Tampilkan postingan dengan label Hasan Story. Tampilkan semua postingan

Chiang Mai Night Safari, Wisata Dibalik kaki Gunung

2 komentar
Tidak hanya kebun binatang, Chiang Mai sebagai kota terbesar kedua di Thailand juga memiliki Safari malam. Lokasinya persis di sebelah komplek Taman Flora Rajapruek. Kami berkesempatan mengunjungi taman safari ini di hari-hari terakhir kami di Chiang Mai. Yaitu hari Rabu, sementara hari Sabtu pesawat kami sudah mengudara menuju Kuala Lumpur.
chiang mai night safari

Chiang Mai Night Safari: Persiapan

Setelah hampir sebulan di Chiang Mai, kami cukup paham kalau kami tidak bisa seenaknya beli makanan di luar. Untuk menyiapkan diri, kami membawa bekal ringkas berupa nasi lauk di tas untuk makan malam. Kami juga bawa camilan dan air minum.

Kami memesan tiket masuk Chiang Mai Night Safari melalui aplikasi Klook. Selama di Thailand, saya merasa aplikasi ini sangat membantu karena bisa mendapatkan penawaran-penawaran wisata dengan harga lebih murah dibandingkan dengan harga aslinya. Misalnya, kami bisa mendapatkan harga sebesar 248 ribu rupiah per-orang sudah termasuk antar jemput dari tempat tinggal kami (kebetulan kami tinggal di cakupan area pick-up). Sementara harga tiket masuk aslinya 800 baht, atau sekitar 350 ribu rupiah! Belum lagi kalau dihitung dengan biaya transportasi pulang pergi menggunakan Grab yang sekali pergi bisa menghabiskan 80 ribu rupiah. Jadi dengan hanya membayar kurang dari 500 ribu (anak umur 3 tahun masih gratis), kami bisa mengunjungi Chiang Mai Night Safari tanpa pusing memikirkan transportasi pergi dan pulang. Sangat praktis kan! Oh ya, harga segitu sudah semua akses, termasuk 2 safari dan semua pertunjukan.

Ada 2 alternatif jadwal Klook yang bisa dipilih:
  • 3:00pm-8:30pm
  • 5:30pm-9:30pm
Jadwal pertama berdurasi 5,5 jam sementara jadwal kedua hanya 4 jam ditambah baru bisa pulang larut malam. Akhirnya kami memilih jadwal pertama agar tidak rugi. Kebetulan jadwal rumah sakit suami selama di Chiang Mai adalah sebelum Ashar sudah bisa pulang ke dorm. Saya ditelepon pukul 2:30pm oleh perwakilan travel lokal yang menangani pesanan Klook. Mereka bilang sekitar jam 3 sudah stand by di belakang dorm untuk dijemput. Sempat skeptis dengan banyak warga Thailand yang tidak bisa Bahasa Inggris, saya merasa lega sekali si perwakilan berbicara Inggris dengan baik. Sebelum pukul 3:30pm mobil travel sudah sampai. Sesuai dugaan saya, kami dijemput paling terakhir karena posisi tempat tinggal kami paling dekat dan searah dengan Taman Safari. Sebuah keuntungan bukan? Jadi kami tidak menghabiskan waktu lama di jalan. Mobil jemputan travel adalah mobil elf dan kami duduk di kursi paling belakang karena sudah penuh oleh turis dari Tiongkok.

Chiang Mai Night Safari

chiang mai night safari

Sebelum pukul 4:00pm kami sudah sampai di taman safari. Si pembimbing dengan sigap mengurus semua tiket kami. Intinya kami tinggal menerima tiket dan masuk ke gerbang masuk taman safari.  Ia juga berpesan agar jam 8:00 sudah stand by di gerbang luar untuk persiapan kepulangan kami ke tempat tinggal masing-masing. Sebelumnya kami lihat jadwal pertunjukan dan trem safari yang terpampang sebelum gerbang masuk guna menyusun strategi agar bisa memaksimalkan kunjungan kami. Begini jadwalnya:
chiang mai night safari

Berbeda dengan Taman Safari Cisarua Bogor, Chiang Mai Safari memiliki sedikit pertunjukan. Akhirnya kami memutuskan pukul 4:00pm sampai maksimal 5:10pm untuk bersantai menikmati jajaran hewan yang terpampang di masing-masing kandang ekosistem layaknya kebun binatang biasa. Mereka menyebutnya Jaguar Trail Zone. Pukul 5:20 kami jadwalkan untuk menonton Night Predators Show. Setelah itu kami lanjutkan dengan menonton Tiger Show. Berbeda dengan pertunjukan di Taman Safari Bogor yang hanya sekitar 15 menit, di Taman Safari Chiang Mai kedua pertunjukan ini menghabiskan waktu masing-masing sekitar setengah jam. Pukul 6:50 langsung direncanakan untuk menikmati Night Safari yang menggunakan bahasa Inggris. Safari malam ini memiliki 2 stasiun, Savanna Safari yang lebih berisi hewan-hewan herbivora dan Predator Prowl yang berisi hewan-hewan pemangsa. Sekali perjalanan menghabiskan setengah jam. Karena 2 stasiun jadi menghabiskan 1 jam.
chiang mai night safari

Jaguar Trail Zone

chiang mai night safari

Hari masih sore,  jadi kami putuskan untuk menjelajah Jaguar Trail Zone. Terdapat danau entah asli atau buatan di tengah-tengah komplek Taman Safari. Seperti kebun binatangnya, posisi Taman Safari yang persis disamping Doi Suthep membuat pemandangan yang ditawarkan sangat indah dan berkesan. Ditambah langit yang sangat cerah berawan menambah rona pemandangan di sore itu.  Padahal, sebelum keberangkatan kami was-was mengingat cuaca Chiang Mai akhir-akhir itu adalah hujan. Rute kebun binatang didesain mengelilingi danau tersebut. Jalur dan kandang tampak bersih dan terawat. Sayang sekali, di sepanjang jalur sangat minim penerangan. Sontak saya pun langsung bersyukur dengan keputusan yang kami ambil, yaitu jadwal yang pertama. Saya tidak dapat membayangkan jika kami mengambil jadwal Klook yang kedua, selain pasti akan kejar-kejaran jadwal dan binatang-binatang yang berada di Jaguar Trail Zone pasti tidak terlihat sama sekali.
chiang mai night safari

Koleksi binatang yang ada cukup lengkap dan variatif serta tidak jauh berbeda dengan koleksi Chiang Mai Zoo. Ada angsa, llama, cendrawasih, kura-kura, kadal, buaya, flamingo, burung, kapibara, macan, dan lain-lain. Didukung dengan jalur setapak yang bernuansa pepohonan, membuat perjalanan terasa berada di hutan.
chiang mai night safari
chiang mai night safari
chiang mai night safari
chiang mai night safari
chiang mai night safari
chiang mai night safari

Night Predators Show

chiang mai night safari

Kami selesai mengitari danau tepat pukul 5:05 dan langsung menuju arena pertunjukan Night Predators Show. Lucunya, arenanya berada di luar pintu masuk taman safari, sehingga tangan kita dicap dahulu saat keluar gerbang sebagai tanda kita pengunjung yang sah. Jadi, kalau nanti balik lagi masuk melalui pintu pengunjung bisa langsung masuk. Sesampai di area pertunjukan tiket kami dimintai oleh petugas untuk dicoblos, sebagai pertanda sudah dikunjungi. Arena sudah ramai dijejali oleh penonton. Tempat duduknya menyerupai stadion yang bertangga-tangga. Setelah menaruh stroller di paling belakang, kami berusaha mencari tempat duduk yang masih oke posisinya untuk menonton.
chiang mai night safari

Ternyata, tidak lama setelah kami menaruh pantat, pertunjukan langsung dimulai. Kami tepat waktu!

Pertunjukan dimulai dengan iring-iringan landak menggemaskan yang melintas di jalur depan yang melintang. Setelah itu muncul singa yang lagi berburu mangsanya. Setelah beres, muncul 3 kukang (?) berjalan diatas tali dan mengambil makanan yang sudah disediakan sebelumnya. Pertunjukan ditutup dengan singa yang memanjat pohon untuk mengambil daging dan kemudian berenang di kolam yang disediakan. Saat pertunjukan ada suara yang menjelaskan. Bahasa Thai dan Inggris bergantian secara acak. Benar-benar pertunjukan  yang mengesankan dan penonton tampak puas.

Tigers Show

chiang mai night safari

Karena pertunjukan berakhir pukul 5:50pm, maka dijamin semua penonton di arena Night Predators Show langsung bergegas menuju arena Tigers Show. Arena berada di dalam taman safari, tepatnya di bagian timur danau. Penonton sudah banyak menjejali tempat duduk, kami pun benar-benar menyelipkan diri agar mendapat posisi yang bagus. Berbeda dengan arena sebelumnya, arena kali ini berbentuk panjang dan meski tempat duduk penonton bertangga-tangga tapi sangat kecil dan tidak lebar. Sehingga pasti saat pertunjukan penonton ujung kanan tidak akan bisa melihat atraksi yang sedang dilakukan di ujung kiri, vice versa. Beruntung kami mengambil tempat duduk di tengah, jadi bisa menyaksikan semuanya dengan cukup baik.
chiang mai night safari

Para harimau bergantian muncul beserta dengan pelatihnya melakukan atraksi-atraksi yang spesifik. Sebagai contoh, atraksi pembuka adalah sang harimau yang bernama Nemo diajak untuk memberi salam kepada penonton. Ada juga harimau yang melompat-lompat ke platform yang disajikan, berdiri, loncat berdiri, melompat ke kolam hingga harimau-harimau yang dijejerkan berdiri sesuai ketinggiannya. Lucu dan menghibur sekali.
chiang mai night safari

Oh ya, sepanjang pertunjukan disertai dengan murni bahasa Thai. Berbeda dengan pertunjukan sebelumnya yang berupa rekaman kaset, kali ini benar-benar petugasnya yang mengisi suara. Setelah pertunjukan selesai para pelatih keluar dari arena dan memberi hormat kepada penonton, tidak lupa sembari memegang kotak sumbangan untuk penonton yang bersimpati mengulurkan tangan untuk kemajuan taman safari. Tampak juga beberapa penonton yang langsung memberi tip kepada para pelatih.
chiang mai night safari

Safari Malam

chiang mai night safari

Selepas pertunjukan, terbersit di kepala saya untuk memberi Hasan makanan terlebih dahulu. Benar saja sesuai dugaan, selain memang kami tidak bisa jajan sembarangan, tidak ada restoran khusus di area taman safari. Seingat saya restoran adanya di luar gerbang, tepat di drop point kami tadi. Yang ada hanya tukang jualan disepanjang lorong menuju Safari Malam. Sempat terbersit di kepala saya untuk melipir dan memberi makan Hasan. Tapi kok suami tampak memburu-buru saya untuk mengejar jadwal safari. Ternyata kami harus berkumpul jam 8:00pm di gerbang masuk sementara sudah pukul 6:30pm. Padahal, masing-masing safari malam berdurasi 30 menit. Belum lagi waktu tunggunya. Akhirnya saya mengurungkan niat, cuma menawarkan Hasan apakah ia mau camilan. Melihat ke arah danau, harusnya ada pertunjukan air mancur. Tapi pertunjukan itu tidak ada, entah karena memang pada saat itu hujan. Ternyata kata seorang teman yang berdomisili di Chiang Mai, beberapa bulan lalu saat mereka berkunjung kesana juga tidak ada pertunjukan air mancur meski hari cerah.
chiang mai night safari

Ada 2 jadwal safari malam, yakni trem yang menggunakan bahasa Thai dan bahasa Inggris. Karena takut tidak terburu mengejar jadwal safari malam, suami memutuskan mengambil trem berbahasa Thai dengan asumsi wisatawan lokal tidak akan ramai mengingat kami berkunjung di hari kerja. Disini perdebatan kami terjadi. Suami kekeuh demi mengejar jadwal, saya kekeuh mengingat ingin mendengar penjelasan pemandu. Akhirnya keputusan jatuh kepada menggunakan trem berbahasa Thai. Ternyata kami blunder, justru jalur tersebut ramai sekali, sayangnya kami ketinggalan dan harus menunggu giliran trem berikutnya. Sementara jalur trem berbahasa Inggris lancar dan kami pasti langsung naik jika memilih trem tersebut. Untung trem batch berikutnya muncul tidak lama-lama amat. Kami langsung naik, meski saya agak manyun karena jadinya harus menikmati sajian makhluk-makhluk predator dengan bahasa yang tidak dimengerti.
chiang mai night safari

Trem memasuki kawasan gelap gulita dengan jalanan mendaki karena memang benar-benar kami berada di kaki gunung. Saat berhenti di titik-titik pemberhentian hewan, trem melambat sembari lampu kanan dan kiri dihidupkan agar pengunjung dapat menyimak hewan  yang ada. Kami dapat melihat hewan-hewan seperti singa, macan tutul, harimau, cheetah, anjing hutan dan sebagainya.  Karena sebagian besar makhluk predator adalah nokturnal, maka mereka tampak aktif ketimbang jika saat siang hari yang hanya tampak malas-malasan. Meskipun ini safari hewan predator, sebelum melihat sajian hewan-hewan tersebut entah kenapa kami juga disuguhkan dengan aneka ragam jenis rusa. Mungkin menyajikan hewan buruannya ya.
chiang mai night safari

Setelah setengah jam menyaksikan hewan-hewan predator, kami berjalan sedikit menuju area Savannah Safari. Belajar dari pengalaman sebelumnya, kami mengambil antrian trem yang berbahasa Inggris. Antrian sudah cukup lumayan dan kami menghabiskan waktu kira-kira 15 menit untuk menunggu trem giliran batch kami datang. Hasan mulai tampak agak mengantuk karena memang sudah mulai memasuki jam tidur, tapi ia tetap melek dan bahagia menyaksikannya. Sama seperti Predator Prowl, sajian hewan pertama kali adalah aneka rusa. Setelah itu kami bisa melihat zebra, jerapah, gajah, dan sebagainya. Pengunjung dipersilahkan untuk memberi makan hewan-hewan tersebut menggunakan wortel yang dijual di pintu masuk trem.
chiang mai night safari

Kami menyelesaikan semuanya pukul 8.00pm. Wah pas sekali dengan jam perjanjian. Kami menemukan sang pemandu berdiri di pinggir pintu keluar. Kemudian ia meminta kami untuk menunggu karena hendak mencari anggota tur yang lainnya. Selain kami, ada 1 keluarga sesama tur yang sudah menyelesaikan kunjungan juga, namun tiba-tiba mereka pergi kearah luar. Tinggallah kami bertiga disana beberapa waktu, sampai akhirnya selular saya berdering dan ternyata itu adalah sang pemandu. Ia menanyakan apakah kami hendak dijemput di bundaran pintu masuk agar kami tidak kehujanan. Akhirnya kami pun dijemput dan ternyata semua anggota tur sudah didalam mobil. Wah artinya kami anggota terakhir dong ya!

Karena kami dijemput paling terakhir, berarti kami juga diantar paling pertama karena tempat tinggal kami paling dekat. Hore! Kami bertiga pun merasa puas begitu sampai di belakang dorm. Semuanya berjalan lancar, sampai terjadi suatu tragedi.

Tragedi Pasca Chiang Mai Night Safari

Saya merogoh tas demi mencari kartu masuk gedung dorm. Ternyata tidak ada! Panik donk ya. Saya berusaha mengingat dimana kira-kira kunci itu terjatuh. Saya berniat menelfon sang pemandu untuk minta tolong dicek apakah ada kunci di jok belakang mobil, tapi sudah terjatuh ketiban tangga, HP saya habis baterai sementara casan ada di kamar. Mencoba berpikir jernih, saya menanyakan apakah rekan suami saya yang sama-sama tinggal di dorm hp-nya iPhone juga. Ternyata tidak.

Kemudian saya pelan-pelan mengingat kemana saja kami pasca keluar dari gedung dorm sore itu. Kami duduk di kursi-kursi batu di taman belakang dorm. Kemudian saya berlari mencoba mencari kunci tersebut di jajaran kursi-kursi terebut dalam kegelapan. Ternyata tidak ada juga. Saya mulai panik kembali. Bagaimana sih, dalam beberapa hari lagi kami balik ke Indonesia masa ada kejadian tidak mengenakkan begini. Urusannya juga pasti repot kalau benar-benar hilang.

Akhirnya suami memiliki ide untuk ke desk manajemen yang berada di gedung berbeda. Disitu suami saya melaporkan kejadian meski agak berbohong. Ya, dia minta tolong dibukain kunci gedung dan kamar dengan alasan kuncinya tertinggal di dalam kamar. Akhirnya bersama satpam kami kembali ke dorm dan dibantu untuk dibukakan kuncinya. Alhamdulillah akhirnya kami masuk kamar. Saya langsung mengecas HP dan mengirim sms ke pemandu perihal kunci hilang. Lega rasanya. Setidaknya perkara kunci ini bisa ditunda sementara sampai besok.

Esoknya, pikiran saya mulai kalut kembali semenjak bangun tidur. Saya baru bisa mencari kunci hanya bisa setelah suami pulang, karena butuh 1 orang yang stand-by di dalam gedung untuk buka-tutup pintu gedung dorm. Kalau pintu kamar gampang, kan bisa tidak dikunci.

HP saya berdering, ternyata itu telepon dari sang pemandu. Ia mengabarkan bahwa supir mobil tersebut tidak menemukan kunci yang dimaksud. Mencelos lah hati saya. Ah kemungkinan keberadaan kunci ini menghilang satu. Tinggal berharap semoga kunci tersebut ada yang menemukan di halaman belakang dorm.

HP berdering kembali, ternyata suami mengirimkan foto kunci kamar dengan bermodalkan memfoto kunci kamar rekannya. Sepulang suami, saya langsung bergegas ke halaman belakang dorm. Celingak-celinguk, wah untung ada pria berpakaian seperti satpam. Sontak saya bertanya kepadanya dengan menggunakan Bahasa Inggris sesederhana mungkin (ya, saya masih skeptis soal kemampuan berbahasa inggris orang sana), tepat dugaan saya, dia terlihat bingung. Kemudian, ia tampak meminta tolong kepada mahasiswa yang lewat untuk membantu komunikasi kami. Si Mahasiswa bertanya menggunakan bahasa Inggris apa yang saya butuhkan. Saya menyampaikan apakah sang satpam mendapat laporan ada kunci hilang di sekitara situ. Si mahasiswa juga tampak bingung. Iya, bahkan level mahasiswa pun kemampuan bahasa Inggris mereka juga tergolong kurang baik 😓. Ia menyampaikan seadanya kepada si satpam. Saya menangkap gelagat si satpam juga bingung. Kemudian saya punya ide, saya tunjukkan gambar kunci kiriman suami. Dia langsung menangkap maksud saya. Sang satpam juga langsung terbirit-birit ke gedung belakang begitu si mahasiswa menunjukkan gambar.

Secercah harapan muncul.

Sang satpam kembali dengan kunci yang dimaksud.

"Khab Khun Krab!", pekik saya kepada sang satpam dan mahasiswa.

ALHAMDULILLAH
ALHAMDULILLAH
ALHAMDULILLAH

Alhamdulillah masalah kali ini berakhir dengan bahagia. Saya langsung terbirit-birit pulang untuk bercerita kepada suami. Ternyata memang dari awal suami mengirim foto itu agar bisa langsung menyampaikan secara isyarat soal kunci itu. Oalah, ternyata saya yang tidak menangkap maksud suami. Mungkin sudah terlalu kalut, hehe.

Hati saya lega. Kami juga jadi bisa fokus menyiapkan barang-barang untuk pulang lusanya.

Terima kasih Chiang Mai atas pengalaman-pengalaman berharganya! 😏
chiang mai night safari

Romantisme Hasan dan (Calon) Adeknya

2 komentar
Makanya, Hasannya sedih kan tiap pulang dari ketemu saudaranya. Belum ada adeknya sih, jadi sendirian.
Terus terang, saya suka sedih dan keki dengan respon dan komentar-komentar semacam itu. Sedih buat sayanya yang memang sudah lama ingin memberi adik untuk Hasan, dan sedih untuk Hasan karena terkesan mendiskreditkan Hasan.

*akan diperbaharui secara berkala, tergantung suasana hati 😙

romantisme adik kakak


Di saat saya menulis tulisan ini, Alhamdulillah saya sedang hamil jalan 36 minggu di usia Hasan yang memasuki 3.5 tahun itu. Dari dulu, Hasan memiliki suatu kelemahan yang sangat terlihat. Apakah itu?
LEMAH TERHADAP BAYI-BAYI 😀
Hahaha, jika itu mau disebut kelemahan. Hasan selalu suka sama bayi-bayi. Kalau tiap mau main ke tempat temannya atau saudaranya, pasti yang disebut pertama kali yang lebih muda dari dia atau yang bayi-bayi. Kalau lagi makan di restoran dan kebetulan sedang ada bayi-bayi, Hasan mendadak makan tidak konsen. Hasan yang memiliki kepribadian membutuhkan adaptasi terhadap orang baru membuat ia bagaikan bayi-bayi penguntit. Jadi sering curi pandang diam-diam bayi-bayi di sekitar tapi tidak berani mendekatinya haha. 

Kebayang kan bagaimana reaksi Hasan saat ia tahu kalau ia akan memiliki adik sendiri? Senang sekali dia. Bahkan sudah tersusun paripurna kurikulum apa saja yang hendak dia ajarkan ke adiknya! 😂.
Ade bebi nanti diajarin merangkak sama abang Hasan.
Ade bebi nanti pakai jilbab warna pink gambar hello kitty
Ade bebi nanti diajarin naik sepeda sama abang Hasan. Sepedanya yang kecil karena masih kecil dia.
Ade bebi nanti diajarin renang sama abang Hasan dibawah.
Dan segudang susunan rencana kurikulum lainnya.

Banyak orang yang suka khawatir jika nanti anak kesekiannya lahir, abang/kakaknya bakal cemburu sama sang adik. Adiknya dibelikan ini itu, kakanya tidak. Adiknya dapat kado ini itu, kakaknya tidak. Sementara Hasan malah segala apapun ingin beli buat adek bebi. Malah dia suka lupa sama barang yang dia butuhkan sendiri. Mau beli baju adek bebi, mau beli mainan adek bebi, mau beli buku buat adek bebi. Dia hampir tidak pernah minta barang buat diri sendiri kecuali kalau kita sedang bawa ke semacam toko mainan dan dia cuma liat-liat mainan semacam die cast mobil Tomica dan mainan karakter seperti McQueen dan Paw Patrol. Malah, kalau Hasan diajak buat beli perlengkapan adek bebi, dia merasa itu seperti hiburan ia tersendiri.

Romantisme (Calon adik) dan Kakak

Situasi 1

Saya dan Hasan hendak pergi ke kantor imigrasi untuk menanyakan beberapa perihal paspor untuk mertua saya. Respon Hasan?

Saya: Kita lagi di kantor imigrasi, dulu Hasan bikin paspor disini
Hasan: Mau bikin paspor ade bebi
Saya: Ade bebinya kan belum lahir. Emang abang Hasan mau kemana sih sama ade bebi?
Hasan: Nanti kalau ade bebi lahir mau nemenin ade bebi bikin paspor. Mau ke legoland sama ade bebi

Kemudian setelah kami beres urusan paspor, saya menawarkan ke Hasan,

Saya: Hasan mau pulang atau cuci mata liat baju ade bebi?
Hasan: Mau liat-liat baju ade bebi.

Sesampainya kami di Birds & Bees Kelapa Gading, Hasan bersemangat sekali turun dari mobil dan memasuki toko. Kemudian di etalase, terpampang nyata koper-koperan merk Trunki. Saya katakan koper ini bisa dinaiki. Kemudian saya tanyakan,

romantisme adik kakak

Saya: Ini ceritanya koper Hasan, bisa dinaikin loh. Isinya kayak koper beneran. Kira-kira nanti mau diisi apa sama abang Hasan?
Hasan: Mau diisi baju-baju ade bebi

Situasi 2

Hasan entah kenapa suka "ngerjain" dan iseng sama babehnya.

Saya: Hasan anak?
Hasan: Acom
Saya: Dan anak?
Hasan: Soleh
Saya: Sayang?
Hasan: Sayang mama, ade bebi tapi babehnya ga sayang *kemudian tersenyum jail*

Atau suatu ketika saya, suami dan Hasan sedang berenang di kolam apartemen.

Suami: Ini babeh lagi sayang-sayang mama cinca dan ade bebi *sambil mengelus perut yang ada ade bebi*
Hasan: aaaaah, ga boleh! Babehnya ga boleh! Ade bebinya ditutup sama abang Hasan *sambil langsung mendekap dan nutupin perut mamanya.

Hasan ini juga suka banyak ngobrol sama adenya. Bahkan banyak ritualnya saat mau pamit. Misal pamit mau ke mesjid:

Hasan: *kiss ade bebi di perut* Ade bebi, abang Hasan pergi ke mesjid dulu ya, ade bebi jangan lupa solat sama mama. Dah ade bebi *kiss bunyi lagi*

Sementara nasib babehnya,

Babeh: Hasan babeh kiss ya! *kiss Hasan
Hasan: *mengilap bekas kiss

Aktifitas Motorik Halus bagi Si Kecil yang Tidak Suka Menggambar

Tidak ada komentar
Perkembangan motorik sangatlah penting karena berhubungan dengan syaraf, otot, otak, dan syaraf tulang belakang. Motorik dibagi menjadi dua jenis, motorik kasar dan halus. Motorik kasar berhubungan dengan gerakan otot besar yang menunjukkan kemampuan anak seperti duduk, merangkak, berjalan, dan berlari. Motorik halus berhubungan dengan gerak otot-otot kecil seperti memegang benda, menulis dan beberapa kegiatan yang membutuhkan koordinasi. 

aktifitas motorik halus

Perkembangan Motorik Halus 0-3 tahun

Pada usia 1 tahun, si Kecil mulai mampu mengontrol lebih baik jari-jari dan otot tangannya. Ia mulai sadar ada dunia lain di sekitarnya dan tertarik untuk mempelajarinya. Pada usia 2 tahun, si Kecil lebih bisa menggerakkan jari mereka secara mandiri, tugas-tugas yang lebih rumit juga sudah mulai bisa dilakukan. Saat sudah berusia 3 tahun, perkembangan motorik, verbal, kognitif, dan interaktif si Kecil berubah secara signifikan. Coretannya mulai terlihat ada bentuknya. Sebagian tertarik untuk menggambar bentuk dan menulis huruf.

Saat umur Hasan berumur 2 tahun lebih, saya sering mendengar laporan orang tua teman-temannya yang seumuran bahwa mereka kewalahan karena rumah jorok akibat sang anak yang gemar mencoret-coret dinding. Meskipun seharusnya anak-anak diarahkan agar tidak-tidak mencoret dinding, sering terbersit rasa iri di hati saya. Teman-temannya yang lain juga banyak yang sudah bisa mencorat coret kertas sampai orang tuanya harus banyak menyetok kertas dan buku gambar. Bahkan, ada yang sampai sudah bisa menulis menggunakan telusuran garis putus-putus. Terbersit kekhawatiran di benak saya, bagaimana ini jika nantinya Hasan masuk sekolah dan masih tetap tidak suka menulis dan menggambar? Akhirnya saya berusaha melakukan latihan stimulasi lainnya untuk menguatkan motorik halusnya.

Alternatif Aktivitas yang Menstimulasi Motorik Halus selain Memegang Pensil

1. Bermain plastisin

aktifitas motorik halus

Bermain plastisin adalah hal yang sudah saya perkenalkan semenjak Hasan berusia 1.5 tahun dan paham bahwa plasitisin tidak boleh dimakan. Plastisin yang saya belikan dilengkapi dengan penggiling, cetakan, cap, dan gunting. Pada awalnya ia hanya membentuk bebas plastisin tersebut tanpa pola. Mungkin kemampuan  motorik halusnya juga belum begitu berkembang sehingga belum mampu menggunakan peralatan yang ada. Saya mulai mengajarkan membentuk cacing dan membentuk bola. Hasan tampak senang dan dengan rapi menyusun hasil karya cacing dan bola-nya. Lambat laun ia pun mulai tertarik menggunakan peralatan yang ada seperti penggililing, cetakan dan cap. Ia mulai menggiling plastisin untuk mendapatkan bentuk pipih, kemudian dicetak dengan beraneka ragam bentuk seperti bintang, lingkaran, oval, segitiga, persegi, segi empat, hati, dan jajar genjang. Plastisin yang lengket diangkat dari lantai kemudian disisihkan bagian berlebih dari hasil cetakan tersebut. Ia juga mulai menggunting menggunakan gunting plastisin. Gunting plastisin tersebut terbuat dari plastik, bilahnya bisa ditukar dari guntingan lurus ataupun guntingan pola.

Selain itu, seiring dengan pertambahan umur, Hasan juga mulai menggunakan imajinasinya saat membentuk plastisin. Ia kerap kali merobek dan membentuk plastisin ke bentuk barang sehari-hari yang biasa ia liat. Terkadang saya malah harus bertanya benda apa yang sedang dibuatnya itu.

Bermain plastisin dapat melatih kelenturan otot tangan dan jari, koordinasi mata dan tangan, serta daya imajinasinya.

2. Menyumpit

aktifitas motorik halus

Saat berusia 2,5 tahun, Hasan mulai diperkenalkan sumpit yang berupa penjepit, artinya ia hanya butuh menjepit dan tidak mengontrol arah jepitan sumpit seperti sumpit pada umumnya. Saya membentuk bola-bola plastisin dan menyuruhnya memasukkan ke wadah sesuai warnanya. Pada awalnya Hasan agak kaku, tetapi tidak membutuhkan waktu lama, ia lancar menjepit bola tersebut dan memasukkan-nya. Kemudian ukuran bola pun saya perkecil. Setelah sebentar adaptasi ia kembali dengan lancar menjepit dan memasukkan-nya.

Di kesempatan berikutnya, saya memperkenalkan Hasan sumpit biasa namun pada atasnya terdapat perekat karet sehingga selain menjepit ia juga harus mengarahkan ujung sumpit. Kegiatan menyumpit menjadi semakin menantang karena dengan mengarahkan ujung sumpit yang lancip, artinya ia harus mengontrol tekanan jarinya. Pada awalnya tiap Hasan menyumpit plastisin, bolanya terlepas karena terlalu kencang memberi tekanan. Kemudian ia belajar bahwa perlu pengaturan tekanan sehingga lama-kelamaan ia bisa menyumpit dan memasukkan bola plastisin dengan relatif lancar. Belakangan saya ketahui saat kami sekeluarga makan bakso, Hasan secara tidak sengaja dapat menyumpit bakso menggunakan sumpit normal tanpa penjepit diatasnya. Hal ini membuat saya takjub akan perkembangan Hasan yang kerap kali tidak dapat diduga.


Monde Boromon Cookies memiliki bentuk bola-bola yang relatif kecil. Hasan suka menantang dirinya untuk menyumpit tiap biskuit ketika makan ketimbang makan dengan tangan. Tidak hanya menyumpit satu biskuit, tidak jarang Hasan langsung menyumpit 2 atau 3 butir biskuit Monde Boromon karena ia tidak sabar untuk segera menyantapnya. Rasa dan teksturnya enak sih.

3. Menggunting

aktifitas motorik halus

Berawal dari latihan menggunting menggunakan gunting plastisin yang terbuat dari plastik, lama kelamaan saya membiarkan Hasan menggunting menggunakan gunting asli, tentu dengan pengawasan. Ia hafal dimana posisi gunting yang saya letakkan. Jika ada kebutuhan membuka kemasan ia langsung mengambil gunting tersebut. Sejauh ini ia dapat menggunting menggunakan kedua jarinya meskipun belum bisa berkesinambungan. Hasan juga kerap sekali membuka bungkus makanan sendiri menggunakan gunting atau kemasan barang-barang lain yang ia penasaran di dalamnya. Mungkin tahap selanjutnya setelah lancar menggunting secara berkesinambungan adalah menggunting bentuk yang sudah digambar.

4. Bermain Lego

aktifitas motorik halus

Sama seperti plastisin, lego balok sudah saya perkenalkan semenjak Hasan berusia 1 tahun. Saya mulai memperkenalkannya dengan Lego Duplo yang berukuran lebih besar jika dibandingkan dengan Lego Classic. Awalnya bingung harus diapakan Lego tersebut. Lama-kelamaan, ia mulai mengerti dengan cara menumpukkan barang hingga membentuk barang sesuai dengan imajinasi-nya. Dari Lego Duplo, Mega Blocks yang berukuran lebih besar hingga mampu merangkai bentuk dari Lego Classic. Hasan juga mulai mampu mencabut Lego Classic yang tipis dari base.

Saya percaya, bermain Lego adalah salah satu sarana stimulasi motorik halus dan imajinasi karena dengan begitu Hasan belajar mengontrol dan menggerakkan jari dan otot tangannya secara simultan.

5. Memasukkan tali ke lubang

aktifitas motorik halus

Saya membelikan mainan berupa memasukkan tali ke lubang papan dan menjahit tempelan binatang semenjak Hasan berusia 2 tahun dan baru mengerti dimainkan saat ia berusia 2.5 tahun. Awalnya ia hanya mampu memasukkan tali tersebut dengan papan dan tempelan binatang yang masih saya pegang. Kemudian papan saya balik dan menyuruhnya menarik tali yang ia masukkan itu dari sisi sebaliknya. Lama-kelamaan ia bisa memegang papan sendiri sambil memasukkan tali dan kemudian membalikkannya untuk ditarik tali dari sisi lainnya. Hasan belum sampai ke tahapan memasukkan tali sambil memegang papan dan menahan tempelan binatang. Menurut saya kegiatan ini cukup berat karena melatih konsentrasi anak serta koordinasi mata dan kedua tangan yang melakukan hal yang berbeda

6. Makan sendiri

aktifitas motorik halus

Sejatinya, ini menjadi hal yang agak rumit karena semenjak MPASI 6 bulan, Hasan tidak tertarik untuk makan. Pun, saat berusia dibawah setahun dia sangat minim memasukkan barang-barang ke mulutnya. Sekarang Hasan berusia 3 tahun. Meski dia tidak pernah menolak makanan besar apapun ketika disodorkan, tetapi frekuensi ia minta makanan baik makanan kecil atau besar bisa dihitung dengan jari. Oleh karena itu, melatih motorik halus Hasan menggunakan cara makan sendiri merupakan tantangan bagi saya. Jika dia tidak minta makanan, makanannya sudah saya potong dan saya menyuruh ia menyendok dan menyuap sendiri ke mulutnya. Jika ia minta makanan tersebut, saya akan suruh dia ambil, siapkan di wadah dan bawa makanan tersebut ke meja makannya untuk dimakan sendiri.

Hasan sejatinya merupakan tipe anak yang tidak suka ngemil. Setelah mencoba Monde Boromon Cookies, entah kenapa dia tertarik dan meminta terus-terusan. Saya pun iseng mencoba, ternyata rasanya enak, bukan seperti rasa biskuit anak biasanya. Monde Boromon Cookies ternyata menyehatkan karena bebas gluten, mengandung sari pati kentang, madu dan DHA. Selain itu, teksturnya yang mudah meleleh saat terkena air liur membantu si Kecil mengeksplorasi rasa, bentuk, tekstur serta kemampuan untuk makan bagi anak-anak yang sedang tahap mengenal makanan. Menarik bukan? Monde Boromon Cookies sudah tersedia di banyak supermarket dan bisa juga dipesan online disini.

aktifitas motorik halus

Dan Sekarang...

Secara alami, anak akan memegang pensil dengan cara yang berbeda-beda seiring dengan bertambahnya usia. Cara memegang pensil ini tergantung dari seberapa siap bahu dan lengan tangan mereka. Secara garis besar, ada 4 tipe tahapan memegang pensil.

  1. Genggaman Mengepal, biasanya sekitar usia 1-1,5 tahun. Posisi ini menggunakan bahu untuk menggerakkan seluruh lengan.
    aktifitas motorik halus
  2. Genggaman Palmer, biasanya sekitar usia 2-3 tahun. Anak sudah mulai bisa mengontrol bahu dan otot lengan.
    aktifitas motorik halus

  3. Genggaman Tripod atau Quadrupod Statis, biasanya sekitar usia 3,5-4 tahun. Anak menggunakan 3 atau 4 jari-nya saat menulis. Posisi masih statis, jadi mereka menggerakkan tangan melalui siku.
    aktifitas motorik halus
  4. Genggaman Tripod Dinamis, biasanya mulai dari usia 4-6 tahun. Gerakan tangan akan berubah dari statis menjadi dinamis. Jari-jari tersebut sudah dapat bergerak secara mandiri.
    aktifitas motorik halus
Seperti anak umumnya, Hasan memulai dengan Genggaman Mengepal. Hanya sebentar saja ia sudah bisa ke tahap Genggaman Palmer. Namun, setelah hampir memasuki usia 3 tahun, genggaman Hasan tak kunjung berubah menjadi Tripod ataupun Quadrupod. Kerap kali saya mengarahkan untuk posisi quadrupod, tetapi hanya ia lakukan sebentar dan kemudian kembali lagi ke Genggaman Palmer. Ia tampak lelah dan tidak tahan lama. Meski begitu, saya berusaha untuk tetap mengingatkan dan mengarahkan ke posisi Quadrupod setiap kali ia memegang alat tulis.

Saat usia hampir 3,5 tahun, tiba-tiba ia meminta untuk mencoret-coret. Saya berikan ia kertas dan spidol. Apa yang saya liat? Ia mulai memegang dengan posisi Quadrupod tanpa menggantinya ke Palmer. Memang dia belum begitu tahan lama, tetapi bagi saya ini kemajuan yang berarti. Mungkin pada sebelumnya ia merasa otot tangannya belum siap sehingga ia tidak suka melakukannya.

Untuk berikutnya, saya kira harus lebih mencari akal untuk tetap sabar dan melatih motorik halus Hasan melalui kegiatan lainnya. Yang paling penting adalah setiap anak meminta arena permainan yang diinginkan, se-bisa mungkin kita penuhi karena kita tidak tahu kejutan apa yang akan ia berikan.

aktifitas motorik halus




Pranala luar:
https://www.the-elbowroom.com/useful-information/news/stages-of-pencil-grasp-development/

Traveliving 2018

6 komentar
Terhitung semenjak lahir, sudah banyak kota yang saya diami. Saya lahir di Medan, kemudian tumbuh dan berkembang di Lhokseumawe, Aceh sampai usia 8 tahun. Mampir sebentar selama 1,5 tahun di Medan, pindah ke Jakarta dari SD kelas 6 sampai tamat SMA, kuliah di Bandung selama 6 tahun hingga sampai sekarang, 2018 saya bekerja, menikah dan memiliki anak di Jakarta. Dari keempat kota tersebut, domisili tercepat saya adalah 1,5 tahun. Bersekolah dan menjalani hidup. Namun bagaimana dengan tinggal di sebuah kota hanya dalam tempo 1 bulan saja?


Saya menyebutnya Traveliving. Travelling + Living. Saya puas jalan-jalan santai mengeksplorasi kota selama sebulan, tetapi saya juga melakukan kegiatan hidup seperti belanja, bayar tempat tinggal bulanan, mencuci-menyetrika dan memasak. Minusnya hanya saya tidak berkegiatan seperti berkomunitas karena hanya menetap sebentar. Problematika terbesar melakukan traveliving adalah disaat kita sudah nyaman, kita terpaksa harus meninggalkan kota tersebut. Bagaikan sedang sayang-sayangnya eh diputusin. Maka terjadilah momen yang terkenal dengan sebutan "susah move on".

Tahun 2018 adalah tahun dimana suami saya ditempatkan dalam jangka waktu sebulan di berbagai Rumah Sakit di tiap kota diluar Jakarta sebagai bagian dari program pendidikan spesialis. Suami mengajak saya dan Hasan ikut serta di semua kota, kecuali Banyumas karena terkait lokasi dan tempo kerja. Dalam jangka 1 tahun, praktis kami sudah berpindah tempat dari Purwokerto, Jombang, Yogyakarta, dan Chiang Mai pada bulan Januari, Juni, Juli dan Oktober. Terakhir Desember ini saya dan Hasan hampir ikut ke Pemalang selama sebulan. Namun setelah mempertimbangkan banyak hal, mungkin kami akan menyusul di minggu terakhir di bulan Desember. Semua kota yang kami tempati memiliki plus minus, daya tarik dan cerita sendiri.

Purwokerto


Kami memulai awal tahun 2018 di kota ini. Karena mengetahuinya amat sangat mendadak, alhasil kami membeli tiket kereta dengan harga liburan akhir tahun. Mahal. Kami berangkat pada tanggal 30 Desember 2017 menggunakan kereta api dengan durasi 5 jam yang sekaligus merupakan perjalanan kereta api pertama Hasan. Melalui jalan darat, orang tua saya sudah terlebih dahulu sampai di Purwokerto sehingga esok paginya sementara suami bertugas di rumah sakit, kami mencari tempat kos-kosan untuk sebulan. Alhamdulillah ketemu yang bagus dengan harga yang cukup masuk akal.

Saya sempat menulis banyak postingan tentang Purwokerto. Mengenai pengalaman kami disana, atraksi kotainformasi pusat perbelanjaanwisata alamWisata kuliner tradisional, hingga kuliner modern dan kafe. Sebagai salah satu kota mahasiswa karena disana terdapat universitas besar, yakni Universitas Soedirman, Purwokerto jauh melebihi dari ekspektasi kami soal wisata, kuliner dan kenyamanannya. 

Jombang


Jombang berlokasi di Jawa Timur, sekitar 80 km dari dari ibu kota provisi Jawa Timur. Kami melakukan perjalanan melalui Surabaya dahulu menggunakan pesawat terbang. Perjalanan kami bertepatan dengan tanggal orang-orang bersiap untuk mudik, jadi sekali lagi, kami membeli tiket yang agak lebih mahal dari harga biasa. Beruntung kami datang saat ruas tol Surabaya - Mojokerto (Sumo) sudah diresmikan. Perjalanan Surabaya-Jombang yang sebelumnya bisa memakan waktu hampir 3 jam kini bisa ditempuh melalui tol dengan hanya 1 jam lebih saja. Kami dijemput oleh supir untuk kemudian melakukan perjalanan darat dari Surabaya ke Jombang.

Jombang terkenal dengan kota santri. Sebuah kota kecil yang jauh dari hiruk pikuk apalagi kemacetan. Disana kami tinggal di rumah seorang dokter yang menjadi Supervisor suami saya selama disana. Alhamdulillah rejeki karena kami tidak membayar sepeser pun untuk tinggal dan makan disana. Berhubung kota kecil, tak banyak yang saya eksplor disana. Saya menemukan 2 buah taman yang indah, yakni Kebon Ratu yang letaknya agak diluar kota dan Kebon Rojo yang terletak di jantung kota Jombang. Alun-alun Kota Jombang tiap malamnya sangat ramai, apalagi saat akhir pekan. Hasan sangat bahagia dan menjadi pelanggan tetap alun-alun. Bayangkan, cuma bayar lima ribu untuk main sepuasnya di satu wahana! Ada Superindo yang merupakan tempat belanja rutin mingguan saya. Satu-satunya restoran cepat saji yang terkenal yang ada disana hanya ada KFC. Dibalik kesahajaannya, Jombang ternyata banyak memiliki kafe-kafe yang memiliki estetika modern layaknya di kota-kota besar. Bahkan, tak jarang mereka lebih serius dalam menyajikan bijih kopi-nya. 

Setengah bulan kami berpuasa di Jombang dan pertama kalinya kami merayakan Ramadhan di luar Jakarta. Sungguh pengalaman yang menarik. Selain itu, setengah pertandingan Piala Dunia 2018 juga kami tonton disana 😄.

Yogyakarta


Kami meninggalkan Jombang menuju Yogjakarta pada tanggal 30 Juni menggunakan kereta api yang ditempuh dalam waktu 4 jam. Sebenarnya suami bertugas di RSUD Klaten, namun dengan alasan agar kami tidak kebosanan, kami memutuskan untuk tinggal di Yogyakarta. Saya mencari kos-kosan menggunakan aplikasi Mamikos sudah semenjak berada di Jombang. Berhubung Yogyakarta adalah kota pelajar, tentu tidak susah mencarinya. Yang susah adalah mencari mana yang pada akhirnya kami ambil. Kosan yang saya pilih dekat dengan bandara dan tidak jauh dari jalan raya utama menuju Klaten. Menurut saya itu adalah pilihan terbaik karena suasananya enak rumahan, secara berkala ada yang memberihkan, lengkap dapur dan mesin cuci serta ke RSUD Klaten hanya ditempuh kurang dari setengah jam. Selain itu, saya juga bisa berjalan kurang dari 1 km menuju halte Trans Jogja terdekat.

Yogyakarta adalah kota paling enak yang kami tinggali dibandingkan dengan Purwokerto dan Jombang. Kota besar yang tidak terlalu besar, sedikit sekali ruas macet, dan berlimpah kuliner dengan harga yang jauh lebih murah ketimbang di Jakarta. Selain itu yang membuat saya sangat puas sebagai maniak sejarah adalah Yogyakarta bertabur dengan museum-museum, sesuai dengan statusnya sebagai kota sejarah. Kayaknya saya hampir tiap hari keluar rumah supaya terkekejar mengunjungi semua museum yang menarik hati.

Biasanya mobil dibawa suami pulang pergi ke Klaten. 2 kali seminggu saya antar jemput suami karena ingin menggunakan mobil untuk mengeksplorasi Yogyakarta. Jika saya malas menggunakan mobil, saya juga kerap kali menggunakan opsi Trans Jogja.

Kami juga berkesempatan mengunjungi kota Solo pada akhir pekan ketiga di bulan Juli. Berhubung suami harus masuk dulu ke RSUD, saya dan Hasan pergi duluan ke Solo menggunakan Kereta Api (KRL) Prambanan Ekspres. Haa, akhirnya resolusi saya menggunakan Prameks tercapai. Menarik sih soalnya tiketnya hanya 8000 rupiah per orang. Seperti yang saya duga, karena Stasiun Maguwo adalah stasiun terakhir di Kota Yogyakarta, jadi saya tidak memiliki ekspektasi perjalanan selama sejam mendapatkan kursi. Benar saja, saat kami menginjakkan kaki di Prameks, manusia-manusia sudah berjejal. Kami berdiri sekitar 15 menit sampai saya menawarkan anak saya untuk duduk dengan posisi saya berjongkok. Seorang bapak di dekat saya tidak tega dan menawarkan kursinya kepada kami. Alhamdulillah, rejeki.

Selain itu kami juga berkesempatan mengunjungi wisata alam yang berada sedikit di luar kota seperti Punthuk Setumbu yang populer karena AADC dan area museum disekitar Merapi. Karena makanan yang variatif dan murahnya harga, kami jadi sering jajan disana. Gudeg saja saya sampai mencoba 5 jenis, dan itu pun merasa masih kurang 😁! 

Chiang Mai


Terbaik! Satu-satunya kota yang berada di luar Indonesia. Awalnya suami mengajukan penempatan Chiang Mai untuk bulan Maret, meski tertunda alhamdulillah akhirnya suami dijadwalkan mendapat stase Chiang Mai untuk bulan Oktober. Saya diberi kabar ini oleh suami sekitar bulan Juli. Artinya 3 bulan sebelum keberangkatan.

Berawal dari drama pencarian tiket, akhirnya kami berangkat juga pada tanggal 29 September. Disana kami tinggal di dorm yang sudah disediakan oleh pihak sana (tapi tetap bayar!) yang berlokasi di kompleks FK Chiang Mai University (CMU) dan RS Maharaj daerah Suandok. Memang rejeki kami, bulan Oktober ada 2 libur panjang di Thailand: tanggal merah kematian Raja Chulalongkorn (Rama V) di minggu kedua dan kematian cucunya, Raja Bhumibol Adulyadej (Rama IX) minggu depannya. Artinya kami terutama suami jadi memiliki waktu lebih banyak untuk mengeksplorasi Chiang Mai, bahkan ke tempat wisata yang ada di luar kota.

Chiang Mai sungguh menyenangkan. Bayangkan, tempo hidup masyarakatnya yang seperti Yogyakarta, hampir tidak ada kemacetan dan pelataran alam pegunungan seperti Bandung dan Malang. Ya, Chiang Mai merupakan kota terbesar ke-2 di Thailand yang berada tepat disamping gunung (doi) Suthep serta tidak jauh dari gunung tertinggi di Thailand, Doi Inthanon. Orangnya juga ramah-ramah. Minus disana cuma bukan negara non muslim yang membuat kita tidak bisa sembarang makan, transportasi publik yang jelek dan minimnya masyarakat lokal yang bisa berbahasa Inggris. Lainnya, sempurna!

Dengan segala kemampuan, akhirnya saya bisa menemukan celah transportasi publik, tempat makan halal, dan tempat-tempat belanja produk halal. Yang saya senangi disini adalah, karena transportasi publik minim dan mahal kemana-mana, saya jadi banyak jalan. Dari standar jalan biasa saya di terakhir di Yogyakarta untuk jarak dibawah 1 km, di Chiang Mai bertambah menjadi dibawah 2 km!

Oh ya, biaya hidup disini juga lebih murah dari Jakarta, senangnya! Harga belanjaan dan standar makan di resto juga jadi murah. Bahkan harga sebuah boneka bebek yang lucu! Cerita dramatisasinya bisa dibaca disini. Hehe.

Sebagai penggemar sejarah, saya sangat puas dengan Chiang Mai. Kota bekas kerajaan dan museum-museum bagus nan terawat yang memberikan edukasi sejarah secara menakjubkan. Kalau dihitung kayaknya hampir tiap hari saya keluar rumah buat eksplorasi kota. Tetapi tetap saja, sebulan di Chiang Mai tidak cukup untuk menikmati semua wisata yang ditawarkan. Padahal kami tidak mengunjungi Wat (kuil) sama sekali. Wisata alam juga hanya Green Canyon dan Queen Sirikit Botani Garden. Padahal masih melimpah atraksi alam yang bagus-bagus disana. Bahkan kami belum sempat ke tempat wisata dalam kota, yakni Royal Park Rajapruek yang menawan dan Museum Nasional Chiang Mai.

Sepertinya Chiang Mai adalah kota yang paling memberikan kesan kepada kami. Benar-benar nyaman tetapi kemudian seperti langsung disuruh pulang buru-buru tanpa bisa mengucapkan selamat tinggal.

Dramatisasi Kisah Boneka Bebek

2 komentar
Sejak kecil, menjadi materialistis dan perhitungan tidak pernah menggelayuti diri saya. Kecuali (mungkin) perhitungan bakhil ke diri sendiri.

Drama keberangkatan ke Chiang Mai

2 komentar
Setelah hampir 2 bulan, akhirnya saya memberanikan untuk menulis ini karena menurut saya pengalaman ini sangat memalukan sekaligus agak menyesakkan. Let's call it rejeki hanya sampai disitu saja dan rejeki pengalaman berharga.

Suami mendapatkan kabar pada bulan Juli kemarin bahwa akan dikirimkan ke Chiang Mai di bulan Oktober selama sebulan. Sontak saya gembira karena akhirnya akan kejadian juga tinggal di negara asing meski hanya sebulan. Sebenarnya suami mendaftar untuk pengiriman bulan Maret, setelah mengira tidak dapat jatah praktis kabar bulan Oktober ini sedikit mengejutkan. Mulailah pada saat itu saya malam-malam suka iseng membukan online travel apps semacam Traveloka, Tiket.com, dan pegi-pegi. Karena kami masih di Jogjakarta pada saat itu, kami memutuskan mulai agak serius memesan tiket nanti saja setelah kepulangan ke Jakarta pada bulan Agustus. Selain itu, kalau mencari tiket pada waktu itu saya juga tidak konsen karena otak saya masih terjejali rencana-rencana kunjungan museum dan tempat wisata di Jogjakarta, hehe.

Kesempatan Kedua Hari Ini

Tidak ada komentar
Dari awal saya sudah faham, Hasan bukan tipe penyelesai kepingan Puzzle.

Kalau saat Hasan berusia 2 tahun dan anak-anak seusianya banyak yang bisa menyelesaikan puzzle, Hasan tertarik saja juga tidak. Sampai sekarang hampir genap 3 tahun, Hasan tak kunjung tertarik akan puzzle. Namun beberapa hari terakhir ini ia kerap kali minta diambilkan puzzle impor yang sudah berbulan-bulan lamanya teronggok di sudut almari. Puzzle bergambarkan suasana ladang dan peternakan dengan warna cerah, ilustrasi menarik dan kepingan yang besar pula. Sesaat setelah Hasan menyerakkan seluruh kepingan Puzzle itu ke lantai, ia langsung berteriak memanggil saya minta disusunkan. Mencoba sekali memasangkan, langsung bingung dan tidak mengerti.

Monthscape of Purwokerto

Tidak ada komentar
Sebagai seorang residen orthopaedi (diedit, karena katanya ga boleh typo 😰) yang sedang memasuki semester ke 8, setahun kedepan suami saya akan ditempatkan ke berbagai kota di pulau Jawa dengan durasi sebulan untuk tiap-tiap kota. Sejauh ini jadwal yang dikeluarkan dia akan bertugas di 5 kota pulau Jawa dan sisanya di Jakarta saja. Dan untuk Bulan Januari kemarin ia mendapatkan penugasan di:



PURWOKERTO

Iri Membawa Sengsara, Mari Bekerja Sama.

Tidak ada komentar
Pukul 22.17

Jadi, baru super ngeh banget tentang ajakan ngepos dengan tema #ModyarHood harus dikumpulkan (ciyee dikumpulkan, udah kayak ngumpulin pe-er ajaa) ke puty dan mamamolilo hari ini banget. Engga koo,, engga, aku anaknya bukan oportunis menjadi hamba yang tertarik akan hadiah, tapi murni supaya lebih produktif nge-blog dan tersalurkan energinya. Moga-moga ga bohong yaa,, . Jadi tema #ModyarHood kali ini adalah perihal pembagian tugas rumah tangga antara suami dan istri (dan anak). Baiklah kita mulai saja!



Sebelumnya, mohon dimaafkan kalau judulnya rada ngasal gini. Habis bingung mau pakai judul yang ga pasaran. Tapi kalau dilihat-lihat kok oke juga ya berima?

Kami tinggal di apartemen. Kami disini maksudnya gw, suami, bocah lelaki 2.5 tahun dan si mba. Tinggal di apartemen mini yang ukurannya cuma kurang lebih 66 meter persegi, sebenarnya bisa dibilang ga terlalu dibutuhkan seorang helper. Tapi?

Entah kenapa, semenjak Hasan masih berstatus bayi, gw rasanya suka sekali iri sama rumput tetangga. Tiap membuka sosial media (pada waktu itu twitter), menggulirkan jempol tangan kanan dari bawah ke atas pada layar smartphone, suka bertanya-tanya alias sirik. Ih, kok enak banget sih punya anak, kerja terus masih bisa masak-masak. Kok enak banget sih, punya anak tapi masih bisa ngapa-ngapain. Engga ding, yang pertanyaan kedua gw relatif bisa ngapa-ngapain kok (Alhamdulillah bersyukur,, 😊). Meanwhile, dari Hasan lahir sampai sekarang yang usia sudah memasuki 2 tahun 7 bulan, dia merupakan tipe anak yang sangat tergantung. Sebenarnya sisi ini ga melulu negatif, karena gw ternyata menemukan banyak hal positif dari ketergantungan. Yah, tergantung menyikapi aja sih. Kalo anak lain umur bayi gampang ditidurin, terus tidurnya langsung lama. Hasan enggak! Dia susah ditidurin (selain tidur malam) dan tidurnya bentar banget. Malah pernah di fase Hasan engga tidur kalau beres disusuin, tapi harus digendong dulu. Gendong setengah jam, tidur cuma setengah jam. DHUARRR!!!!




Coba, gw bisa ngapain dalam rentang waktu segitu? Cuma duduk bentar buka HP udah oek lagi. Buka medsos lagi. Scroll, scroll. Duh itu enak banget anaknya anteng ditinggalin ngapa-ngapain. Memang ya, generasi milenial jaman sekarang penuh dengan kemudahan untuk iri dan hasad. Sementara Hasan ditinggal bentar langsung lari-lari. Masak aman cuma bisa bentar, kemudian ada bocah yang gelayutan di kaki. Padahal itu dia mainnya udah di ruang yang sama loh. Terus nanti ada yang nyeletuk, anaknya dikasih mainan atau buku ga? Nah, Hasan ini meski main apalagi baca, dia bakal narik-narik kita supaya kita play or read with him together. Kalau ini sih, dibanding gw mengutuk dengan sikapnya, belakangan gw sudah lebih ke fase acceptance, gw jadi merasa senang, soalnya Hasan kalau dalam setiap aktivitas mainnya ada gw, entah kenapa kemampuannya cepat banget ter-akselerasi. Jadi yasudahlah ya, dibanding mengutuk mending disikapi dengan benar, ya kan? Terus gara-gara Hasan yang penuh ketergantungan gini, gw sampai udah jago pisan menguasai teknik menyapu dan mengepel dengan bocah yang lari-lari. Ruar biasa! Proud of myself (supaya posthink gitu 😁). Trus ada yang respon, makanya, anaknya mendingan kasih nonton TV atau kasih gadget aja biar bisa tenang ngerjain kerjaan. Ooops, no! Gw emang dari Hasan kecil sampai sekarang totally no gadget. Cuma terbatas puter video pas mau masukin makanan ke mulut, nunggu di kunyah video juga di pause. Sisanya atau pas lagi ga diluar rumah ya ga ada tv. Ngeganggu kerjaan kita? Yep, that's the high price I should pay, and I'm proud of it!

Gw berasal dari keluarga inti dan keluarga besar yang pihak lelakinya juga melakukan kegiatan rumah tangga. Dulu pas lebaran dan orang yang kerja pulang kampung, udah biasa gw dan abang bagi tugas rumah tangga. Banyak juga di keluarga besar yang pihak lakinya rajin membersihkan rumah. Makanya, suka ngerasa aneh kalau ngomong sama orang terus bilang mau ngerjain semuanya sendiri karena suaminya ga mau or just simply thinking it's not his job. I mean, really??

Gw merasa sangat-sangat bersyukur punya suami yang jago kerjaan rumah tangga dan bisa melakukannya dengan sangat baik. Suami juga udah biasa mengerjakan pekerjaan rumah tangga meski relatif belum pernah tinggal beda kota dengan orang tua (kecuali internship). 5 bersaudara laki-laki semua, bisa gawat kalau pas lebaran ga ada yang bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Gw disini berprinsip rumah gw yang mengerjakan, apalagi gw ga kerja diluaran rumah, kerja kantoran rutin maksudnya, kalau kerja on call dan duitnya entah dapat entah engga sih iya hahaaa. Apalagi suami lagi sekolah residen, yang dulu seringnya rumah cuma kayak tempat ngekos, jadi ga berharap dia ngerjain kerjaan rumah tangga. Gw senang masak, tapi paling benci sama cuci piring. Duh, ini udah apartemen, basinnya kecil, cuma satu pula! Rasanya kesal kayak cucian piring ga kelar-kelar. Mati satu tumbuh seribu. Jadi biasanya kalau mbak lagi ga ada (biasanya pas mau lebaran), bagian cuci piring malam bagian suami. Dengan catatan kalau dia masih mampu dan bertenaga. Tapi biasanya selalu dicuciin kok, kalau udah capek banget biasanya abis bangun pagi dicuciin. Cuma sesimpel cuci piring malam rasanya bahagia banget, berasa kurang banget kerjaan rumah tangga. Kalau akhir pekan kadang-kadang dia suka nyapu dan ngepel. Ini ya, suami cepat banget kalau udah nyapu ngepel, dan hasilnya lebih bersih ketimbang gw yang makan waktu lebih lama. Zaaaaad 😰. Terus nyuci piring jadi rutin plus masakin sarapan pagi indomie, hoho. Katanya sih, suami udah ngerasa gourmet chef indomie banget, bring indomie to the next level 😜.

Eh, ngurus anak termasuk agenda urusan kerjaan rumah tangga kan. Mayan suami suka ngajak main anak sementara gw bisa golar goler di kasur, atau mandiin. Tapi teteup yang ngasih makan anak ya gw. Anak gw ini level makannya luar biasa sekali, luar biasa sulit. Kalau anak biasa makan biasa paling GTM sesekali, ini kayak ga pernah nafsu makan LOL. Tapi sekarang alhamdulillah sih, udah tau triknya, di umur segini makannya juga relatif lebih mending. Baru ketauan sih, suka sama model yoshinoya atau donburi gitu, jadi kalau di luar suka melipir pesan yoshinoya aja buat Hasan makan. Dan dengan level susah makan level legend, jadi bangga terharu, Hasan di grafik berada di sekitar rata-rata atau 50%,. Alhamdulillah, yes because we work together, ain't we?

Dan yang terpenting, suami juga mau dijadikan tempat penitipan anak kalau gw mau beraktifitas di akhir pekan. Kerjaan, workshop, seminar, playdate atau tindakan hepi-hepi mamak lainnya jadi terfasilitasi. Senaaaang!! 😻.

Sekarang Hasan udah menjadi batita. Memiliki sifat perfeksionis. Gw jadi relatif ga ngurus dia, kecuali makan hati sabar mengikuti kemauannya hahaa. Jadi dari bangun tidur, dia suka pengen bersihin kamar sendiri (tetap dibantu). Balikin bantal dan guling ke kasur atas, terus kasur bawah didorong. Kemudian buka celana dan baju sendiri dan masukin ke tempat pakaian kotor. Udah ngerti juga dan rajin beresin mainan sendiri. Dan rapi. Ini super sesuatu banget loh, karena banyak baca testimoni mak-mak, anak ga mau beresin mainan itu makan hati.

Terus selama ada mbak gw ngapain aja? Kerjaan domestik alhamdulillah terbantu, termasuk yang paling berat, nyetrika 😱! Biasanya gw cuma bisa nyetrika saat malam, waktu anak udah tidur. Kalau habis pulang liburan, bajunya di laundry aja lah ya, biar ga usah nyetrika, yes! Kegiatan menyetrika ter-cover ini jadi lumayan banget, karena jadi punya me-time atau our-time bersama suami pas suami pulang ke rumah. Si mbak juga udah gw ajarin masak jadi gw udah rada lepas nyuruhnya. Kecuali gw mau masak yang fancy atau by request suami masak sesuatu, gw ke dapur. Sisanya fokus ngurus Hasan. Atau melala bersama Hasan keluar.

Yah jadi begitulah cerita #ModyarHood dari gw kali ini. Berkaca, evaluasi. Dibandiing iri dan mengutuk apa yang kita punya, alangkah baiknya menerima keadaan dan bekerja sama, membentuk tim untuk menyikapi tantangan yang ada, cieeeee...

Pukul 23.30
Belum ganti hari, jadi postinganku masih bisa masuk #ModyarHood bulan ini kan? :D