Tampilkan postingan dengan label travelling. Tampilkan semua postingan

Rekomendasi Hotel di Solo untuk Keluarga dengan Family Suite

25 komentar
Apa saja Rekomendasi Hotel di Solo untuk keluarga dengan family suite?

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga

Meski ini kali keduanya kami wisata ke Solo, jujur saja, pertengahan tahun 2022 ini adalah pertama kalinya kami jalan-jalan ke luar kota berlima yang harus menginap di hotel. Sebenarnya pernah sih menginap di penginapan saat di luar kota, tapi biasanya bersama keluarga besar.

Terakhir berhotel sendiri adalah pada tahun 2019, dimana kami melakukan traveliving saat baru bertiga. Hanya saya, suami, dan si sulung saja. Saat itu kami tidak ambil pusing saat memesan hotel. Mau dapat kasur twin? Tidak masalah. Kasur cuma ukuran Queen? Juga tidak masalah.

Berbeda dengan sekarang, kami sudah berlima dan artinya tidak bisa segampang itu memutuskan menginap di hotel mana. Kami harus memilih kamar yang bisa kami tiduri berlima dengan harga semurah-murahnya.

Opsi paling gampang sebenarnya memesan kamar di hotel mana pun kemudian memesan extra bed. Namun, pilihan tidak semudah itu Ferguso! Hotel budget tidak menyediakan extra bed. Pun, memesan Extra bed di kamar biasa hotel non-budget membuat pembengkakan budget signifikan. Selain itu, untuk mengetahui harga per malam termasuk memesan extra bed harus menghubungi dahulu hotel terkait. Artinya, kita tidak bisa menyortir harga dari awal. Harus repot-repot dulu japri hotel!

Dalam prioritas pemilihan tempat menginap, kami biasanya menetapkan range harga terlebih dahulu. Setelah hotel dengan range harga yang ditentukan sudah ditetapkan, selanjutnya tinggal menimbang mana pilihan yang paling baik berdasarkan fasilitas, lokasi, hingga ulasan penginap lainnya.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka memilih kamar hotel dengan harga terbaik tanpa memperhitungkan extra bed adalah opsi paling cepat dan taktis. Berawal dari kerumitan dalam memilih hotel, maka saya pun menulis rekomendasi hotel keluarga di Solo ini agar banyak keluarga yang terbantu dan tidak bingung seperti saya.

Jika kamu adalah keluarga dengan minimal 3 anak dan menginginkan rekomendasi hotel di solo untuk keluarga dengan family suite, simak daftarnya di bawah ini!

1. Aston Solo

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga
Sumber: Aston Solo

Rekomendasi hotel di Solo untuk keluarga dengan family suite yang hampir kami pesan adalah Aston Solo. Hotel ini berlokasi di pusat kota, yakni di Jalan Slamet Riyadi yang merupakan lokasi CFD di Kota Solo. Posisinya yang di tengah kota membuat kita dengan mudah menjangkau tempat wisata dan kuliner di Kota Solo dengan mudah. Di Depan hotel membentang trotoar luas sehingga enak untuk berjalan kaki. Hotel Aston Solo ini terkoneksi dengan sebuah pusat perbelanjaan tua. Parkir bisa cukup susah dan dikenai biaya jika menggunakan jasa valet.

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga
Hasan 4 tahun lalu, Jl. Slamet Riyadi

Fasilitas Aston Solo cukup lengkap seperti sudah memiliki kolam renang sehingga cocok bagi keluarga yang ingin berenang saat liburan. Kamar berukuran 30 m2 ini menyediakan satu kasur ukuran queen (160x200) dan satu kasur single. Untuk keluarga dengan anak 3 masih bisa meski agak desak-desakan dan tidak disarankan dengan anak lebih dari itu.

Konon katanya, bagi kamu yang sensitif dengan yang “halus-halus” tidak disarankan untuk menginap di sini. Aston Solo dibangun dari mall yang dulu pernah kebakaran akibat kerusuhan tahu 1998. Beberapa orang mengatakan pernah melihat pemandangan “halus-halus” yang tidak diharapkan hihi. Tapi bagi kamu yang tidak sensitif dan tidak peduli sih hajar saja, soalnya Aston Solo ini salah satu hotel Solo dengan Family suite termurah dan terlengkap fasilitasnya.

Alamat: Jl. Slamet Riyadi No.373, Sondakan, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57147
Telp: (0271) 7882000
Harga Family Suite: Mulai dari Rp 710 ribu

2. The Alana Hotel

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga
Sumber: Alana Hotel

Rekomendasi hotel di Solo untuk keluarga dengan Family Suite yang pernah kami coba adalah The Alana Hotel. Lokasinya sedikit di pinggir luar kota Solo, yakni di area Colomadu. Salah satu tempat wisata terdekat dari hotel ini adalah de Tjolomadu, bangunan bekas pabrik gula terbesar di Indonesia yang dibangun sejak tahun 1862. Pemerintah melakukan restorasi di pabrik gula ini dan menyulapnya menjadi museum. Posisi The Alana Hotel yang berada di utara mungkin sedikit kurang menguntungkan jika ingin mengunjungi magnet kuliner di Kota Solo yang banyak berada di area pusat dan selatan. Terlebih harus berdamai dengan tata lalu lintas Kota Solo yang memiliki titik lampu merah yang sangat banyak dengan waktu lampu hijau sebentar.

Fasilitas The Alana Hotel sangat lengkap karena menyediakan kolam renang dan convention center yang sering dijadikan tempat melangsungkan acara pernikahan. Parkiran di hotel ini cukup banyak, sampai 3 lantai basement. Namun, penginap akan agak susah mencari parkiran saat ada yang melangsungkan acara di convention center.

Kamar hotel yang disediakan juga berukuran luas, yakni sebesar 29 m2 dengan satu kasur ukuran super king (200x200) dan satu kasur single (100x200). Dengan ukuran kasur yang teramat luas, tidur di kamar ini bagi kami sekeluarga dengan tiga anak cukup lega! Suami tidur di kasur single dan saya serta 3 anak di kasur super king tanpa desak-desakan. Kamar mandinya juga cukup luas, lho.

Alamat: Jl. Adi Sucipto, Colomadu, Karanganyar, Kec. Colomadu, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57174
Telepon: (0271) 7451555
Harga Family suite: Mulai dari Rp 780 ribu

3. Amaris Sriwedari

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga
Sumber: Amaris Hotel

Tidak ada Rekomendasi hotel di Solo dengan Family Suite yang memiliki lokasi terbaik dan harga termurah selain Amaris Sriwedari! Namun, booking family suite ini tidak mudah, lho. Kenapa?

Hotel Amaris Sriwedari berlokasi di jantung Kota Solo. Kamu bisa mengunjungi berbagai tempat wisata Solo mulai dari Tumurun Private Museum, CFD, Taman Sriwedari, Museum Radya Pustaka, dan banyak lainnya dengan hanya berjalan kaki.

Amaris Sriwedari adalah hotel bintang 2, jadi jangan harap fasilitas ekstra seperti kolam renang. Kamar family suite berukuran 22 m2 menyediakan satu kasur king dan satu kasur single. Lumayan bisa tidur agak lega jika kamu keluarga dengan anak tiga. Hotel Amaris Sriwedari ini cocok bagi keluarga yang banyak menghabiskan waktu di luar dan memusatkan kamar hotel hanya untuk beristirahat. Pasalnya, kamar dengan ukuran tidak terlalu besar dan memiliki jendela yang kecil ini tidak begitu nyaman ditempati jika ingin berlama-lama di kamar. Anak pun jadi kurang betah.

Jalan di depan Amaris Sriwedari ini cukup kecil. Parkirannya pun juga sedikit sehingga butuh usaha untuk penginap saat mencari parkir. Melihat posisinya yang sangat strategis dengan ketersediaan kamar yang sangat terbatas, jangan harap kamu bisa membooking family room di Amaris Sriwedari jika tidak jauh-jauh hari, terutama saat akhir pekan.

Alamat: Jl. Kebangkitan Nasional No.24, Sriwedari, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57141
Telepon: (0271) 7461627
Harga Family Suite: Mulai dari Rp 420.000

5. Novotel Solo

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga
Sumber: Accor hotels

Rekomendasi hotel di Solo untuk keluarga dengan Family Suite berikutnya adalah Hotel Novotel Solo yang berlokasi tepat di simpang jalan Slamet Riyadi dan jalan Gadjah Mada. Kamu sekeluarga bisa dengan mudah mengikuti CFD pada akhir pekan karena posisinya yang berada di depan jalan CFD. Lokasinya juga termasuk di pusat kota sehingga akan mudah mengunjungi keraton, museum, dan berbagai spot jajanan di Kota Solo.

Meski gedung Novotel Solo sudah cukup tua, fasilitasnya cukup lengkap termasuk kolam renang. Kamar hotel family suite menempati area sebesar 32 m2 untuk satu kasur ukuran single dan satu kasur ukuran double. Kamu bisa juga memesan family suite dengan tipe 3 kasur single. Parkirannya juga cukup banyak kok.

Alamat: Jl. Slamet Riyadi No.272, Timuran, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57141
Telepon: (0271) 724555
Harga Family Suite: Mulai dari Rp 707 ribu

6. Solo Paragon Hotel

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga
Sumber: Solo Paragon Hotel

Solo Paragon berlokasi tepat di atas Paragon Mall sehingga kamu akan dengan mudah mencari restoran dan berbelanja kebutuhan sehari-hari. Hotel Solo Paragon ini menjadi salah satu rekomendasi hotel di Solo untuk keluarga dengan family suite karena ukurannya sangat luas.

Solo Paragon Hotel sejatinya adalah apartemen yang juga dibuka untuk sewa harian seperti hotel. Karena berbentuk seperti apartemen, Solo Paragon cocok bagi kamu dengan anggota keluarga besar yang hendak menginap dengan jangka waktu lama karena tersedia pantry yang lebih lengkap ketimbang hotel lainnya.

Kamar family suite juga sangat luas berbentuk 2 kamar tidur dengan ruang tamu terpisah. Kamar family suite pertama menempati lahan seluas 58 m2 dengan satu kasur double dan satu kasur single. Kamar family suite lainnya menempati lahan lebih luas lagi, yakni seluas 78 m2 yang terdiri dari satu kasur double dan dua kasur single atau bisa hingga 4 orang dewasa!

Karena Solo Paragon Hotel berlokasi di gedung yang sama seperti Solo Paragon Mall, mencari parkiran juga tidak akan sulit.

Alamat: Jl. Dr. Sutomo, Mangkubumen, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57125
Telepon: (0271) 7655888
Harga Family Suite: Mulai dari Rp 900 ribu

Tips berikutnya yang tidak boleh dilupakan

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga

Selain rekomendasi hotel di Solo untuk keluarga dengan family suite di atas, ada hal-hal lain yang tidak boleh kamu lupakan. Saat sudah membuat shortlisted hotel incaran, maka yang dilakukan berikutnya adalah membandingkan antar harga dari berbagai Online Travel Agency (OTA) hingga situs resmi. Cari harga yang paling murah. Mencari di situs resmi sering dilupakan, padahal beberapa kali saya menemukan harga lebih murah di situs resmi hotel.

Saat memiliki anak banyak, mengetahui ukuran bed juga sangat krusial. Biasanya di situs hanya tertulis ukuran double dan twin, ukuran pastinya tidak dicantumkan. Padahal ini sangat krusial mengingat antara kasur queen dan super king size bed bakal menawarkan kenyamanan yang signifikan untuk tidur bersama-sama dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, sebelum memantapkan hati dalam membuat shortlisted hotel, hubungi dahulu hotel perihal ukuran bed. Bisa menelpon langsung atau via kanal sosial media yang telah mereka sediakan.

Memiliki ukuran keluarga cukup besar, selain memesan kamar family suite bisa juga dengan mengambil opsi menyewa AirBnb. Namun karena biasanya AirBnb berupa rumah atau apartemen, posisinya relatif jarang yang berada di tengah kota. Memesan di AirBnb juga harus teliti dalam menyimpulkan harga karena banyak harga tambahan yang ditambahkan saat akan melakukan pembayaran.

Meski perjalanan ke Solo tempo hari harus diwarnai dengan anak muntah mencret, perjalanan tersebut membuat pengalaman baru bagi kami dalam memesan akomodasi.

Sudah memutuskan mana hotel yang kamu pilih untuk menginap bersama keluarga berdasarkan rekomendasi hotel di Solo untuk keluarga dengan Family Suite yang lengkap ini?

Anak Muntah dan Mencret, Masih Bisa kah Travelling bersama 3 anak dinikmati? Ini Tipsnya bersama Internetnya Indonesia!

22 komentar
Bagaimana Pengaruh IndiHome memberikan manfaat internet dalam menyiapkan rencana travelling bersama 3 anak?

Sepanjang tahun 2018 saya, suami, dan anak sulung kami banyak melakukan perjalanan di belahan Pulau Jawa dan beberapa negara ASEAN. Bersyukur kami diberikan rezeki berupa anak usia 3 tahun yang sangat gampang dan tidak menyusahkan dibawa travelling. Bawa si sulung bagaikan bawa orang dewasa biasa, asli deh!

Tapi ternyata Allah ingin membuat hidup kami lebih berwarna. Di tahun 2022 ini, kami akhirnya berkesempatan melakukan perjalanan jarak jauh lagi. Bedanya kalau dulu bertiga, sekarang berlima! Ya, kami sudah dikarunia ekstra dua anak lagi. Di perjalanan ini kami harus membawa sulung yang berusia 7 tahun, tengah berusia 3 tahun, dan bungsu berusia 1,5 tahun.

travelling internetnya indonesia

Kalau dulu hampir tidak ada kendala sama sekali, kalau sekarang harus mengalami dua anak muntah di carseat masing-masing dan mencret selama berada di luar kota. Wow sekali bukan!

Tapi apakah saya mutung dengan perjalanan kali ini? Tentu tidak, karena sebelum berangkat kami sudah menyiapkan beberapa hal. Fisik, mental, dan ekspektasi.

Kebanyakan Ibu-ibu suka merasa jiper duluan saat hendak travelling bersama anak, apalagi jika punya anak masih kecil-kecil dan travelling jarak jauh.

Namun sebenarnya kekhawatiran itu bisa ditepis, asalkan kita menyiapkan semuanya baik dari perencanaan hingga mental. Travelling dengan anak tentunya tidak akan sama jika dibandingkan dengan travelling tanpa anak. Saat masih sendirian atau hanya bersama pasangan saja kita bisa menetapkan rencana perjalanan ambisius.

Tapi jika punya anak? Besar kemungkinan arah perjalanan kita tergantung dari kondisi anak.

Lantas bagaimana menyiasatinya?

Karena siapapun berhak menikmati travelling, meski bersama anak banyak sekalipun.

1. Riset, Riset, Riset

travelling internetnya indonesia

Riset yang menyeluruh adalah kunci. Jangankan jika harus travelling bersama anak, saat berpergian senidrian pun banyak sekali yang harus diriset. Mempersiapkan kota tujuan, mencari perbandingan tiket dan penginapan termurah, mencari tahu rekomendasi tempat tujuan dan makanan/minuman favorit, hingga memutuskan mobilisasi menggunakan apa.

Di Awal Bulan Juli ini kami sekeluarga berkesempatan jalan-jalan ke Solo. Berbeda dengan keluarga lain, biasanya kami liburan dengan cara menyelipkan agenda saat suami harus bekerja. Kalau dipikir, sangat jarang kami pergi ke luar kota murni hanya liburan. Suami belum termasuk orang yang punya privilege untuk mengambil cuti, jadi kalau pun kami pergi keluar kota ya hanya akhir pekan atau saat ada tanggal merah.

Kebetulan suami menjadi tim medis pertandingan Rugby di Solo selama 2 hari. Jika dihitung dengan waktu perjalanan, kami berkesempatan melakukan perjalanan 4 hari 3 malam ke Solo! Sungguh sebuah kesempatan yang langka karena biasanya maksimal hanya 3 hari 2 malam saja saat ada tanggal merah berdekatan dengan akhir pekan.

Peran IndiHome dalam membantu riset perjalanan bersama anak

Riset sebelum berangkat adalah kunci kesuksesan travelling bersama anak. Sehari-hari saya banyak menghabiskan waktu di rumah saja karena saya Ibu rumah tangga yang sesekali mengerjakan pekerjaan menulis paruh waktu. Koneksi internet yang saya gunakan di rumah adalah internet fiber optik IndiHome. Semua perangkat di rumah sudah dikoneksikan ke internet IndiHome melalui koneksi Wifi.

travelling internetnya indonesia

IndiHome adalah satu-satunya provider internet yang menyediakan bundling paket bersama dengan telepon rumah! Itu lah salah satunya alasan kami berlangganan IndiHome sejak awal nikah. Pasalnya, mayoritas keluarga saya dan suami menggunakan Telkomsel dan dengan menggunakan paket bundling 2P IndiHome artinya kami mendapat jatah telepon gratis sekian menit via telepon rumah. Deal yang menguntungkan sekali menurut saya.

Karena kami bukanlah penonton televisi, kami memilih menggunakan paket 2P (Internet+Phone) seharga Rp 275 ribuan dengan kecepatan hingga 20 Mbps. Eh, karena loyal memakai IndiHome bertahun-tahun, di tahun kelima (kalau tidak salah) saya mendapat telepon dari CS IndiHome mengenai tawaran naik kecepatan hingga 30 Mbps TANPA TAMBAHAN BIAYA! Wuih, salut sama IndiHome yang mengapresiasi pelanggan loyalnya.

IndiHome ini juga sudah terkenal menjangkau berbagai pelosok daerah di Indonesia. Jangankan di daerah, Indiome adalah satu-satunya provider internet di area rumah om saya yang berada di Bintaro.

travelling internetnya indonesia

Buat kamu yang lagi bingung mau pasang provider internet apa, bisa langsung hubungi kontak IndiHome untuk pemasangan. Tidak cuma menawarkan bundling internet, kini kamu yang ingin berlangganan Disney+ dan Netflix juga tidak usah bingung. IndiHome menawarkan paket bundling langganan Disney+ Hotstar, Netflix, WeTV, Vidio, dan Catchplay. Tidak cuma bundling, IndiHome juga dengan loyalnya memberikan diskon biaya pemasangan sampai setengah harga!

Menarik bukan?

Mari kembali ke pengalaman saya mengenai bagaimana koneksi lancar IndiHome sangat membantu dalam perencanaan liburan bersama tiga anak.

Menggunakan pesawat, kereta api, atau mobil pribadi?

Senjata utama riset travelling tidak lain dan tidak bukan adalah koneksi internet. Cuma dengan duduk di pojokan saja, saya bisa mendapatkan manfaat internet dengan mencari tahu apapun lewat ponsel ataupun laptop. 
Kebetulan kami sudah menggunakan IndiHome sejak awal berumah tangga. IndiHome merupakan produk dari Telkom Indonesia yang merupakan salah satu pemain besar provider internetnya Indonesia. Keputusan kami menggunakan IndiHome juga diambil karena pengalaman keluarga saya yang sebelumnya sudah menggunakan provider ini sejak IndiHome diluncurkan. Pemain lama nih, boleh nih Telkom Indonesia kasih kami bonus kecepatan, hehe.

Setelah riset, akhirnya kami memutuskan naik mobil saja. Bayangkan, pulang pergi cuma butuh 1,6 juta rupiah, yakni tol 1 juta pulang pergi dan isi bensin 200 ribu rupiah sebanyak 3 kali.

Menginap dimana?

travelling internetnya indonesia

Terakhir kami jalan-jalan ke luar kota untuk liburan santai adalah tahun 2019, yakni saat anak kami baru satu. Selain cuma bertiga, anak sulung kami juga tipe yang enak diajak jalan-jalan jadi otomatis kami tidak repot sama sekali mengajak ia kemana pun.

Namun keadaan berubah sekarang. Kami sudah berlima sekarang dengan tambahan 2 batita. Jika dulu kami tidak pusing untuk urusan kamar karena bahkan memakai kasur twin pun tidak masalah, sekarang kami harus memilih penginapan dengan kriteria berikut:
  • Kasur ukuran super king size (200x200)
  • Family suite yang punya kasur twin (queen atau king size) dengan tambahan kasur single (90x200 atau 100x200)
Terima kasih IndiHome yang memiliki koneksi internet stabil! Saya jadi tahu ternyata di Solo banyak hotel yang menyediakan kamar family suite dengan harga sangat variatif. Untuk mengetahui ukuran kasur, saya harus menanyakan langsung ke pihak hotel karena di Online Travel Agency (OTA) seringnya hanya mencantumkan double bed atau twin bed saja tanpa mencantumkan ukuran.

Nah, biasanya menghubungi langsung ini menggunakan sistem BOT di website yang kalau lama tidak dibalas atau keluar dari halaman maka percakapan tidak bisa dilanjutkan.

Kebayang kan jika koneksi internet kita buruk, lagi bertanya eh malah koneksi putus. Begitu koneksi tersambung lagi, kita harus memulai percakapan baru. Gitu aja seterusnya.

Untuk koneksi internet saya yang menggunakan Indihome stabil dan lancar jaya. Saya pun tidak kesulitan mendapatkan jawaban cepat perihal ukuran kasur. Kecepatan informasi ngaruh banget lho, soalnya kami pergi tanggal 1-4 Juli dimana jadwal liburan anak sekolah! Telat booking penginapan sama artinya tidak dapat penginapan atau kalau dapat pun sudah kena harga mahal.

Kemana saja?

travelling internetnya indonesia
Setelah permasalahan akomodasi pulang pergi dan tempat menginap beres, yang harus dipikirkan adalah kemana saja selama berada di Solo. Berhubung suami bertugas selama di Solo, otomatis jalan-jalan di kota hanya dilakoni berempat bersama anak. Maka riset calon destinasi dan makan dimana juga harus dikumpulkan. Ingat, dikumpulkan ya, bukan daftar ngoyo untuk menjelajahi semuanya.

Biasanya saya menjadikan Google Maps teman setia dalam perencanaan destinasi. Saya mengecek dimana saja lokasi calon destinasi. Berapa lama waktu tempuh dari destinasi ke destinasi. Tentunya saya harus bersyukur memakai IndiHome yang merupakan Internetnya Indonesia yang disediakan oleh Provider Telkom Indonesia. Saya senang karena koneksinya yang lancar membuat riset saya pun berjalan lancar tanpa kendala.

Setelah menyimpan antar lokasi destinasi ini dan menghafal jarak antar destinasi di kepala, maka selesai pula tahap pertama dalam perencanaan travelling bersama 3 anak. Terima kasih internetnya Indonesia, IndiHome!

Tapi apakah yang akan dijalani sesuai dengan yang diriset? Tentu tidak Ferguso! Itulah menariknya travelling bersama anak-anak. Orangtua dituntut untuk adaptif dan ikhlas dalam menjalani itinerary yang telah disiapkan. 

Terlaksana ataupun tidak sama sekali.

2. Menyiapkan fisik dan mental anak

travelling internetnya indonesia

Anak kecil notabene memiliki fisik yang tidak seprima orang dewasa. Jangankan anak-anak, orang dewasa pun disarankan tidak melakukan aktivitas berat sebelum menjalani perjalanan jauh yang melelahkan.

Apalagi anak-anak. Disarankan untuk membatasi kegiatan anak seminggu sebelum berangkat. Maksudnya tidak membawa anak pergi di perjalanan melelahkan sebelum hari keberangkatan.

Jangan seperti saya. H-2 saya membawa anak tengah saya ikut ke sebuah pertemuan dan agenda lainnya mulai dari pukul 10 siang hingga maghrib! Alhasil keesokan harinya suhu tubuh si tengah menghangat dan disertai diare. Tampaknya ia kecapekan mengikuti ritme pergerakan saya ditambah dengan salah makan.

Alhamdulillah 2 anak lainnya sehat saat perjalanan pergi. Mengetahui kenyataan akan membawa si tengah dalam keadaan kurang fit, maka otomatis ia “dibom” dengan suplemen dan madu. Kami sebagai orangtuanya juga harus menyiapkan mental dengan cara siap banyak berhenti di rest area jika si tengah minta buang air besar. Selain itu, sebagai antisipasi saya juga memakaikan popok jika ia mengeluh hendak buang air besar sementara kami belum menemukan rest area.

Kami juga sudah menyiapkan obat-obatan yang dibawa selama perjalanan. Mulai dari obat demam, flu, multivitamin, madu, hingga obat diare.

Yang paling penting adalah orang tua siap. Siapkan ekspektasi sesuai dengan kemungkinan terburuk. Kenyataan di lapangan bisa dihadapi dengan santai asal orangtua adaptif dan ikhlas.

3. Adaptif

travelling internetnya indonesia

Keesokan harinya setelah kami sampai di tujuan, saya berencana mengantarkan suami saya tugas dahulu ke lapangan sembari memboyong anak-anak di mobil. Kami tinggal di rumah sewaan AirBnb karena menginginkan harga murah dengan kasur yang banyak agar tidur kami nyaman.

Terjadi hal yang tidak disangka menjelang kami berangkat ke lapangan. Si tengah muntah! Muntah mengenai sofa dan karpet rumah sewaan. Wah, langsung kami kocar-kacir membersihkan sisa muntahan. Untung kami tinggal di rumah sehingga kami bisa menjemur karpet yang terkena muntahan. Kipas angin pun kami hidupkan dan diarahkan ke sofa bekas muntahan agar cepat kering.

Setelah mengantar suami, si tengah lanjut muntah di carseat. Duh, padahal sudah dekat dengan rumah tinggal. Untung muntahannya hanya berupa air. Beruntung juga di luar cuaca cerah dan panas terik sehingga carseat langsung saya jemur di belakang.

Itinerary sudah disiapkan, tapi si tengah muntah dan mencret. Nah lho! Padahal di hari itu saya dan mertua yang kebetulan singgah ke Solo berencana menempuh perjalanan jauh ke Museum Atsiri.

“Si tengah barusan muntah, ini mau lihat kondisi dulu sampai jam 10. Kalau kondisi oke, paling kita ke Tjolomadu aja jalan-jalan.”, saya mengetik WhatsApp ke mertua.

De Tjolomadu yang merupakan bekas pabrik gula terbesar di Indonesia ini hanya berjarak tidak sampai 1 km dari rumah sewaan kami. Yes, itulah salah satu alasan saya memutuskan menyewa AirBnb ini, posisinya dekat dengan salah satu tempat wisata primer. Akhirnya tanpa pikir panjang, rencana hari itu saya ubah dengan piknik di de Tjolomadu saja dan makan di salah satu tempat hits di Solo, Grandis Barn yang jaraknya juga sangat dekat dengan rumah tinggal kami. 

So far penginapan kami memuaskan. Minusnya cuma tidak dibekali internet saja. Mungkin saya harus menulis ulasan agar memasang IndiHome kepada pemilik penginapan karena banyak sekali manfaat internet yang bisa didapatkan oleh penyewa.

Eh ternyata suami membawa berita gembira saat pulang dari dinas, ia dapat hibahan kamar hotel tipe Family Suite untuk satu malam!

Berpikir cepat, kami pun packing cepat dan memisahkan koper supaya nanti pas checkout rumah singgah dan hotel tidak ribet. Keputusan kami mengambil kamar hotel ini juga dibutuhkan adaptasi yang cepat, terutama untuk rencana keesokan harinya.

Rencananya esok hari saya dan anak-anak ke Tumurun Museum dan jalan-jalan santai di trotoar luas Jl. Slamet Riyadi. Karena keputusan kami harus menginap di hotel itu, artinya hari itu menjadi hari yang sangat sibuk!

Saya sendiri tanpa suami harus check out dari 2 tempat: Hotel dan AirBnb. Dari yang rencananya cuma mengantar suami, jalan santai, dan pulang nunggu aba-aba buat jemput sore, kini menjadi super ribet.

Mengantar suami, ke Tumurun Museum sesuai reservasi, pulang ke hotel sekalian check out, janjian makan siang sama teman, cari serabi, pulang ke rumah singgah sembari membereskan anak, checkout (lagi).

Lelah? Memang, tapi ini risiko yang saya terima dan konsekuensi untuk dapat bersikap adaptif.

Tantangan usai? Belum. Sesampainya kami malam di Semarang, si bungsu muntah di carseat. Memang sehari itu dari pagi badannya sudah hangat. Kami berusaha tenang. Karena kami sudah menyiapkan obat sehingga kami minumkan si bungsu paracetamol 4 kali sehari. Tidak lupa selama perjalanan pulang esoknya saya membawa baju ganti si tengah dan si bungsu untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan selama perjalanan.

Benar saja, dalam perjalanan pulang si bungsu mencret dan rembes ke bajunya. Bismillah, ikhlas, ikhlas, ikhlas, ga ngeluh.

4. Ikhlas

travelling internetnya indonesia

Ikhlas adalah tips kunci agar tantangan yang dihadapi selama perjalanan tetap terasa menyenangkan. Itinerary tidak sesuai? Ikhlas. Ada tempat yang tidak jadi dikunjungi? Ikhlas. Terjadi hal-hal yang tidak diinginkan? Ikhlas.

Jika ikhlas, perjalanan yang terasa sulit tidak akan terasa menyebalkan. Pun, meski sudah mengalami hal-hal diatas, kami merasa tidak kapok jika harus membawa anak-anak kami road trip berikutnya. Justru dari hal-hal yang sudah dialami meski tidak mengenakkan akan menjadi pembelajaran bagi kami.

Pembelajaran menyiapkan perjalanan keluarga yang lebih baik.

6 Tips Travelling ke Pantai Bersama Bayi Supaya Tidak Repot

29 komentar
Selain bukan tipe penggemar pantai, travelling ke pantai menurut saya adalah sesuatu hal yang merepotkan bagi saya yang berhijab ini. Bayangkan saja, mau ke pantai harus pakaian lengkap berupa baju renang panjang beserta hijabnya. Setelah selesai main pantai juga masih harus melakukan desalinasi baju renang untuk menyingkirkan pasirnya. Belum lagi biasanya kamar akan jorok karena banyak ceceran pasir yang terjatuh dari pakaian renang. Well, saya juga bukan tipe penagih vitamin sea juga sih, saya lebih ke tipe hobi travelling dalam kota.

Repot pakai baju renang. Repot cuci baju renang. Risih pakai baju renang basah yang tidak kering dijemur. Repot nyiapin peralatan berangkat ke pantai.

Setelah sekian banyak daftar kerepotan tersebut, bagaimana ya rasanya jika ditambah dengan daftar kerepotan membawa bayi ke pantai?

travelling ke pantai

Awalnya saya memang rada-rada kepikiran pas diajak ke laut, tepatnya ke Pulau Tidung. Anak pertama yang berusia 6 tahun gampang lah, anak kedua yang berusia 3 tahun juga relatif mudah. Kalau si bayi 1 tahun bagaimana ya?

Namun setelah dijalani bahkan setelah dua kali ke pantai dengan 3 anak, ternyata tidak serepot itu kok!

Dibanding meraba-raba memikirkan bagaimana rasanya bawa bayi saat travelling ke pantai, sini saya bantu ringankan beban pikiran dengan memberikan gambaran travelling ke pantai bersama bayi. Bagaimana tips travelling ke pantai bersama bayi?

1. Set your expectation


travelling ke pantai

Hal pertama yang harus dilakukan saat travelling bersama bayi adalah mengatur ekspektasi. Tidak hanya ke pantai saja sebenarnya, tetapi travelling bersama anak kemana pun. Bawa bayi rasanya seperti bawa koper kemana pun kita berada. Tidak cuma bawa saja, tetapi harus tetap memenuhi kebutuhannya.

Jika kamu travelling ke pantai terus berharap bisa dengan santai nyebur, pulang langsung bebersih dan gegoleran, buang jauh-jauh dulu deh pikiran seperti itu. Kerepotan Travelling ke pantai bersama bayi (dan anak-anak lainnya) banyak banget, dimulai dari repot mempersiapkan barang ke pantai, rela tetap basah-basahan lengket air garam karena harus menyelesaikan mereka semua mandi terlebih dahulu, dan rela tidak bisa santai-santai menikmati momen.

Jadi, kita harus siap mengatur ekspektasi supaya tidak ketinggian. Kerendahan sih tidak apa-apa, tapi lebih baik sih jangan karena nanti malah jadi ribet sendiri dantidak menikmati momen jadinya.

Ekspektasi ini meliputi jadwal tidur anak, kerewelan, pemenuhan kebutuhan anak lainnya, hingga minimnya leha-leha. Dengan mengeset ekpektasi tersendiri, kita pun jadi lebih siap mental dan fisik untuk melakukan persiapan memadai agar liburan kita lebih maksimal di tengah kehadiran anak-anak.

2. Persiapan yang memadai


travelling ke pantai

Tidak punya anak saja harus memiliki persiapan yang memadai saat hendak travelling, apalagi jika sudah punya anak. Satu anak harus ekstra persiapan, dua anak, lebih ekstra lagi, tiga anak lebih maksimal lagi ekstranya!

Dalam melakukan persiapan kita juga harus antisipatif namun tidak lebai. Harus antisipatif supaya nanti kalau mereka butuh sesuatu, semuanya sudah tersedia. Tidak lebai karena nanti capek hati dan fisik sendiri.

Sebagai contoh, jika punya anak yang gampang kelaperan, mending ke pantai tetap bawa cemilan disamping air minum. Kalau anaknya gampang kedinginan, siapin handuk buat membalut badan mereka.

Kalau si kecil ketergantungan menyusu? Maka jangan lupa untuk mempersiapkan apron dan bersiap menyusui si kecil di bibir pantai.


3. Siapkan support system

travelling ke pantai

Menurut saya, travelling ke tempat-tempat berair bersama bayi itu salah yang paling penting adalah adanya support system. Beda dengan jalan-jalan biasa di kota. Dilakukan sendirian bersama suami juga tidak masalah. Bahkan dilakukan tanpa ada suami juga masih mungkin.

Kalau travelling ke pantai atau wisata air lainnya harus ada support system atau “tangan” yang megangin bocah saat orangtuanya tidak ada. Ya kalau kita dan suami nyebur bareng, siapa yang megangin bayi? 😄

Kalau ternyata support system-nya hanya bersama suami, maka harus siap nyeburnya gantian. Makanya, set your expectation menjadi tips travelling ke pantai bersama bayi pertama karena segitu krusialnya. Kalau realita terasa kacau dibandingkan ekspektasi, maka adanya kita makan hati saat liburan.


4. Tetap jaga rutinitias bayi


travelling ke pantai

Tips travelling ke pantai bersama bayi ini baru saya sadari saat perjalanan kedua kami ke pantai dengan tiga anak ini. Berbeda dengan dua anak lainnya yang usianya lebih besar dan kebutuhannya lebih fleksibel serta tidak harus segera terpenuhi. Kebutuhan seorang bayi lebih banyak dan harus lebih dipenuhi.

Salah satu yang menjadi perhatian bayi adalah menjaga waktu tidur bayi. Jika bayi biasa tidur siang 2 kali, maka jagalah tidur siangnya tetap 2 kali. Waktunya tidak mesti persis seperti saat di rumah, tapi paling tidak, tidak jauh berbeda.

Saat kami pergi ke Pulau Tidung, jadwal kami semua snorkeling adalah jam 1 sehabis makan siang.

“Waduh, gimana nih si bungsu tidur?”, pikir saya.

Ternyata dalam perjalanan ke lokasi snorkeling menggunakan kapal kecil, si bungsu tertidur karena nyaman terkena angin sepai sepoi dan goyangan kapal. Saya pun merasa lega. Cukup lama juga ia tertidur di pangkuan ayah saya. Ia terbangun saat kami sudah berada di lokasi snorkeling.

Kenapa saya menaruh perhatian dengan jam tidur bayi? Karena ini berhubungan dengan anteng dan rewelnya seorang bayi selain urusan perut! Betul saja dugaan saya, selama perjalanan di tengah laut ia bahagia dan tidak rewel. Bahkan ia juga turut ingin turun nyebur di lokasi snorkeling, lho!

Yang namanya travelling (kemanapun!) apalagi jika ikut jadwal rombongan makan sudah barang pasti jadwal rutinitas bayi juga harus ikut rombongan. Namun sebagai orangtua, kita juga harus turut membantu adaptasi bayi mengikuti jadwal rombongan agar ia tidak terlalu jauh melakukan rutinitas biasanya sehingga ia pun lebih tenang, nyaman, dan tidak rewel.

Contoh lainnya saat kami semua pulang dari Anyer. Kebetulan kami pulang setelah solat zuhur sehingga harus mencari perhentian tempat makan siang terlebih dahulu. Karena saya ingin si bungsu makan dahulu dan baru tidur di perjalanan panjang setelah makan, maka saya berusaha agar ia tidak tidur selama perjalanan ke restoran. Bagaimana caranya? Ya rusuh-rusuh saja mengajak ia main supaya ga terlena dengan dinginnya AC dan goyangan mobil. Selain itu, pertimbangan saya supaya ia tidur setelah makan siang ya apalagi supaya saya bisa santai menikmati perjalanan pulang. Perjalanan tanpa harus meladeni bayi yang melek ehehe.

5. Bawa gendongan


travelling ke pantai

Penting, penting, dan penting. Apalagi saat perjalanan kami ke Pulau Tidung tempo hari.

Tidak bisa dibayangkan rasanya memanggul bocah selama perjalanan kapal 2-2,5 jam. Dengan menggunakan gendongan, si bungsu bisa tidur nyenyak lama dan saya pun masih bisa ngemil ataupun baca buku di gawai.

Dibanding bawa stroller, jelas menggunakan gendongan jauh lebih ringan, ringkas, dan praktis. Kebayang kan kalau harus membawa stroller dalam keadaan mengangkutnya naik-turun kapal?


6. Safety first!


travelling ke pantai

Air adalah lingkungan yang sangat bahaya bagi si kecil. Kalau perjalanan naik kapal, biasanya kapal menyediakan pelampung untuk penumpang, tetapi apakah mereka menyediakan pelampung untuk anak kecil? Kemungkinan besar tidak. Pun, saat beraktivitas di pantai atau kolam, akan lebih aman jika anak-anak memakai pelampung. Menggendong anak tanpa pelampung meski hanya main ombak tetap memiliki risiko anak terlepas dari pegangan.

Ini bukan mengada-ngada. Saya sendiri bahkan pernah tidak sengaja melepas gendongan saya terhadap si bungsu saat ia masih kecil. Badan kami terhempas ombak Tanjung Lesung yang cukup ganas di bulan Desember dan kami pun terguling-guling kelelep. Untung saya bisa menangkap ia lagi dan ia pun tidak menangis.

Pengalaman tersebut lumayan traumatis sehingga membuat saya lebih menepi ke bibir pantai untuk mengantisipasi kejadian serupa tidak terjadi lagi.


Memiliki anak bukan menjadi momok dalam travelling. Jika kita melakukan kalibrasi fisik, mengeset ekspektasi, dan melakukan tips lainnya bukan tidak mungkin para orangtua dan si kecil bisa sama-sama menikmati liburan tanpa makan hati. Siap travelling ke pantai bersama bayi?

Travelling ke Kota Kecil Ternyata Juga Bisa Menyenangkan!

29 komentar
Bagi sebagian orang, yang namanya travelling ya kota yang terkenal akan destinasi wisatanya. Bagaimana jika warga Ibukota disuruh ke kota kecil? Sebagian besar akan merasa kebosanan.

Ups, sini dibisikin dulu bagaimana caranya supaya seru travelling ke kota kecil.

travelling ke kota kecil

Sepanjang tahun 2018, suami mendapat jatah stase luar kota untuk program residensinya. Lebih tepatnya stase Jawa sih, karena ternyata meskipun judulnya stase luar kota tapi tetap dalam Pulau Jawa. Suami memutuskan untuk memboyong seluruh keluarga saat stase luar kota ini meskipun keuangan kita sedikit pas-pasan. Pada saat itu kami masih bertiga: Suami, saya, dan anak sulung kami yang berusia 2.5 tahun.


Kami berkesempatan mencicipi tinggal sebulan di Purwokerto, Jombang, Yogyakarta dan Pemalang. Berbeda dengan di Jakarta, tinggal di kota kecil membuat kita juga mengunjungi kota-kota di sekitarnya. Misalnya saat kami tinggal di Purwokerto, kami juga travelling ke Banyumas dan Purbalingga.


Bonus, di Bulan Oktober saya dan anak juga berkesempatan mengekor suami ke Chiang Mai, Thailand. Tentu bukan destinasi wisata bagi orang Indonesia kebanyakan mengingat Thailand Utara bukanlah destinasi wisata populer bagi masyarakat Indonesia.

Banyak warga Ibukota yang bingung jika berpelesir ke kota kecil.

“Mau ngapain?” Ujar kebanyakan orang.

Tapi bagi saya yang sangat menyukai kota dan pemukiman, berpelesir ke kota kecil adalah hal yang menyenangkan.

There will be so much to explore. Emang apa aja sih yang bisa dieksplor dari kota kecil?

Simak tips eksplorasi kota kecil ini agar travelling ke kota kecil sama menyenangkannya dengan mengunjungi kota wisata besar!

1. Eksplorasi museum

Museum adalah most wanted list yang saya cari tiap travelling ke luar kota. Saya biasanya mulai patroli museum via google maps dan google search. Kenapa penting patroli museum via google maps? Karena kita jadi bisa menemukan museum-museum anti mainstream yang tidak disebutkan di mesin pencarian Google.

Sebagai contoh, situs mana yang mencantumkan Museum Soeharto di Kemusuk dan Museum Bank BRI di Purwokerto sebagai rekomendasi destinasi wisata?

travelling ke kota kecil
Gerbang Depan Museum Soeharto

travelling ke kota kecil
Museum BRI Purwokerto

Hobi mengunjungi museum ini berhubungan dengan ketertarikan saya terhadap sejarah. Bagi saya, dengan mengunjungi museum saya bisa travelling dua kali lipat. Travelling secara fisik dan waktu.

Dengan mengunjungi museum Soeharto, saya jadi membaca tulisan-tulisan arsip mengenai kejadian selama masa Soeharto yang tidak saya temui di banyak buku sejarah. Dengan mengunjungi museum BRI di Purwokerto, saya jadi bisa menjelajah waktu untuk mengetahui sejarah bank BRI di Purwokerto pada saat itu.

Apakah eksplorasi museum akan membosankan jika membawa anak kecil? Jawabannya adalah tidak.

Saya banyak melakukan kunjungan museum bersama dengan Hasan yang berumur 3 tahun di tahun itu. Memang tidak akan bisa terlalu berlama-lama jika dibandingkan dengan sendiri mengunjungi museum. Anak bisa sambil belajar, lho! Apalagi sembari mendiskusikan apa yang kami lihat di museum.

2. Eksplorasi kuliner

Tentu sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia kaya akan variasi kuliner lokal yang lezat. Bahkan hanya di beberapa kota Pulau Jawa, rasanya sampai kewalahan karena begitu banyaknya kuliner lokal.

Saya berkenalan dengan Sroto Sokaraja yang merupakan makanan khas daerah Sokaraja (Banyumas) dan menjadi favorit saya sampai sekarang. Bayangkan, cuma sebulan tinggal di Purwokerto saya sampai 4-5 kali mengunjungi kedai Sroto disana.


travelling ke kota kecil
Sroto Sokaraja Sutri

Di Yogyakarta, saya belajar variasi dari Gudeg. Ada Gudeg kering dan Gudeg basah. Pun, gudeg basah pun memiliki berbagai variasi rasa seperti Gudeg Sagan, Gudeg Pawon, Gudeg Mbah Lindu, dan sebagainya. Beruntung saya punya kenalan di Yogyakarta yang hobi wisata kuliner sehingga saya bisa mendapatkan arahan kuliner secara akurat dan variatif.

travelling ke kota kecil
Gudeg Mbah Lindu

Oh ya, eksplorasi kuliner juga termasuk eksplorasi kafe di kota kecil. Salah satu eksplorasi kafe saya sewaktu berada di Purwokerto dan Chiang Mai. Saya menemukan banyak hidden gem disana serta fakta-fakta unik. Misalnya, ternyata banyaknya kafe di Purwokerto karena terdapat Unsoed dan bagaimana para pemilik kafe di Chiang Mai saling bersinergi satu sama lain untuk berkembang bersama dan memajukan petani lokal.

3. Eksplorasi taman dan alun-alun

Siapa yang menjadikan taman dan alun-alun sebagai objek wisata saat travelling ke luar kota? Singkatnya durasi travelling membuat wisata taman menjadi terlupakan karena terkalahkan dengan destinasi wisata lainnya yang lebih besar. Lagian apa serunya ya datang ke alun-alun dimana Ibukota menawarkan hiburan tanpa batas baik bagi orangtua dan anak?

Fakta seputar alun-alun

Mungkin karena jatuhnya kami travelling selama sebulan, kami punya waktu eksplorasi lebih banyak, termasuk tempat-tempat yang bukan destinasi wisata sekalipun. Saya menemukan berbagai hal yang unik seputar alun-alun di sepanjang tahun 2018.

Pertama, semakin murah harga sekali main di alun-alun, makan semakin jauh dari kota besar kota tersebut. Semakin ramai alun-alun, maka semakin jauh dari kota besar.

Misalnya, harga sekali main termurah yang Hasan pernah coba ada di Kota Jombang, cuma lima ribu saja bisa bermain sepuasnya! Jombang, sebuah kota yang terletak di Jawa Timur dengan durasi perjalanan hampir 2 jam menggunakan mobil dari Surabaya.

“Habis main di mal Jombang (baca: alun-alun) ya?”, ujar salah seorang penghuni rumah tempat kami tinggal sebulan saat melihat kami pulang malam-malam.

travelling ke kota kecil
Alun-alun Jombang

Sebaliknya, aktivitas alun-alun Klaten yang terletak di antara 2 kota besar, yaitu Yogyakarta dan Surakarta relatif sepi. Ini ditandai dengan harga sekali main sebesar Rp 15 ribu. Ya kalau dipikir-pikir muda mudi dan anak-anak Klaten pasti gampang mencari hiburan ke Yogyakarta ataupun Solo. Setengah jam juga sudah sampai ke Mal Ambarukmo.

Jangan tanya soal keramaian alun-alun di Yogyakarta dan Solo, sangat sepi dan hampir tidak ketemu arena permainan anak!

Hasan menjadi alumni belasan alun-alun sepanjang tahun 2018.

Fakta seputar taman kota

Hukum posisi kota dan keramaian alun-alun juga berlaku untuk taman kota. Taman Kota yang paling meriah dari kota yang kami kunjungi tentu di Kota Jombang. Sebenarnya meriah bukan kata-kata yang tepat untuk mendefinisikannya, tetapi bagaimana penduduk kota menjadikan taman tersebut sebagai hiburan.

Di Jombang ada 2 taman kota terkenal, Taman Kebon Rojo yang terletak di tengah kota dan Taman Kebon Ratu yang berlokasi ke arah Kota Mojokerto.Terasa sekali sendi-sendi kehidupan menyala di Taman Kebon Rejo. Ramai dijejali masyarakat, pedagang, dan taman yang terawat. Taman Kebon Ratu berukuran jauh lebih besar dengan instalasi-instalasi kreatif yang menarik. Dilengkapi dengan track skateboard beserta patung pesawat.

travelling ke kota kecil
Taman Kebon Ratu

travelling ke kota kecil
Taman Kebon Rojo

Sebenarnya tidak semua kota kecil memiliki taman kota yang meriah, contohnya Taman Kota Pemalang yang berukuran cukup kecil dan sangat tidak terawat. Yah mungkin karena posisinya di antara Kota Tegal dan Kota Pekalongan dimana masyarakat lebih banyak mendapatkan hiburan di sana.

4. Eksplorasi wisata alam

Biasanya objek wisata alam di kota bukan Ibukota lebih bagus dan berkesan.

Eksplorasi wisata alam termasuk bagian terakhir yang kami lakukan. Mau gimana lagi, suami baru libur akhir pekan, itu pun belum tentu. Jika dalam sebulan ada 4 minggu, maka jika dibagi dengan eksplorasi lainnya, maka biasanya eksplorasi wisata alam cuma bisa di satu hari minggu saja.

Kami hanya sempat mengejar matahari terbit Punthuk Setumbu di Yogyakarta dan menikmati cuaca pegunungan Baturaden di Purwokerto.

travelling ke kota kecil
Baturaden

Pun, keadaan kami yang memiliki seorang anak berusia 3 tahun membuat kami tidak bisa “liar” menentukan destinasi wisata alam.

5. Eksplorasi kehidupan urban

Jika disuruh pilih perkotaan, gunung, dan pantai maka pilihan destinasi liburan saya adalah perkotaan. Lebih tepatnya kehidupan urban. Yang bisa dinikmati dengan pergi ke pasar, naik angkutan umum, dan mendatangi toko ataupun pusat keramaian lainnya.

travelling ke kota kecil
Bus Kota Chiang Mai

Salah satu kunci bisa mengamati kehidupan urban adalah dengan cara berjalan kaki. Kita dapat mengamati apa yang terjadi di sekitar dengan ritme laju commuting yang lebih lambat.

“Wah ternyata di sepanjang jalan depan Rumah Sakit Maharaj Nakorn warung makan babi semua!”

“Wah, supir Trans Yogya hobi musiknya seragam, dangdut koplo semua!”

“Wah, di Kota Jawa yang ga punya pantai susah cari Ikan ya kecuali di pasar induk.”

Hal-hal seperti itu akan selalu memberikan warna baru di setiap jurnal travelling saya.


Mengunjungi kota-kota kecil tidak membuat kita mati gaya. Jika cermat dan tepat, kita bisa menikmati kehidupan travelling yang unik, kaya dan bermakna yang tidak dimiliki oleh kota-kota besar.

travelling ke kota kecil

*Tulisan ini diikutsertakan untuk mengikuti Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog




Review Workcoffee Jakarta: Kafe yang Tidak Hanya Jualan Spot

13 komentar

Sebelum menulis review Workcoffee Jakarta, saya pernah berpikiran begini, 

“Ngapain sih banyak yang suka posting work from cafe, apalagi Ibu-ibu yang bukan kerja kantoran melainkan paruh waktu. Kan bisa kerja di rumah aja, lebih simpel, ga makan biaya. Bisa sambil jaga anak pula.” ujar saya dalam hati setiap melihat postingan di Instagram.

Saat saya melihat teman sesama Ibu-ibu memposting sedang kerja di kafe melalui beranda Instagram, sering terbersit di benak saya pemikiran-pemikiran “julid” seperti itu. Sampai akhirnya saya merasakan tersendiri sensasi bekerja di kafe.

review workcoffee jakarta

Ibu rumah tangga = adaptasi tanpa batas

Saya memiliki 3 anak berusia 6,5 tahun, 2,5 tahun dan 1 tahun. Pekerjaan saya selain urusan domestik sebenarnya tidak banyak, cuma sekitar penulis konten dan blogger saja. Karena biasanya saya membersamai para bocah ini sampai jam makan siang, saya baru mulai kerja saat anak ke-2 dan ke-3 tidur siang. Itu kalau sempat ya, haha. Soalnreya sering juga sulung kesepian karena cuma dia sendiri yang tidak tidur siang. Alhasil ia berkelakuan rusuh ngajakin adik-adiknya main pas jam tidur siang. Yang harusnya anak-anak tidur siang dan saya mengetik, mereka malah tidak tidur dan membuat saya rungsing sendiri.

Bagi Ibu rumah tangga yang memiliki anak, memiliki kepastian waktu jam kerja adalah nihil. Setiap harinya saya sering meniatkan untuk mengetik sehabis subuh sembari menunggu anak-anak bangun, siang hari saat anak tidur siang, dan malam hari sebelum tidur. Namun kenyataanya malah habis subuh si bungsu minta dikeloni tidur, jam tidur siang anak-anak pada melek, setelah anak-anak tidur malam pun saya malah sudah mengantuk duluan.


Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh Ibu-ibu yang banyak berada di rumah adalah kemampuan adaptasi dan tidak “ngoyo”. Ya kalau tidak sesuai yang direncanakan, kita harus bisa adaptasi dan berdamai dengan diri sendiri. Oleh karena itu, saat mengambil “objekan”, selalu kenali diri sendiri dan pastikan beban kerja bisa berkompromi dengan “ketidakpastian” dari waktu luang kita.

Kalau ternyata keseharian saya tidak sesuai rencana, ya saya harus adaptasi. Tidak sempat mengetik sehabis subuh, ya sudah ngetik colongan sewaktu anak main air saat mandi pagi. Ketikan masih belum kelar saat malam sudah datang, ya saya korbankan waktu membaca buku sebelum tidur malam.

Tetap prioritaskan waktu tidur

Kalau kerjaan belum selesai tapi badan saya sudah tidak dapat diajak kompromi untuk bergadang bagaimana? Prioritas tidur dong! Haha. Ditch my work. Karena kalau tidur cukup, pikiran lebih segar dan emosi stabil. Esok harinya saya tidak marah-marah ke anak. Otak pun mendadak lebih pintar sehingga bisa mengerjakan ketikan lebih cepat dan efektif dari biasanya.


Faktanya, meski secara logika saya “ngutang” kerjaan, pada kenyataannya saya selesai membayar utangan kerjaan tersebut satu (atau sampai dua) hari berikutnya.

Jadi, know your body, know your limit. Jangan sampai menumbalkan tidur ya buibu!

Teknik adaptasi lainnya untuk mendapatkan suasana efektif saat bekerja adalah dengan cara mengasingkan diri dan “berpisah” sementara dengan anak. Salah satunya adalah kerja di kafe.

Review Workcoffee Jakarta



Pucuk ulam tiba, Hasan ada jadwal sekolah offline pukul 7.30. Maka dari itu, malamnya jari saya sudah menjelajah Google Map di gawai mencari tahu kafe mana yang sudah buka pukul segitu. Mayoritas kafe buka jam 10, beberapa buka jam 8. Akhirnya saya hanya menemukan satu kafe yang sudah buka sejak jam 7!

Seminggu silam, saya melihat postingan yang Review Workcoffee Jakarta melalui akun @jktgo. Tidak disangka, lokasinya sangat dekat dengan rumah saya. Terbersit keinginan muncul untuk mengunjungi, tapi kapan? Ngapain? Dalam rangka apa?

Ternyata saya berjodoh mengunjungi kafe ini sembari menunggu 1.5 jam Hasan sekolah di pagi hari. 15 menit waktu tempuh dari sekolah Hasan. 15 menit waktu tempuh yang sama kembali ke sekolah Hasan. Saya punya 1 jam waktu buat singgah di Workcoffee. Kenapa saya tidak sekalian saja mengetik sembari menikmati secangkir kopi hangat? 

Sekalian juga bikin tulisan review Workcoffee Jakarta ini.

Suasana yang nyaman

review workcoffee jakarta

Saya sampai di Workcoffee Pondok Labu jam 8 kurang. Meski terhitung masih pagi, ternyata sudah ada pengunjung lain yang datang. Terparkir sebuah mobil hitam dan 1 sepeda motor di sisi lainnya. Benar saja, sudah ada 3 pengunjung yang datang.

review workcoffee jakarta

Saya segera menuju meja kasir dan memesan segelas cappucino. Kasir melayani dengan ramah, hanya saja yang sedikit saya sesalkan, pembayaran yang diterima hanya gesek debit! Entahlah, menurut saya ini cukup aneh, padahal kafe ini tidak baru banget. Saya minta via QRIS tidak bisa. Bahkan pembayaran tunai yang merupakan metode pembayaran konvensional juga tidak bisa.

Petugas kasir menanyakan di mana saya duduk dan memberikan nomor tunggu berbentuk kayu segi enam sedikit tebal dengan ukiran angka disana.

Sembari menunggu kopi saya diracik, saya berkeliling ke seluruh penjuru Workcoffee Pondok Labu. Konsepnya cukup menarik. Katanya, gaya arsitektur yang digunakan adalah Bauhaus yang meleburkan gaya indistrual dengan tetap memperhatikan aestetik dan fungsional secara bersaman. Area Workcoffee Jakarta secara garis besar dibagi menjadi indoor, semi outdoor, dan outdoor.

Area Indoor berada di belakang kasir. Menyediakan meja panjang untuk meeting bersama maupun meja-meja kecil sebagai spot apatis.

review workcoffee jakarta
review workcoffee jakarta

Area semi outdoor seperti pilihan tempat saya duduk. Ada meja panjang dengan colokan di tengahnya serta meja-meja kecil dan meja ukuran bar. 

review workcoffee jakarta

Untuk area outdoor, pengunjung bisa memilih duduk di meja batu ataupun memilih duduk santai sembari bercengkerama di beanbag. Ada juga area outdoor lantai dua sebagai area kapasitas tambahan bagi pengunjung. Namun mengingat matahari Jakarta yang panas terik, area outdoor semacam ini tidak cocok dijubeli siang hari, mungkin sore hari dimana matahari lebih bersahabat dan saat malam hari.

review workcoffee jakarta
review workcoffee jakarta

Saya pun duduk di spot semi outdoor dan saya adalah satu-satunya pengguna meja panjang tersebut. Sesekali saya merasakan angin semilir sejuk berhembus mengenai ujung kulit berhubung semalam sempat hujan. Matahari Jakarta Selatan juga belum terik karena masih tergolong pagi.

Banyak pengunjung yang mengatakan review Workcoffee Jakarta seperti di Bandung meskipun sampai sekarang saya tidak paham dengan suasana Bandung apa yang dimaksud. Padahal, saya sempat 6 tahun tinggal di Bandung dan sama sekali tidak merasakan romantisasi yang dibesar-besarkan seperti itu. Romantisasi Bandung bagi saya hanya berupa kehidupan kampus yang penuh kenangan, teman-teman yang menyenangkan dan segala aktivitas di segala sudut kota Bandung. Kota Bandung yang menyenangkan karena tidak butuh AC untuk tidur karena bahkan menyentuh lantai di malam hari saja pun sangat dingin.

Segelas kopi yang digarap serius

review workcoffee jakarta

Tak lama kemudian, pelayan datang memberikan pesanan cappucino saya sembari meminta kembali nomor tunggu. Saya pun menyesap kopi yang suhunya nyaman untuk langsung diminum. Tidak terlalu panas namun tetap memberikan rasa hangat di dada.

Saya suka dengan pilihan biji kopi yang disajikan pada secangkir cappucino saya. Rasanya seperti sereal manis di regukan awal dengan sensasi bersih dan menyisakan sedikit rasa kelat di pinggir lidah saat sudah melewati kerongkongan.

Salah satu alasan saya memilih Workcoffee sebagai tempat transit saya sembari menunggu anak pulang sekolah karena saya sempat membaca review Workcoffee Jakarta menyajikan kopi dengan kualitas yang tidak main-main. Benar saja, Workcoffee menggunakan biji kopi dengan judul “Divergent” hasil roastery Libertad Union. Tampaknya Workcoffee Jakarta bekerja sama dengan Libertad Union, tampak dengan bangunan hitam beratap runcing dengan gaya industrial menjadi pusat lansekap Workcoffee Jakarta.
Biji kopi tidak akan menghasilkan performa maksimal jika tidak disajikan dengan baik. Barista yang berpengalaman meramu biji kopi kualitas terbaik dengan mesin espresso La Marzocco Classic dan digiling dengan mesin Victorio Arduino Coffee Grinder menjadi segelas kopi pilihan kamu. Oh ya, Workcoffee Jakarta juga bisa menyajikan manual brew method sepereti v60 ya!

Break untuk lebih produktif

review workcoffee jakarta

Satu jam ditemani oleh segelas cappuccino nikmat dengan suasana yang nyaman membuat satu artikel kerjaan saya selesai. Sulit dibayangkan. Tidak saya hanya artikel, tetapi saya juga masih sempat bercengkrama sebentar dengan barista serta berkeliling untuk memfoto suasana kafe agar saya dapat membuat review Workcoffee Jakarta ini.

Harga

Harga seluruh minuman dan makanan di Workcoffee Jakarta menurut saya cukup mahal untuk ukuran kafe yang berlokasi sedikit di pinggiran Jakarta, bukan di jantung Ibukota seperti SCBD ataupun Kuningan. Namun, jika mempertimbangkan Workcoffee Jakarta yang menyajikan minuman berkualitas didampingi dengan suasana yang menenangkan nan estetik, rasa-rasanya banderol harga yang diberikan cukup masuk akal.
Selain itu, pengunjung tidak usah pusing dengan harga "bohong", karena harga yang ditampilkan di menu sudah termasuk pajak lho! You pay what you see.

Saya pun melangkah keluar dari kafe dengan perasaan puas dan bahagia. Memang kadang-kadang kita para Ibu perlu “menghadiahi” diri sendiri dengan caranya masing-masing. Yang ekstrover suka bergaul, mungkin bisa pergi nongkrong dengan teman sebentar tanpa dirongrongi anak. Yang introver seperti saya, bisa menyendiri sembari menikmati secangkir kopi favorit sebentar di suasana yang berbeda.

Tidak perlu sering, tidak perlu mahal, dan tidak perlu lama seperti saya yang (mungkin) membatasi work from cafe maksimal seminggu sekali dan hanya menikmati segelas kopi sendirian di suasana baru selama satu jam. “Hadiah” kecil buat diri sendiri seperti ini tidak melulu perkara soal menghabiskan waktu dan uang ataupula cuma sok-sokan.

Ternyata break seperti ini juga bisa membuat kita lebih produktif dan bahagia. Termasuk dengan melakukan break ini, nambah deh konten blog saya soal review Workcoffee Jakarta haha.

Menyenangkan juga ya eksplor kafe. Jadi tertarik membuat konten kafe sekitaran tempat tinggal saya yang memiliki nuansa pinggiran, urban, dan sekaligus pusat dinamika bisnis kulner. Semoga segera muncul kontek seperti review Workcoffee Jakarta ini.


Kalau kamu, bagaimana “hadiah” kecil untuk diri sendiri yang ternyata membuat lebih produktif dan bahagia?