasa Inggris.

Dengan Traveliving saya bisa travelling sekaligus menempatkan posisi bagaimana hidup sebagai warga lokal disana sesuatu yang jarang didapatkan jika traveling hanya berburu rencana jalan saja.

Traveliving 2.0

traveling cara aku
Kami relatif tidak terlalu kemana-mana setelah Traveliving di tahun 2018. Apalagi saat pandemi menyerang. Paling kami hanya travelling tipis-tipis ke kota sebelah semacam Puncak, Bogor, dan Anyer. Begitu pandemi mulai surut, baru lah kami merasakan traveling agak lama ke Solo. Sebenarnya bukan murni niat traveling sih, tapi lebih tepat Babeh-workcation.

Barulah di pertengahan tahun 2023 nanti, Insya Allah kami merencanakan Traveliving kembali. Ini tidak mendadak, sejujurnya kami sudah merencanakannya dari setahun sebelumnya.

Traveliving 2.0 ini tetap bagian dari Babeh-workcation. Yang terasa berbeda adalah jika saat traveliving 1.0 kami hanya bertiga, kini kami berlima, dengan tambahan 2 balita. Jika dulu suami melakukan stase luar residensi bedah tulang, sekarang ia melakukan fellowship sub-speialisnya.

How world sometimes different but still same, though!

Wow, bakal seru dan menantang banget bukan? Bagaimana cara kami menghadapinya?

Packing yang tepat

traveling cara aku
Bawaan Jombang - Yogyakarta via Kereta Api

Traveliving 1.0 dengan teknik mengemas barang paling menantang adalah pada saat ke Chiang Mai, Thailand. Berbeda dengan sekadar traveling membawa baju, kami juga harus turut membawa beberapa mainan dan buku bacaan anak. Tidak hanya itu, kami juga harus membawa beberapa peralatan masak dan bumbu. Tidak tanggung-tanggung, kami juga membawa peralatan dapur seperti kompor listrik dan Happy Call. Barang sebanyak itu harus muat dengan total bagasi 60 kg karena kami naik Low Cost Carrier Airlines. Alhamdulillah dengan metode yang tepat, kami berhasil membawa seluruh barang tersebut hanya dengan 1 koper ukuran besar, 1 koper ukuran sedang, dan 1 koper kecil (kabin).

traveling cara aku

Karena statusnya kami bukan murni liburan, otomatis kami hanya harus adaptasi seperti mengikuti dimana suami akan tinggal. Suami harus tinggal di dormitory kampus dimana tidak ada dapur. Terjawab kan kenapa saya sampai membawa peralatan masak segitu hebohnya. Kami harus bikin dapur mini di pojokan kamar. Bahkan saya memotong makanan basah seperti daging dan ikan mentah di wastafel kamar mandi hehe.

Kalau 3 orang saja butuh koper segitu, bagaimana dengan kebutuhan 5 orang?

“Kami batasi cuma bawa 2 koper Large dan 2 koper kabin. Pengalaman naik kereta cepat berlima, ga boleh bawa barang terlalu banyak.” Jelas seorang teman yang sering travelling bersama 3 orang anaknya yang masih kecil-kecil.

Betul juga, saya cuma kepikirannya dengan 5 orang menggunakan pesawat, kami bisa memaksimalkan membawa 5 koper 30 kg, belum termasuk kabin. Namun ternyata tidak begitu, kami lupa mengkalkulasi perihal mobilisasi. Apalagi kami harus mendorong stroller kembar yang diduduki dua balita.

Akhirnya kami mengkalkulasi hanya membawa 1 koper besar, 2 koper sedang, dan 2 koper kecil. Berbeda dengan perjalanan teman saya, kami kan harus membawa mainan dan buku serta beberapa peralatan dapur karena kami bakal “hidup” sebulan disana sehingga pastinya butuh koper lebih banyak. Mobilisasi koper banyak diselesaikan dengan menggunakan taksi dari/ke bandara.

Berbeda dengan saat Traveliving 1.0, si sulung kini sudah bisa diminta bantuan untuk membantu barang bawaan dan menertibkan adiknya. Rencananya si sulung turut mendorong 1 koper kabin di bandara.

Perencanaan yang matang

traveling cara aku

Lantas akan kemana kami di rencana Traveliving 2.0 yang akan datang? I hate to spill this since it is still 6 months to go. Agak aneh aja ya. Yang jelas Traveliving 2.0 perlu perencanaan yang lebih matang ketimbang Traveliving 1.0. Dimulai dari anggota keluarga yang lebih banyak hingga persiapan perjalanan yang lebih panjang dan rumit.

Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan jauh-jauh hari untuk mempersiapkan dokumen aplikasi visa, contohnya kami sudah harus mempersiapkan tempat tinggal dan tiket pesawat sejak akhir tahun 2022. Rencanakan liburan di Traveloka adalah salah satu ikhtiar kami mempersiapkan perjalan sesiap dan sedini mungkin. Portal aplikasi Traveloka sangat lengkap sehingga sangat membantu perjalanan kami dari A hingga Z.

1. Hunting tiket pesawat

traveling cara aku

Tahap yang paling mudah sekaligus paling menyerap biaya tapi harus dilakukan sejak awal demi verifikasi dokumen visa adalah adalah hunting tiket pesawat. Ada banyak pilihan berbagai maskapai dengan opsi round trip yang bisa dipilih berdasarkan harga, jarak tempuh, dan jam penerbangan. Pemesanan tiket pesawat via Traveloka cukup mudah dan bertabur promo, apalagi untuk penerbangan internasional.

2. Hunting tempat menginap

Karena kami menginap selama sebulan penuh, mencari sewaan apartemen selama sebulan adalah opsi terbaik. Menyewa langsung ke agen apartemen di negara bersangkutan sangat tidak dianjurkan jika hanya ingin menyewa selama sebulan diakibatkan peraturan setempat yang rumit serta keharusan untuk memberikan uang deposit yang cukup besar.

Pada Traveliving 2.0 ini, kami tidak hanya tinggal di satu tempat selama sebulan, tetapi juga merencanakan untuk melakukan roadtrip serta menginap di beberapa kota. Mencari penginapan melalui Traveloka adalah cara yang paling tepat dan mudah karena tersedia cukup banyak data penginapan .

3. Hunting asuransi perjalanan

traveling cara aku


Tahap terakhir yang harus dipersiapkan sesegera mungkin untuk persiapan pembuatan Visa adalah asuransi perjalanan. Pemesanan asuransi perjalanan ternyata sangat mudah dilakukan di Traveloka, bahkan pilihan asuransi untuk sebulan penuh (30 hari) juga ada dengan harga sangat terjangkau.

4. Hunting experience

traveling cara aku


Apa saja yang akan dilakukan selama Traveliving? Hunting experience berupa taman, wisata kuliner, taman, hingga hiburan memang bisa dipesan belakangan, tapi surveinya bisa memakan waktu berbulan-bulan sebelumnya.

Di aplikasi Traveloka terdapat menu Attractions yang menawarkan berbagai Xperience. Salah satunya saya bisa menemukan tiket masuk Disneyland yang jauh lebih murah ketimbang mengeceknya di situs resmi. Karena beberapa kunjungan sangat singkat, jadi kami merasa memesan Hop on bus terasa lebih ekonomis untuk kami sekeluarga karena jadi bisa mengunjungi banyak tempat tanpa harus naik turun metro.

5. Hunting internet roaming

traveling cara aku


Fasilitas internet adalah hal yang tidak kalah pentingnya yang harus dipersiapkan saat hendak melakukan perjalanan ke luar negeri. Apalagi jika perjalanan sampai sebulan seperti Traveliving kami.

Sebenarnya saya selalu bingung dalam memilih apakah sebaiknya membeli nomor baru di bandara tujuan atau menggunakan nomor Indonesia dan membeli paket internet roaming. Akhirnya saya memutuskan untuk memilih paket roaming Telkomsel Internet Roamax via menu International Data Plans. Opsi ini lebih mudah dibandingkan jika saya harus bongkar pasang SIM.

Traveliving with Traveloka: Mountain to Beach, City to Suburb

traveling cara aku

Kami berencana memulai rangkaian perjalanan Traveliving 2.0 setelah merayakan Idul Adha bersama dengan keluarga. Berhubung keberangkatan hari Kamis, Insya Allah kami sudah ada di lokasi tujuan pada hari Jumat sehingga kami bisa menikmati akhir pekan bersama. Akan ada 5 akhir pekan selama kami berada di negara tujuan. Tentunya ini harus kami maksimalkan mengingat suami harus bekerja sehingga tidak bisa jalan-jalan bersama.

Alasan mayor lainnya mengapa kami melakukan Traveliving di Bulan Juli adalah karena bertepatan dengan summer break suami di negara tujuan. Padahal kalau dipikir-pikir, ngapain ikut-ikutan musim panas padahal di Indonesia kita merasakan musim panas sepanjang tahun. Lumayan kan kami bisa melakukan perjalanan darat dan berkelana keluar kota bersama di saat suami summer break.

Alasan melakukan perjalanan musim panas lainnya yang belakangan saya temukan adalah ternyata musim panas adalah salah satu dari dua waktu diadakannya sale besar-besaran di seantero toko di negara yang kami tuju. Wah, keputusan yang tepat bukan 😁.

Kota tujuan utama Traveliving 2.0 adalah kota terbesar ketiga di negara tersebut yang juga dinobatkan sebagai World Heritage City oleh UNESCO. Lagi, saya merasa bersyukur kepada Allah karena kebetulan dapat kota yang demikian cocoknya untuk kami untuk berpetualang serta berkehidupan.

Mungkin terdengar lebay, tapi saya sudah hilir mudik melakukan survei via browser dan Google Map untuk berbagai wisata kuliner halal, taman, supermarket, hingga wisata sejarah.

Selain menetap, kami juga berencana melakukan perjalanan darat (road trip) lintas negara. Dari pegunungan hingga pantai, dari kota megapolitan hingga desa pinggiran di 10 hari terakhir sebelum kepulangan saya dan anak-anak (suami masih harus 2 bulan menetap di sana).

traveling cara aku

Kami rencana 2 hari menginap di Ibu kota dengan menggunakan kereta cepat pulang pergi. Kemudian kami akan menyewa mobil untuk melakukan perjalanan darat selama 5 hari. Di mulai dengan mampir singkat ke negara sebelah dimana berdiri markas pusat nuklir dunia. Kemudian kami mengingap sehari di salah satu desa dimana terdapat kereta gantung tertinggi di negara tersebut. Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan menembus salah satu gunung tertinggi dan menginap 2 malam di negara tetangga yang terkenal akan klub sepakbolanya. Terakhir, kami sisiri pinggir laut dan menginap 2 malam di kota pinggir pantai sembari sebelumnya mampir di salah satu negara termahal di dunia.

Perjalanan darat pun berakhir dan kami menginap semalam di kota asal untuk mempersiapkan perjalanan pulang ke Indonesia keesokan malamnya.

Penasaran akan kemana saja kami dan bagaimana perjalanan kami menembus gunung hingga pantai serta menyelusuri kota megapolitan hingga dengan membawa 3 anak? Saksikan terus tulisan-tulisan Traveliving kami di blog ini!

“Net, gw pernah 3 minggu bosan dengan wisata yang itu-itu saja disana. Gw saranin lo mulai bikin itinerary dari sekarang dan variasikan wisata supaya ga bosan kayak gw.” Ujar seorang teman mengingatkan.

Let's #LifeYourWay! Traveling tidak harus memilih bukan?

Sering Batuk Pilek di Jakarta? Mungkin itu Akibat Perubahan Iklim

26 komentar
Tahun 2018, kami sekeluarga tinggal berpindah-pindah di berbagai seantero pulau Jawa karena mengikuti stase luar kota suami yang saat itu masih berstatus residen Ortopedi. Sepanjang tahun 2018 kami menyambangi 4 kota: Purwokerto, Jombang, Jogja, dan Chiang Mai selama sebulan di tiap kotanya.

Tiap kembali ke Kota Jakarta, Hasan anak sulung kami pasti batuk-pilek atau bahkan sampai demam. Hal ini juga pernah terjadi saat kami kembali ke Jakarta setelah berada di Banda Aceh selama seminggu. Hasan langsung batuk-pilek, padahal kami selama di luar kota benar-benar sibuk berpergian tiap harinya. Anehnya, anak sulung saya tetap dalam keadaan sehat selama berada di sana.

“Mungkin kah ini akibat kualitas udara di kota-kota tersebut jauh lebih bagus dibandingkan di Jakarta?” Batin saya.

 

perubahan iklim batuk pilek

Tidak hanya pada Hasan, ponakan saya juga kerap mengalami hal yang sama. Sepupunya Hasan  langganan batuk pilek selama tinggal di Jakarta. Anehnya, saat mereka pindah ke Bojonegoro selama 1,5 tahun, kedua sepupu Hasan ini hampir tidak pernah batuk pilek!

Lantas benarkah hipotesis prematur saya ini?

Setelah banyak membaca, gangguan kesehatan Hasan ini ternyata ada pengaruh dari buruknya kualitas udara Jabodetabek yang secara tidak langsung turut andil dalam perubahan iklim.

Lho, bagaimana hubungannya?

Hubungan buruknya kualitas udara dengan perubahan iklim

Perubahan iklim sedang terjadi di depan mata kita! Salah satu parameter yang paling mudah diketahui adalah kenaikan suhu global. Sebenarnya, perubahan iklim itu adalah hal yang lumrah terjadi dimana suhu, curah hujan, dan elemen lainnya berubah naik turun dalam waktu 1 dekade atau lebih. Jutaan tahun yang lalu bisa jadi lebih dingin atau lebih hangat dibandingkan suhu sekarang dan itu wajar.

Sayangnya, siklus alami perubahan temperatur global ini tidak berjalan pada koridornya. Lebih tepatnya, kenaikan suhu semakin cepat akibat diperparah oleh aktivitas manusia berupa pembakaran bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK).

Mengenal gas rumah kaca biang perubahan iklim

perubahan iklim batuk pilek
Sumber: http://kaltim.litbang.pertanian.go.id/

Normalnya, panas matahari yang diserap bumi dipantulkan kembali ke atmosfer. Alih-alih dipantulkan kembali, yang terjadi sekarang adalah panas matahari terperangkap di dalam bumi karena tidak bisa dipantulkan kembali keluar dari atmosfer. Akibatnya suhu di bumi pun menjadi meningkat.

Gas rumah kaca ini terdiri dari karbon dioksida (CO2), nitrogen dioksida (N2O), metana (CH4) dan freon. Disebut gas rumah kaca karena keberadaan gas-gas ini mengakibatkan bumi seperti berada di dalam rumah kaca. Sederhananya, keberadaan gas-gas ini seperti membentuk mantel yang menyelimuti bumi sehingga panas matahari yang diterima oleh bumi sulit untuk dilepaskan ke atmosfer. Hal serupa juga terjadi pada Planet Venus yang menyebabkan suhunya lebih tinggi dari Planet Merkurius meski berada lebih jauh dari Matahari.

perubahan iklim batuk pilek

Banyak orang yang berpikiran bahwa perubahan iklim hanya seputar temperatur yang meningkat. Nyatanya, temperatur yang meningkat adalah kisah awal yang akan memancing terjadinya hal-hal berbahaya lain layaknya reaksi rantai. Jika suhu bumi meningkat, maka kekeringan ekstrim, kelangkaan air, kebakaran, kenaikan permukaan laut, dan berbagai malapetaka bumi lainnya hanya tinggal menunggu waktu.

Konsentrasi gas rumah kaca sudah mencapai titik tertinggi dalam 2 juta tahun terakhir dan akan terus meningkat berdasarkan data yang dihimpun oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Akibatnya, dunia akan 1,1 °C lebih hangat dibandingkan saat tahun 1800. 1,1 °C mungkin terasa tidak signfikan, tapi cukup mampu menenggelamkan Kota Jakarta jika kita tidak bergerak mencegah terjadinya perubahan iklim. Jika kita semua tidak bertindak untuk menyelamatkan bumi ini, maka diperkirakan kenaikan suhu akan mencapai 4,4 °C di akhir abad ini.

Kenaikan temperatur global yang tidak main-main ini menghasilkan keputusan yang dikenal dengan Paris Agreement. Paris Agreement bervisi agar kenaikan temperatur global HARUS dibawah 2 °C dibandingkan dengan jaman pra-industri. Salah satu tujuan utama yang hendak dicapai agar perubahan iklim tercapai adalah mengurangi emisi GRK. Indonesia sendiri sudah berkomitmen untuk memenuhi mimpi ini bersama-sama.

Salah satu gas rumah kaca adalah CO2. Berdasarkan data Badan Pengawas Lingkungan Hidup (BPLHD) Jakarta, 60-70% dari CO2 pada kota-kota besar yang dihasilkan berasal dari gas pembakaran kendaraan bermotor. Hasil gas pembakaran ini menyumbang emisi CO2 sebanyak 71 ton dengan konsumsi energi sebanyak 179 juta sbm (Setara Barel Minyak). Ini merupakan jumlah yang masif dan sudah pasti Kota Jakarta ikut ambil andil dalam terjadinya perubahan iklim. Pada akhirnya, kesehatan warga Jakarta pula lah yang dipertaruhkan.

Kualitas udara yang buruk akibat kendaraan bermotor di Kota Jakarta

perubahan iklim batuk pilek

Saya pernah mengambil topik penelitian kualitas udara Jakarta untuk tesis S2 saya. Di penelitian tersebut, saya menggunakan data sekunder yang diambil dari BPLHD Jakarta. Ada 2 data stasiun pemantauan yang saya gunakan, yaitu stasiun Bundaran HI dan Ragunan.

Sebelum mendapatkan data tersebut, saya sudah memprediksi bahwa konsentrasi CO2 di sekitar Bundaran HI akan sangat tinggi mengingat itu adalah gas utama buangan kendaraan bermotor. Benar saja, konsentrasi CO2 berada di puncaknya pada jam berangkat dan pulang kerja. Konsentrasi CO2 juga sangat tinggi di jam makan siang.

“Itu namanya Power lunch, dimana lalu lintas cukup tinggi karena orang-orang keluar menggunakan kendaraan bermotor untuk mencari makanan siang”, ujar dosen pembimbing saya pada saat itu.

Sementara untuk data stasiun Ragunan, konsentrasi gas ozon (O3) cukup tinggi. Senyawa ozon  merupakan gas sekunder yang dihasilkan dari proses reaksi kimia, jadi bukan seperti CO2 yang langsung keluar dari mulut knalpot mobil dan motor. Ini disebabkan oleh banyaknya vegetasi di daerah Jakarta Selatan yang memancing proses kimia yang menghasilkan zat ozon di lapisan troposfer.

Penduduk kota Jakarta bisa meningkat menjadi 6-7 kali lipat dari jumlah penduduk aslinya. Mayoritas warga yang berasal dari Megapolitan Jakarta memilih menggunakan mobil atau motor pribadi saat ke kantor. Tak heran, kemacetan memuncak saat menuju jam masuk kantor dan setelah jam pulang kantor.

Selain menghasilkan emisi utama berupa CO2, kendaraan bermotor juga mengeluarkan PM2.5 yang jelas dapat mengganggu kesehatan. PM2.5 (Particulate Matter) adalah partikel polusi dengan diameter lebih kecil dari 2.5 mikrometer. Kehadiran PM2.5 ini yang didukung dengan kenaikan konsentrasi gas rumah kaca CO2 akan saling bersinergi membuat tingginya konsentrasi PM2.5 yang nantinya akan berdampak letal bagi kesehatan manusia.

Kualitas udara buruk, perubahan iklim, dan efeknya pada kesehatan

perubahan iklim batuk pilek

PM2.5 dapat masuk ke saluran pernapasan manusia hingga mencapai paru-paru. Paparan partikel berukuran halus ini dapat mengakibatkan efek kesehatan jangka pendek berupa  iritasi mata, hidung, dan tenggorokan, batuk, bersin, hidung meler, hingga sesak napas seperti yang dilansir dari Departemen Kesehatan New York di situs resminya.

Tercantum juga di dokumen WHO, polutan PM2.5 menyebabkan dampak kesehatan jangka pendek dan jangka panjang berupa kematian yang disebabkan oleh serangan jantung dan pernapasan.

Tidak hanya menghasilkan CO2 dan PM2.5, asap buangan bermotor juga dapat mengeluarkan emisi NOx yang juga dapat mengakibatkan masalah di sistem pernapasan.

Berarti cukup valid lah ya hipotesis prematur saya yang menduga bahwa udara Kota Jakarta sebagai biang batuk-pilek anak saya sepulang dari luar kota dan flu langganan yang dialami ponakan saya.

Gas buangan kendaraan bermotor memproduksi CO2 secara masif yang berkontribusi aktif meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca. Gas rumah kaca ini memicu kenaikan suhu secara global. Naiknya suhu dapat membuat konsentrasi PM2.5 yang juga diproduksi oleh kendaraan bermotor semakin terperangkap sehingga konsentrasi PM2.5 juga lebih besar.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Cina pada tahun 2019 menggabungkan parameter perubahan iklim, kualitas udara yang buruk, serta efeknya terhadap kesehatan. Hasilnya cukup mencengangkan. Lebih dari 85% penduduk Cina akan merasakan dampak kesehatan akibat konsentrasi PM2.5 yang tinggi di tengah abad ini.

Efek gas rumah kaca akan menyebabkan stagnansi pada lapisan atmosfer serta serangan gelombang panas yang nantinya akan memicu gangguan kesehatan yang disebabkan oleh polutan PM2.5 menjadi lebih fatal.

perubahan iklim batuk pilek

Naiknya suhu global akan berdampak pada meningkatnya proses evaporasi dan uap air atmosfer sehingga curah hujan pun akan meningkat. Hujan gila-gilaan ini adalah salah satu indikator perubahan iklim yang jarang disadari oleh manusia seperti yang dilansir dari United States Environmental Protection Agency (US EPA). Pola curah hujan yang tidak biasanya ini dapat mengakibatkan kecepatan angin berkurang sehingga konsentrasi PM2.5 lebih mudah terperangkap dan tinggi pula konsentrasinya.

Perubahan iklim merupakan ancaman kesehatan terbesar yang menghadang umat manusia, salah satunya adalah ancaman kesehatan seperti yang tertera di situs resmi PBB. Lebih dari 90 persen manusia menghirup udara yang tidak sehat yang sudah dikontaminasi oleh hasil dari pembakaran bahan bakar fosil.

Apa yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki kualitas udara Kota Jakarta?

Sektor transportasi berkontribusi menyumbang 20 persen dari emisi karbon lokal seperti tertera di situs resmi PBB. Bahkan, emisi CO2 di Jakarta sebanyak 60-70% dihasilkan oleh sektor transportasi menurut BPLHD Jakarta..

Dengan jumlah karbon dioksida yang cukup masif ini, banyak hal yang dapat kita lakukan sebagai bentuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor.

Warga Kota Jakarta bisa kok lebih bijak dalam mengurangi emisi buangan kendaraan bermotor dan berkontribusi dalam pencegahan terjadinya perubahan iklim. Simak caranya!

1. Memprioritaskan penggunaan transportasi publik

perubahan iklim batuk pilek
Sumber: jakartamrt.co.id

Perlu saya akui, jaringan transportasi publik di Megapolitan Jakarta (Jakarta dan kota satelitnya) semakin lengkap. Pilihan transportasi publik tersebut juga cukup banyak, mulai dari Kereta Listrik (KRL), MRT, LRT, bus pengumpan, hingga angkot. Jaringan transportasi publik ini akan terus diperluas dan dibenahi ke depannya.

Modern people do commute”, ujar suami saya tempo hari.

Jika diperhatikan, malah justru kota-kota besar di dunia sudah memiliki jaringan transportasi publik yang baik sehingga mayoritas penduduknya sudah melakukan commuting menggunakan transportasi publik.

Menggunakan transportasi publik lebih murah ketimbang menggunakan kendaraan pribadi. Bahkan, tak jarang juga lebih cepat dibanding harus menempuh kemacetan di jalan raya. Jika harus membawa mobil saat pergi ke tempat kerja, suami saya kerap memilih untuk memarkirkan mobil di dekat stasiun MRT, kemudian melanjutkan perjalanan dengan MRT.

“Lebih cepat dan stress-free ketimbang bawa mobil terus ke ke kantor. Udah gitu jarak tempuhnya juga lebih cepat’, celetuk suami saya.

Menggunakan transportasi publik juga memicu masyarakat untuk lebih banyak untuk berjalan kaki sehingga akan  lebih sehat pula.

Dengan semakin lengkapnya jalur transportasi publik didukung dengan pilihan ojek daring dan taksi daring, maka alasan apa lagi yang harus diutarakan untuk tidak menggunakan transportasi publik?

2. Menggunakan sepeda sebagai moda transportasi ke kantor

perubahan iklim batuk pilek
Sobat setia Suami

Penduduk Kota Jakarta membengkak 6-7 kali lipat di hari kerja. Bisa ditebak, jumlah kendaraan yang beredar di jalan raya pada jam berangkat dan pulang kerja juga meningkat drastis sehingga kemacetan pun terjadi dimana-mana.

Selain memilih opsi transportasi publik, masyarakat bisa memilih opsi bersepeda ke kantor seperti opsi yang suami saya pilih. Pengendara sepeda juga tidak mesti harus sepenuhnya menggunakan sepeda saat ke kantor, tapi bisa juga combo menggunakan MRT yang sudah sangat bike-friendly.

Dari Cinere, suami menggenjot sepeda lipatnya sampai ke stasiun Fatmawati. Kemudian ia naik MRT bersama sepedanya hingga stasiun Dukuh Atas. Setelah itu, ia menyelesaikan perjalanan ke RSCM kembali dengan menggenjot sepeda.

Opsi ini selain sebagai wujud bentuk kita mengurangi dampak terjadinya perubahan iklim, secara tidak langsung juga lebih sehat karena membuat pelakunya olahraga kardio hampir setiap hari!

3. Menggunakan kendaraan pribadi hanya saat penggunaan transportasi publik tidak memungkinkan

perubahan iklim batuk pilek

Realistis saja, opsi penggunaan kendaraan pribadi bisa menjadi opsi terbaik, salah satunya jika ingin bepergian dengan keluarga. Apalagi jika jarak tempuh cukup jauh.

Dengan tidak menempatkan penggunaan kendaraan pribadi sebagai prioritas pertama, setidaknya kita menjadi lebih bertanggung jawab saat menggunakan kendaraan pribadi.

4. Hemat BBM

perubahan iklim batuk pilek

Salah satu yang dapat kita lakukan agar lebih mindful saat menggunakan kendaraan pribadi adalah hemat BBM. Langkah-langkah Hemat BBM pernah saya tulis di blog ini. Beberapa langkah yang bisa ditempuh adalah mengisi jenis bahan bakar sesuai dengan jenis mesin mobil, melakukan servis berkala, memastikan ban tidak kempes, tidak membawa beban berlebihan dan menerapkan eco-driving.

Banyak masyarakat yang memilih menggunakan Premium (RON 88) dengan dalih lebih murah. Padahal, penggunaan bahan bakar RON 88 di kendaraan dengan jenis Euro 2 dan Euro 3 malah akan merusak mesin mobil dan membuat pembakaran tidak sempurna. Pembakaran tidak sempurna ini juga akan membuat penggunaan bahan bakar fosil menjadi boros.

Alih-alih ingin berhemat, selamat, kamu sudah berpartisipasi dalam memperburuk perubahan iklim!

Bagaimana dengan penggunaan mobil listrik?

Penggunaan mobil listrik dilabeli sebagai sebuah cara untuk mengerem laju perubahan iklim. Tapi tepatkah jika digunakan di Indonesia?

Nyatanya, kita juga harus berpikiran realistis. Tahukah kamu bahwa energi fosil menyumbang 85% listrik di Indonesia menurut Tirto? Pembangkit Listrik Tenaga Batubara menempati posisi pertama sebagai sumber listrik di Indonesia yang menyuplai sebanyak 49,67% total kapasitas nasional. Posisi berikutnya dipegang oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berbasis energi fosil. PLTU menyuplai sebanyak 6,47% kapasitas kapasitas terpasang.

Memperbaiki kualitas udara Kota Jakarta = berpartisipasi dalam mencegah kenaikan suhu global

Ancaman terjadinya iklim sudah di depan mata. Kita tidak bisa diam saja, apalagi menafikannya. Semua lapisan harus bergerak, mulai dari masyarakat, industri, hingga pemerintah. Memang penelitian yang menghubungkan antara polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor dan kesehatan masih terbatas, tapi bukan tidak mungkin akan banyak penelitian-penelitian serupa yang akan mempertegas hubungan tersebut.

Jika semua pihak saling bersinergi dan bahu-membahu untuk mencegah terjadinya perubahan iklim seperti yang menjadi visi Paris Agreement, bukan tidak mungkin bumi kita kembali menjadi lebih sehat.

Kita bukan akan egois, tapi kita sedang menyiapkan bumi ini menjadi lebih layak untuk anak dan cucu kita. Oleh karena itu, masalah perubahan iklim ini adalah milik semua kalangan, mari kita lakukan yang terbaik #UntukmuBumiku. It’s time for #TeamUpforImpact !

Referensi

Data BPLHD 2009

Hong Chaopeng, et al., 2019. Impacts of Climate Change on Future Air Quality and Human Health in China. PNAS. 116 (35) 17193-17200

Ismiyati et.al., 2014. Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik Vol.1 No.3

https://www.epa.gov/climate-indicators/climate-change-indicators-heavy-precipitation diakses 19 April 2022

http://kaltim.litbang.pertanian.go.id diakses 18 April 2022

https://www.health.ny.gov/environmental/indoors/air/pmq_a.htm#:~:text=Particles%20in%20the%20PM2.5%20size%20range%20are%20able%20to,nose%20and%20shortness%20of%20breath diakses 19 April 2022

https://www.un.org/en/climatechange/science/key-findings diakses 18 April 2022

https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-agreement/the-paris-agreement diakses 19 April 2022

https://tirto.id/energi-fosil-sumbang-85-listrik-ri-per-mei-2020-terbanyak-pltu-fU1K diakses 20 April 2022

Thobarony, Zeneth Ayesha. 2013. Penggunaan Artificial Neural Network sebagai Metode Prediksi Konsentrasi Ozon di Jakarta. Tesis ITB

WHO. 2021. WHO global air quality guidelines: particulate matter (‎PM2.5 and PM10)‎, ozone, nitrogen dioxide, sulfur dioxide and carbon monoxide.
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/345329/9789240034228-eng.pdf

5 Masakan Indonesia Warisan Kolonial

18 komentar
Jika kamu terbiasa menyantap sarapan berupa roti dengan olesan selai kacang dan meises, artinya tanpa sadar kamu sudah mengikuti gaya makanan Indonesia Belanda meski Indonesia sudah merdeka sejak 70 tahun lalu. Selai kacang dikenal dengan nama pindaakas di Belanda. Meises pun tidak akan kamu temui dimanapun selain di Belanda dan negara jajahannya. Bahkan sesimpel menyebrang ke Singapura, kamu juga tetap sulit menemukannya.

masakan indonesia belanda

3.5 abad lalu, warga Belanda dan keluarganya melalui kongsi dagang VOC datang ke Indonesia. Masakan khas Belanda pun dimasak di Indonesia dengan menggunakan bahan-bahan lokal yang tersedia di Indonesia.

Lahirlah akulturasi kuliner yang bernama hidangan Indonesia Belanda atau pendeknya hidangan Indo-Belanda. Tidak hanya mempengaruhi masakan nusantara, tetapi juga jajanan Indonesia. Bahan masakan yang digunakan pada masakan Indo-Belanda biasanya adalah bahan premium dengan harga mahal. Itulah sebabnya masakan Indonesia-Belanda baru disajikan pada momen-momen spesial seperti acara ulang tahun dan perayaan keagamaan.

Bagaimana sejarah dan versi awal dari berbagai makanan Indonesia Belanda ini?

1. Selat solo


masakan indonesia belanda
Selat Solo Bu Lies

Hidangan Indonesia pertama yang merupakan warisan kolonial adalah Selat Solo. Kalau bertandang ke Solo, pasti Selat Solo menjadi salah satu kuliner Solo yang tidak boleh dilewatkan. Pada dasarnya masakan Indonesia Belanda ini merupakan hasil akulturasi dari Steak dan Salad yang diadopsi dengan kearifan lokal.

Katanya, Selat Solo adalah hasil akulturasi kuliner dari perjanjian yang dilakukan oleh Kasunanan Surakarta bersama Belanda di Benteng Vastenburg. Pihak Belanda menginginkan daging-dagingan yang ditemani dengan Salad berupa selada, wortel, dan timun. Namun, sebongkah daging besar bukanlah kebiasaan makan raja yang biasanya makan nasi sayuran dalam jumlah besar.

Perbedaan Selat Solo dan steak-salad terlihat dari komposisi daging dan sayurannya. Daging setengah masak dengan berat minimal 200 gr yang biasa dihidangkan pada makanan steak berubah menjadi seporsi kecil daging matang penuh. Daging yang biasanya dilumuri saus pada hidangan Steak, kini dilumuri oleh campuran kecap asin, bawang putih, cuka, asem, pala, merica dan rempah lain menyerupai rasa kuah pempek. Begitu juga dengan porsi sayuran dan kentang yang biasanya sebagai pelengkap di hidangan steak, pada Selat Solo porsinya menjadi dominan.

Jika komponennya lebih mirip steak, kenapa masakan Indonesia Belanda ini disebut Selat Solo ketimbang Bistik (Biefstuk)?

Bagi orang Belanda, hidangan dengan komposisi daging minimalis belum pantas disebut dengan bistik. Komponen sayur-mayur yang berupa selada, wortel, timun, tomat, dan buncis yang mendominasi membuat kuliner ini disebut Salad yang pada kemudian berubah menjadi Selat untuk menyesuaikan serapan bahasanya. Tidak hanya daging, telur kecap pun acapkali menjadi pengganti daging di Selat Solo agar harganya lebih ekonomis.

2. Semur


masakan indonesia belanda
Sumber: Kompas.com

Tidak hanya dua, ternyata Hidangan Indonesia semur adalah hasil akulturasi hidangan 3 negara: Indonesia, China, dan Belanda. Smoor dalam bahasa Belanda berarti masakan tersebut direbus dengan teknik braising (merebus dengan waktu lama menggunakan api kecil agar daging empuk) dengan menggunakan tomat dan bawang. Semur adalah masakan di dapur kaum peranakan Eropa di Hindia Belanda menurut resep masakan Groot Nieuw Volledig Oost-Indisch Kookboek yang terbit pada tahun 1902.

Sejarawan JJ Rizal juga mengungkapkan bahwa nama semur berasal dari bahasa Belanda, yaitu Stomerij (kukusan). Di era penjajahan, mayoritas orang Belanda terutama yang beraktivitas di Hindia Belanda memiliki banyak pekerja orang Indonesia.

“Ayo bikin Stomerij sebagai menu hari ini!”

Nah di kuping orang Indonesia lama-kelamaan stomerij terdengar menjadi smoor dan akhirnya menjadi semur.

Pada resep aslinya, masakan semur ini tidak menggunakan kecap sama sekali. Kuliner Indonesia yang dipengaruhi oleh penggunaan aneka kecap yang merupakan unsur Tionghoa membuat pada akhirnya tomat pada resep asli smoor diubah menjadi kecap manis. Inilah yang membuat Masakan Indonesia Belanda ini sangat otentik.

Perlu diketahui bahwa kecap manis yang biasanya mudah kita temui ini hanya ada di Indonesia. Kecap manis dengan konsistensi tebal seperti yang kita miliki tidak ada di negeri Indocina lainnya. Inilah yang membuat ciri khas semur Indonesia.

Namun, ternyata semur di Indonesia ada yang tidak menggunakan unsur kecap lho! Sebut saja semur Ternate yang menggunakan cuka.

Semur sebagai masakan Indonesia Belanda yang diadaptasi di Indonesia menitikberatkan ke kekayaan rempah khas Indonesia seperti menggunakan cengkeh, pala, kemiri, ketumbar, kayu manis, dan jinten. Di Indonesia sendiri terdiri banyak variasi semur disesuaikan dengan selera lokal. Sebagai contoh ada semur malbi khas Palembang, Semur ikan khas Purwokerto, semur daging ala aceh dan semur jengkol khas betawi.

3. Brenebon


masakan indonesia belanda
sumber: inatonreport

Sup Brenebon atau sup kacang merah merupakan masakan Indonesia Belanda yang merupakan ciri khas Minahasa. Nama Brenebon merupakan lafal Manado dari masakan Belanda yang bernama Bruine bonen. Bruine berarti coklat dan bonen adalah kacang, jadi Bruine bonen berarti kacang merah.

Sup kacang merah ini sebenarnya adalah makanan khas Belanda yang populer dinikmati saat musim dingin. Setelah masuk ke Indonesia saat masa penjajahan, sup Brenebon diadopsi dan diperkaya dengan rempah khas Indonesia seperti pala, cengkeh, dan kayu manis sehingga rasanya pun lebih kaya.

Sup kacang merah di Minahasa umumnya menggunakan daging babi berlemak dan sosis. Namun sup ini juga populer di bagian lain Indonesia sehingga sering menggunakan daging sapi berlemak seperti bagian sandung lamur dan buntut.

Sup Brenebon, sup buntut, dan sup sosis adalah contoh makanan Indonesia Belanda yang menggunakan teknik masak ala barat.

4. Macaroni Schotel


masakan indonesia belanda
sumber: resepistimewa

Populer dengan Mac n Cheese? Macaroni Schotel adalah Mac n cheese edisi Belanda.

Schotel berasal dari bahasa Belanda yang artinya hidangan. Jadi Macaroni Schotel berarti hidangan yang mengandung makaroni.

Saat masa penjajahan, Macaroni Schotel disajikan hanya pada momen-momen tertentu mengingat komposisi daging cincang dan telur merupakan bahan makanan eksklusif yang mahal. Hidangan pasta makaroni yang dipanggang ini favorit disajikan pada pesta ulang tahun anak-anak.

Kini, masakan Indonesia Belanda ini menjadi hidangan kasual yang sering dimasak dan dinikmati bersama dengan keluarga.

5. Pastel tutup


masakan indonesia belanda

Kalau Inggris punya hidangan khas bernama Shepherd's Pie, maka Indonesia punya pastel tutup.

Cara penyajian masakan Indonesia Belanda ini sama persis, namun pastel tutup disajikan dengan rempah khas Indonesia. Jika adonan daging cincang pada Shepherd’s Pie dimasak dengan menggunakan kecap Inggris, thyme, rosemary, dan parsley, maka pastel tutup dimasak dengan ketumbar, pala, dan bahkan menggunakan sambal!

Tidak hanya itu, kita juga sering menemukan pastel tutup dengan isian soun yang mana merupakan warisan kuliner Tionghoa.


Beberapa masakan Indonesia Belanda di atas tetap berkembang di Belanda dan Amerika meski Hindia Belanda sudah tidak ada lagi. Peta kuliner Belanda berubah signifikan setelah perang dunia ke-2, ditandai dengan berakhirnya masa penjajahan Belanda di Indonesia. Mirisnya, para warga Belanda yang kembali dari Indonesia tersebut banyak yang membawa kembali resep fusion Indo-Belanda sebagai kuliner khas Belanda seperti yang dilansir dari buku karangan Jeff Keasberry, Indo Dutch Kitchen Secrets—Stories and Favorite Family Recipes from Stroopwafel to Rijsttafel.

“They indonized it”, ujar Keasberry.

Indonesia dan Belanda menjalin sejarah bersama selama 3.5 abad. Meski yang dilalui adalah sejarah yang getir, tidak bisa ditampik kalau banyak Masakan Indonesia Belanda yang merupakan warisan kuliner bersama yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

“It belongs to both countries”, tutur Keasberry

Travelling ke Kota Kecil Ternyata Juga Bisa Menyenangkan!

29 komentar
Bagi sebagian orang, yang namanya travelling ya kota yang terkenal akan destinasi wisatanya. Bagaimana jika warga Ibukota disuruh ke kota kecil? Sebagian besar akan merasa kebosanan.

Ups, sini dibisikin dulu bagaimana caranya supaya seru travelling ke kota kecil.

travelling ke kota kecil

Sepanjang tahun 2018, suami mendapat jatah stase luar kota untuk program residensinya. Lebih tepatnya stase Jawa sih, karena ternyata meskipun judulnya stase luar kota tapi tetap dalam Pulau Jawa. Suami memutuskan untuk memboyong seluruh keluarga saat stase luar kota ini meskipun keuangan kita sedikit pas-pasan. Pada saat itu kami masih bertiga: Suami, saya, dan anak sulung kami yang berusia 2.5 tahun.


Kami berkesempatan mencicipi tinggal sebulan di Purwokerto, Jombang, Yogyakarta dan Pemalang. Berbeda dengan di Jakarta, tinggal di kota kecil membuat kita juga mengunjungi kota-kota di sekitarnya. Misalnya saat kami tinggal di Purwokerto, kami juga travelling ke Banyumas dan Purbalingga.


Bonus, di Bulan Oktober saya dan anak juga berkesempatan mengekor suami ke Chiang Mai, Thailand. Tentu bukan destinasi wisata bagi orang Indonesia kebanyakan mengingat Thailand Utara bukanlah destinasi wisata populer bagi masyarakat Indonesia.

Banyak warga Ibukota yang bingung jika berpelesir ke kota kecil.

“Mau ngapain?” Ujar kebanyakan orang.

Tapi bagi saya yang sangat menyukai kota dan pemukiman, berpelesir ke kota kecil adalah hal yang menyenangkan.

There will be so much to explore. Emang apa aja sih yang bisa dieksplor dari kota kecil?

Simak tips eksplorasi kota kecil ini agar travelling ke kota kecil sama menyenangkannya dengan mengunjungi kota wisata besar!

1. Eksplorasi museum

Museum adalah most wanted list yang saya cari tiap travelling ke luar kota. Saya biasanya mulai patroli museum via google maps dan google search. Kenapa penting patroli museum via google maps? Karena kita jadi bisa menemukan museum-museum anti mainstream yang tidak disebutkan di mesin pencarian Google.

Sebagai contoh, situs mana yang mencantumkan Museum Soeharto di Kemusuk dan Museum Bank BRI di Purwokerto sebagai rekomendasi destinasi wisata?

travelling ke kota kecil
Gerbang Depan Museum Soeharto

travelling ke kota kecil
Museum BRI Purwokerto

Hobi mengunjungi museum ini berhubungan dengan ketertarikan saya terhadap sejarah. Bagi saya, dengan mengunjungi museum saya bisa travelling dua kali lipat. Travelling secara fisik dan waktu.

Dengan mengunjungi museum Soeharto, saya jadi membaca tulisan-tulisan arsip mengenai kejadian selama masa Soeharto yang tidak saya temui di banyak buku sejarah. Dengan mengunjungi museum BRI di Purwokerto, saya jadi bisa menjelajah waktu untuk mengetahui sejarah bank BRI di Purwokerto pada saat itu.

Apakah eksplorasi museum akan membosankan jika membawa anak kecil? Jawabannya adalah tidak.

Saya banyak melakukan kunjungan museum bersama dengan Hasan yang berumur 3 tahun di tahun itu. Memang tidak akan bisa terlalu berlama-lama jika dibandingkan dengan sendiri mengunjungi museum. Anak bisa sambil belajar, lho! Apalagi sembari mendiskusikan apa yang kami lihat di museum.

2. Eksplorasi kuliner

Tentu sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia kaya akan variasi kuliner lokal yang lezat. Bahkan hanya di beberapa kota Pulau Jawa, rasanya sampai kewalahan karena begitu banyaknya kuliner lokal.

Saya berkenalan dengan Sroto Sokaraja yang merupakan makanan khas daerah Sokaraja (Banyumas) dan menjadi favorit saya sampai sekarang. Bayangkan, cuma sebulan tinggal di Purwokerto saya sampai 4-5 kali mengunjungi kedai Sroto disana.


travelling ke kota kecil
Sroto Sokaraja Sutri

Di Yogyakarta, saya belajar variasi dari Gudeg. Ada Gudeg kering dan Gudeg basah. Pun, gudeg basah pun memiliki berbagai variasi rasa seperti Gudeg Sagan, Gudeg Pawon, Gudeg Mbah Lindu, dan sebagainya. Beruntung saya punya kenalan di Yogyakarta yang hobi wisata kuliner sehingga saya bisa mendapatkan arahan kuliner secara akurat dan variatif.

travelling ke kota kecil
Gudeg Mbah Lindu

Oh ya, eksplorasi kuliner juga termasuk eksplorasi kafe di kota kecil. Salah satu eksplorasi kafe saya sewaktu berada di Purwokerto dan Chiang Mai. Saya menemukan banyak hidden gem disana serta fakta-fakta unik. Misalnya, ternyata banyaknya kafe di Purwokerto karena terdapat Unsoed dan bagaimana para pemilik kafe di Chiang Mai saling bersinergi satu sama lain untuk berkembang bersama dan memajukan petani lokal.

3. Eksplorasi taman dan alun-alun

Siapa yang menjadikan taman dan alun-alun sebagai objek wisata saat travelling ke luar kota? Singkatnya durasi travelling membuat wisata taman menjadi terlupakan karena terkalahkan dengan destinasi wisata lainnya yang lebih besar. Lagian apa serunya ya datang ke alun-alun dimana Ibukota menawarkan hiburan tanpa batas baik bagi orangtua dan anak?

Fakta seputar alun-alun

Mungkin karena jatuhnya kami travelling selama sebulan, kami punya waktu eksplorasi lebih banyak, termasuk tempat-tempat yang bukan destinasi wisata sekalipun. Saya menemukan berbagai hal yang unik seputar alun-alun di sepanjang tahun 2018.

Pertama, semakin murah harga sekali main di alun-alun, makan semakin jauh dari kota besar kota tersebut. Semakin ramai alun-alun, maka semakin jauh dari kota besar.

Misalnya, harga sekali main termurah yang Hasan pernah coba ada di Kota Jombang, cuma lima ribu saja bisa bermain sepuasnya! Jombang, sebuah kota yang terletak di Jawa Timur dengan durasi perjalanan hampir 2 jam menggunakan mobil dari Surabaya.

“Habis main di mal Jombang (baca: alun-alun) ya?”, ujar salah seorang penghuni rumah tempat kami tinggal sebulan saat melihat kami pulang malam-malam.

travelling ke kota kecil
Alun-alun Jombang

Sebaliknya, aktivitas alun-alun Klaten yang terletak di antara 2 kota besar, yaitu Yogyakarta dan Surakarta relatif sepi. Ini ditandai dengan harga sekali main sebesar Rp 15 ribu. Ya kalau dipikir-pikir muda mudi dan anak-anak Klaten pasti gampang mencari hiburan ke Yogyakarta ataupun Solo. Setengah jam juga sudah sampai ke Mal Ambarukmo.

Jangan tanya soal keramaian alun-alun di Yogyakarta dan Solo, sangat sepi dan hampir tidak ketemu arena permainan anak!

Hasan menjadi alumni belasan alun-alun sepanjang tahun 2018.

Fakta seputar taman kota

Hukum posisi kota dan keramaian alun-alun juga berlaku untuk taman kota. Taman Kota yang paling meriah dari kota yang kami kunjungi tentu di Kota Jombang. Sebenarnya meriah bukan kata-kata yang tepat untuk mendefinisikannya, tetapi bagaimana penduduk kota menjadikan taman tersebut sebagai hiburan.

Di Jombang ada 2 taman kota terkenal, Taman Kebon Rojo yang terletak di tengah kota dan Taman Kebon Ratu yang berlokasi ke arah Kota Mojokerto.Terasa sekali sendi-sendi kehidupan menyala di Taman Kebon Rejo. Ramai dijejali masyarakat, pedagang, dan taman yang terawat. Taman Kebon Ratu berukuran jauh lebih besar dengan instalasi-instalasi kreatif yang menarik. Dilengkapi dengan track skateboard beserta patung pesawat.

travelling ke kota kecil
Taman Kebon Ratu

travelling ke kota kecil
Taman Kebon Rojo

Sebenarnya tidak semua kota kecil memiliki taman kota yang meriah, contohnya Taman Kota Pemalang yang berukuran cukup kecil dan sangat tidak terawat. Yah mungkin karena posisinya di antara Kota Tegal dan Kota Pekalongan dimana masyarakat lebih banyak mendapatkan hiburan di sana.

4. Eksplorasi wisata alam

Biasanya objek wisata alam di kota bukan Ibukota lebih bagus dan berkesan.

Eksplorasi wisata alam termasuk bagian terakhir yang kami lakukan. Mau gimana lagi, suami baru libur akhir pekan, itu pun belum tentu. Jika dalam sebulan ada 4 minggu, maka jika dibagi dengan eksplorasi lainnya, maka biasanya eksplorasi wisata alam cuma bisa di satu hari minggu saja.

Kami hanya sempat mengejar matahari terbit Punthuk Setumbu di Yogyakarta dan menikmati cuaca pegunungan Baturaden di Purwokerto.

travelling ke kota kecil
Baturaden

Pun, keadaan kami yang memiliki seorang anak berusia 3 tahun membuat kami tidak bisa “liar” menentukan destinasi wisata alam.

5. Eksplorasi kehidupan urban

Jika disuruh pilih perkotaan, gunung, dan pantai maka pilihan destinasi liburan saya adalah perkotaan. Lebih tepatnya kehidupan urban. Yang bisa dinikmati dengan pergi ke pasar, naik angkutan umum, dan mendatangi toko ataupun pusat keramaian lainnya.

travelling ke kota kecil
Bus Kota Chiang Mai

Salah satu kunci bisa mengamati kehidupan urban adalah dengan cara berjalan kaki. Kita dapat mengamati apa yang terjadi di sekitar dengan ritme laju commuting yang lebih lambat.

“Wah ternyata di sepanjang jalan depan Rumah Sakit Maharaj Nakorn warung makan babi semua!”

“Wah, supir Trans Yogya hobi musiknya seragam, dangdut koplo semua!”

“Wah, di Kota Jawa yang ga punya pantai susah cari Ikan ya kecuali di pasar induk.”

Hal-hal seperti itu akan selalu memberikan warna baru di setiap jurnal travelling saya.


Mengunjungi kota-kota kecil tidak membuat kita mati gaya. Jika cermat dan tepat, kita bisa menikmati kehidupan travelling yang unik, kaya dan bermakna yang tidak dimiliki oleh kota-kota besar.

travelling ke kota kecil

*Tulisan ini diikutsertakan untuk mengikuti Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog