Tampilkan postingan dengan label Chiang Mai. Tampilkan semua postingan

4 Rekomendasi Kafe di Chiang Mai: Bagaimana Kedai Kopi Berjuang Memajukan Petani Lokal

30 komentar

Saat menulis rekomendasi kafe di Chiang Mai ini, saya teringat perkataan dari Tejo Pramono, salah sorang pendiri Kedai Kopi Ranin yang terletak di bilangan Kota Bogor. 

“Petani kita menjadi tak berdaya, hasil panen kopi kita habis direguk oleh tengkulak. Tengkulak semakin kaya raya, petani tidak mendapatkan apa-apa.”
rekomendasi kafe di chiang mai

Beberapa tahun lalu, saya dan rekan saya berkunjung ke sebuah kedai kopi di bilangan Bogor bernama Kopi Ranin. Kabarnya, sang pendiri adalah mantan aktivis kampus.

Pak Tejo sang pendiri pun berkisah bagaimana ia mulai merintis usaha Kopi Ranin tersebut. Ia berkisah kalau salah satu tujuan mendirikan Kopi Ranin ini adalah untuk membantu mensejahterakan petani-petani kopi agar tidak selalu serta-merta “dijajah” oleh tengkulak.

Jiwa saya menjadi sedikit bergejolak setelah mendengarkan cerita tersebut. Paradigma saya soal kedai kopi pun berubah. Saya pun menjadi semakin selektif saat memutuskan akan menyambangi kedai kopi mana. Apakah kedai kopi budak kapitalis, atau kedai kopi yang merupakan “teman” yang sama-sama berjuang untuk kesejahteraan petani.

Ini juga mindset yang saya bawa saat menjajal kafe Chiang Mai saat kami sekeluarga tinggal disana selama sebulan.

Kamu akan tahu perbedaan nuansanya dan “jiwa” yang dibawa oleh pemilik kafe di Chiang Mai setelah menyimak cerita napak tilas saya di pelbagai kafe Chiang Mai.

Selamat datang di Chiang Mai


rekomendasi kafe di chiang mai

Chiang Mai adalah Kota terbesar kedua di Thailand yang terletak di sebelah utara Thailand dan berada di dekat gunung Suthep dan Inthanon. Kurang lebih Chiang Mai kayak Bandung lah. Udaranya juga lebih enak daripada di Bangkok (katanya).

Chiang Mai adalah kota yang kental unsur budayanya, jadi semacam Yogyakarta-nya Thailand. Bentuk kotanya juga unik. Jadi, ada area yang benar-benar berbentuk kotak dan dikelilingi oleh parit buatan. Ini merupakan denah kota Chiang Mai asli sejak jaman dulu. Alasan mereka membuat kota semacam ini adalah untuk mempertegas benteng Kerajaan Lanna. Betul, berbeda dengan Thailand yang di bawah kerajaan Siam, Chiang Mai berada dibawah Kerajaan Lanna. Kerajaan Siam dan Lanna pun punya hubungan persahabatan dan konflik masing-masing.

Tidak hanya kota yang sarat nilai historis, Chiang Mai juga dikenal dengan kultur kopinya yang terkenal. Seperti apakah kultur kopi Chiang Mai hingga sampai dikejar oleh turis mancanegara? Apa sajakah rekomendasi Kafe di Chiang Mai?

Rekomendasi Kafe di Chiang Mai

1. Graph Cafe

Alamat: 25/1 Ratvithi 1, Mueang Chiang Mai District, Chiang Mai 50200, Thailand

rekomendasi kafe di chiang mai

Graph Cafe adalah tempat persinggahan kopi pertama saya dan Hasan selama di Chiang Mai sekaligus menjadi rekomendasi kafe di Chiang Mai pertama.

Di hari itu, saya dan Hasan memiliki rencana prioritas mengunjungi museum Lanna Folklife. Karena tidak ingin rugi dalam sekali perjalanan, saya juga mencari rekomendasi kafe Chiang Mai yang dapat dicapai hanya dengan berjalan kaki dari museum tersebut. Pilihan pun jatuh pada Graph Cafe.

Kami berangkat dari penginapan menggunakan songthaew sampai di depan museum. Selesai kunjungan museum, kami pun berjalan kaki menuju Graph Cafe.

Graph Cafe berlokasi di sebuah gang yang tenang dan damai di tengah hiruk pikuk arus turis yang berlalu lalang. Hampir kesulitan mencari, akhirnya saya menemukan kafe ini di pinggir gang dengan plang kecil yang menonjol. Wajar kafe ini agak sulit dicari. Kamar saya bahkan lebih luas dari Graph Cafe. Luas kafe Chiang Mai ini hanya 2,5 x 4 m saja mungkin?

Kami pun segera memasuki ruangan kecil itu. Tampak 2 pegawai kafe yang hadir. Satu bertindak sebagai barista, satu lagi di kasir atau melayani pelanggan. Di meja barista terdapat beberapa mesin khas kedai kopi seperti mesin Espresso. Terlihat juga jejeran brownies yang dibungkus plastik beserta setoples kaca berisi kukis. Di dalam kafe hanya ada beberapa meja kotak dan kursi bulat untuk pelanggan karena besar ruangan yang terbatas.

Di sisi seberang meja kopi, terdapat nakas kayu jati yang berisikan jejeran kamera analog, timbangan manual dan mesin penggiling kayu. Nuansa ruangan ini mengingatkan saya kepada laboratorium air Teknik Lingkungan ITB yang berada di gedung lama dan memiliki nuansa Belanda yang khas.

rekomendasi kafe di chiang mai

Untung saya dan Hasan mendapatkan tempat duduk meski tempat duduk amat terbatas. Di depan kami duduk seorang pria pirang paruh baya dengan seorang anak laki-laki yang berusia belasan tahun.

Setelah melihat-lihat menu, akhirnya saya memesan Sompetch yang merupakan minuman dingin dengan campuran jeruk segar, coklat, susu, dan espresso. Di bagian pusat rasa terasa espresso dengan note berry. Campuran jeruk segarnya memperkaya rasa asidik dari espresso tersebut. Kemudian, jalinan rasa tersebut dilembutkan oleh rasa creamy susu dan dipertegas oleh rasa coklat. Bold, sour, sweet, dan soft dalam satu regukan.

rekomendasi kafe di chiang mai


Saya memang membawa botol minum milik Hasan, tapi saya juga membelikan ia sepotong kue brownies yang kemudian dipertanyakan status kehalalannya oleh suami sesampainya kami di rumah.

“Is this the first time you here?”, ujar sang pria di depan saya membuka pembicaraan.

Kami pun akhirnya banyak berbincang. Ternyata pria di depan saya berasal dari Australia yang sedang berlibur panjang bersama anak laki-lakinya yang sedang duduk disampingnya. Mereka melakukan perjalanan menyusuri Sungai Mekong dengan mengunjungi kota-kota sekitarnya. Setelah perjalanan menyusuri Sungai Mekong tersebut, mereka akan kembali dahulu ke Melbourne, Australia selama beberapa bulan untuk kemudian tinggal sebulan di Bali.

“Hah, kok orang bule tajir-tajir ya, liburan bisa sampai sebulan begitu. Kita aja perasaan semingguan aja engap uangnya”, pikir saya dalam hati.

Belakangan saya baru tahu kalau biaya hidup yang sangat rendah di negara ASEAN termasuk Indonesia  membuat warga negara Australia yang memiliki living cost lebih tinggi pasti merasa duitnya tidak habis-habis dengan hidup di negara-negara ASEAN.

“This is the second time we are coming to Graph Cafe, but not this branch.”, timpal seorang gadis berusia tiga puluhan yang duduk di belakang saya. Ia duduk berdua dengan seorang rekan perempuannya yang berusia sama. Mereka berasal dari Singapura dan pada hari itu juga mereka langsung menuju Bandara Internasional Chiang Mai untuk melanjutkan perjalanan ke negara berikutnya,

Ternyata ada 2 cabang Graph Cafe di Chiang Mai. Satu di Ravithi 1, tempat yang saya kunjungi ini, dan satu lagi di Nimmanhaemin yang ternyata dekat sekali dari tempat kami menginap. Saya kira cabang di Nimmanhaemin lebih luas, ternyata kurang lebih sama saja.

Di Graph Cafe, ini kali pertamanya saya merasakan suasana ngopi yang “intim” dimana para orang asing bertegur sapa bahkan tak jarang membagikan ceritanya. Berbeda sekali dengan kedai kopi terkenal punya nama bernuansa modern yang sarat nuansa kapitalis yang biasa saya rasakan di tengah kota Jakarta.

Graph Cafe yang berukuran kecil tidak menawarkan koneksi wifi dan tidak ramah “laptop” selayaknya kebanyakan imej kedai kopi. Kafe ini memiliki value yang hangat, bersahaja, dan akrab.

2. Ristr8to

Alamat: 15/3 Nimmanahaeminda Road, Tambon Su Thep, Mueang Chiang Mai District, Chiang Mai 50200, Thailand

rekomendasi kafe di chiang mai

Chiang Mai University yang menempati lahan seluas 14 kilometer persegi dan terletak tepat di depan gunung Suthep (Doi Suthep) membuat universitas ini memiliki pemandangan yang mengagumkan. Di jantung kampus terdapat Reservoir Ang Kaew \yang memiliki pemandangan menakjubkan.

Tepat dugaan saya, ternyata Chiang Mai University menawarkan tur dalam kampus dengan menggunakan mobil listrik. Pintu timur kampus hanya berjarak 1 kilometer lebih dari tempat penginapan. Saya pun memutuskan untuk melakukan tur kampus bersama Hasan. Tidak lupa saya mencari rekomendasi kafe di Chiang Mai yang berlokasi di sekitar kampus. Pilihan pun jatuh pada Ristr8to.

Apes, ternyata saya kurang riset. Portal untuk naik mobil listrik tur kampus ada di sebelah utara kampus sementara saya memasuki kampus dari sisi timur. Alhasil saya pun harus berjalan sejauh 2.5 kilometer sembari mendorong stroller demi menuju reservoir. Sisi baiknya, saya jadi lebih menikmati suasana kampus sambil sesekali mengambil foto.

rekomendasi kafe di chiang mai

Setelah sampai di reservoir dan menikmati suasana, saya pun memutuskan menggunakan jasa GrabCar meski jarak ke Ristr8to tidak jauh-jauh amat.

Kenapa saya pilih Ristr8to sebagai rekomendasi kafe di Chiang Mai persinggahan kami? Ternyata Ristr8to seterkenal itu pada jamannya karena sang barista yang juga sekaligus pemilik kafe memenangkan berbagai kontes barista. Tidak cuma di Chiang Mai saja, Ristr8to terkenal satu Thailand! Tidak heran kafe ini ramai sekali baik di tempat duduk luar ataupun dalam ruangan. Nimmanhamnida ini adalah lokasi turis dimana banyak berlokasi puluhan resto dan kafe. Kurang lebih seperti Kemang di Jakarta.

Di bagian eksterior, tampak plang jalan berwarna hitam yang menunjukkan arah berbagai asal biji kopi yang digunakan di kafe ini. Pemilik kafe juga dengan bangganya mencantumkan Australia Latte Art Champion dan World Champion Coffee Bean di plangnya. Ternyata tidak hanya kafe, tapi Ristr8to juga menjual biji kopinya serta mengadakan sekolah barista. Pantas saja kalau Ristr8tto menjadi rekomendasi kafe di Chiang Mai oleh banyak orang.

rekomendasi kafe di chiang mai

Eksterior yang menarik, membuat saya tertarik lebih melangkah untuk membuktikan klaimnya.

Interior Ristr8to memiliki nuansa industrial hitam dengan aksen kayu. Saya suka guratan kapur di dinding interior yang berwarna hitam berisi informasi dan infografik seputar proses kopi, jenis biji kopi, hingga daftar menu. Pelayan dan barista juga menggunakan kaos bebas berwarna hitam.

rekomendasi kafe di chiang mai

Menu kopi yang dijual oleh Ristr8to sangat lengkap. Mulai dari menu klasik seperti espresso dan cappucino, kreasi kopi yang diikutsertakan dalam kontes barista, hingga coffee liquor. Saya memesan segelas Dopper yang diklaim pernah menang di kejuaraan.

rekomendasi kafe di chiang mai

Menariknya, di halaman daftar menu kopi juga ada daftar 10 kedai kopi yang disarankan untuk Ristr8to agar disambangi juga. See? They empowered each other. This is the priceless coffee culture in Chiang Mai!

Tidak lama kemudian, pelayan datang membawakan segelas Dopper dengan gelas beling yang beralaskan tatakan kayu. Lucunya, tatakan kayu ini terdapat guratan identitas dari kopi tersebut. Tampak kolom dengan tulisan Acidity, Saltiness, Sweetness, Bitterness yang diberi ceklis oleh barista dengan pensil tingkat lemah atau kuatnya.

rekomendasi kafe di chiang mai

Konsep yang sungguh menarik. Sebelum menyeruput kopi, pelanggan mendapatkan gambaran visual kira-kira apa yang akan dirasakna oleh indra pengecap.

Dopper ini cukup unik, pada penjelasanyang tertulis di menu menunjukkan bahwa cara terbaik menikmatinya adalah dengan langsung menghirup selagi panas!

3. Omnia Cafe & Roastery

Alamat: 181/272 Photharam Rd, Mueang Chiang Mai District, Chiang Mai 50300, Thailand

rekomendasi kafe di chiang mai

Sejujurnya saya juga tidak menyangka bahwa Omnia Cafe ini berada di daftar rekomendasi kafe di Chiang Mai. Kenapa?

Karena letaknya.

Bertepatan dengan libur panjang akhir pekan di Chiang Mai, suami pergi ke luar kota (baca: Phuket) untuk mengikuti sebuah seminar disana. Benar-benar libur panjang karena akhir pekan ditambah dengan 2 tanggal merah memperingati kematian Bhumibol Adulyadej atau dikenal dengan Rama IX. Rakyat Thailand tampaknya sangat mencintai sosok ini. Lihat saja, liburnya sampai dua hari.

Tinggallah saya dan Hasan hanya berdua selama 3 hari. Dibanding bengong di penginapan, saya memutuskan untuk menyusun jadwal berpelesir selagi ditinggal suami.

Salah satu tujuan saya adalah The Highland People Discovery Museum. Saya sengaja merencanakan kunjungan museum ini di akhir-akhir minggu tinggal di Chiang Mai. Soalnya museum ini terletak sedikit jauh ke luar kota. Museum ini menampilkan sejarah suku asli yang awalnya menempati Chiang Mai. Kenapa disebut Highland People? Karena suku-suku ini menempati di area pegunungan.

Seperti biasa, saya mencari rekomendasi kafe yang berlokasi di sekitar sana. Ketemu! Pilihan saya jatuh kepada Omnia Cafe yang dapat ditempuh sekitar 1,2 km dengan jalan kaki. Jadi, mulailah perjalanan saya menggunakan Grab sampai ke museum dan kemudian berjalan kaki ke Kafe Omnia.

Kami menempuh perjalanan dengan sinar matahari yang menyengat, dan hawa panas yang kering. Lokasinya benar-benar tampak sudah di luar kota. Saya bahkan bagaikan menyebrang jalan protokol pantura. Setelah berpeluh keringat, akhirnya tampak juga kafe mungil dengan plang bertulisan “Omnia Cafe & Roastery”.

rekomendasi kafe di chiang mai

Kafe mungil dengan nuansa rumahan ini tampak hangat. Saya disambut dengan satu orang perempuan yang tampaknya pelayan dan satu orang pria yang merupakan baristanya. Setelah memarkir stroller di luar, saya dan Hasan memilih tempat duduk. Lebih tepatnya bebas memilih tempat duduk karena kami satu-satunya (dua) pelanggan di saat itu!

Sembari santai, saya memilih menu kopi yang ditawarkan dari daftar menu yang menggunakan kertas coklat daur ulang tebal dan dijepit dengan papan jalan. Ya mirip papan kalau mau ujian namun lebih estetik.

rekomendasi kafe di chiang mai


Meski habis bermandi peluh, saya urung memesan kopi dingin. Akhirnya pilihan jatuh pada Cappuccino (saja).

Tidak lama kemudian, pelayan datang dengan membawa secangkir hitam Cappuccino dengan 2 gelas air minum dingin bertatakan nampan kayu. How thoughtful! Pelayan membawa dua gelas karena menghitung juga pelanggan kecil yang datang aka Hasan.

rekomendasi kafe di chiang mai

4. Akha Ama Coffee (La Fattoria)

Alamat: 175/1 Rachadamnoen, Tambon Si Phum Mueang Chiang Mai District, Chiang Mai 50200, Thailand

rekomendasi kafe di chiang mai

Bisa dibilang, ini adalah kedai kopi terfavorit saya di daftar rekomendasi kafe di Chiang Mai yang saya buat ini.

Tidak terasa, sudah memasuki minggu terakhir saya dan sekeluarga di Chiang Mai. Saya sangat ingat itu adalah hari Jumat karena saya janji ketemuan dengan suami sehabis ia salat Jumat di masjid area Chang Khlan yang merupakan wilayah pemukiman yang banyak dihuni oleh Muslim.

Berdasarkan jarak dormitori dan Masjid Chang Khlan, kedai kopi yang berada di tengah-tengah adalah Akha Ama Coffee. Akha Ama Coffee sendiri seperti Ristr8tto dan Graph Coffee, memiliki beberapa cabang. Namun yang saya datangi adalah cabang yang berada di Kota Tua. Jarak dari dormitori ke Akha Ama La Fattoria kurang dari 2 km. Oleh karena itu, saya memutuskan berjalan kaki saja sambil mendorong Hasan di stroller. Saya selalu senang berjalan kaki karena dengan berjalan kaki, saya dapat menikmati dan mengamati berbagai hal serta melakukan street photography. Apalagi kurang dari seminggu lagi kami akan meninggalkan Chiang Mai kembali ke tanah air.

Selama perjalanan, saya baru menyadari bahwa di depan Rumah Sakit Maharaj Nakorn terdapat jajaran kedai makan kaki lima. Saya mencium bau babi yang diolah menjadi berbagai makanan dimana bau seperti ini tidak pernah saya hirup selama tinggal di Jakarta.

rekomendasi kafe di chiang mai
Rumah Sakit Maharaj Nakorn

Penampakan saya yang tidak warga lokal banget membuat seorang turis asing menghentikan sepedanya.

“Do you know where Wat Suan Dok is?”

1 bulan kami di Chiang Mai, 1 bulan pula kami tidak pernah mengunjungi kuil. Tapi saya tahu kami tinggal di area Suan Dok. Pun, saya yang hobi “berjalan-jalan” via Google Map pun dengan mudah menemukan dimana Wat Suan Dok.

“Just keep straight and you can turn left in front of the University Dentistry building.”

Setengah jam berlalu, saya dan Hasan pun sampai di depan Akha Ama La Fattoria. Posisinya mudah ditemukan. Banyak turis yang sedang bercengkrama sembari menyesap kopi di teras. Kami pun masuk. Beruntung kami langsung mendapat tempat duduk sembari memesan Cafe Latte.

rekomendasi kafe di chiang mai

Bagi saya, Akha Ama bagaikan gerai kopi Indie idealis. Pendiri Akha Ama Coffee adalah Lee Ayu Chuepa yang merupakan anak “desa” suku Akha Suku Akha sendiri adalah suku asli Thailand utara. Ia termasuk orang pertama di kampungnya pada saat itu yang mengecap pendidikan perguruan tinggi.

Ia pernah bercerita di TEDx Talks bahwa petani kopi di kampungnya sama sekali tidak pernah menikmati kopi. Mereka hanya bertani untuk menjaga roda perekonomian kampungnya. Lee Ayu pun tergerak untuk membuat kedai kopi yang benar-benar memberdayakan petani lokal. Tersirat dari motto Akha Ama Coffee: Socially. Empowered. Enterprise.

Di sudut kiri tempat saya dan Hasan duduk terlihat rak yang sebagian besar berisikan bijih kopi yang berasal dari berbagai ladang kopi di Thailand. Ada juga beberapa bungkus bijih kopi impor. Selain itu, saya juga melihat buku resep makanan Thailand vegetarian yang dikarang oleh orang Thailand juga.

rekomendasi kafe di chiang mai

Akha Ama Coffee La Fattoria sungguh terasa hangat. Pelayannya ramah juga diimbangi dengan rasa kopi berkualitas yang disajikan.

rekomendasi kafe di chiang mai

Saya perhatikan, sebagian besar kedai kopi lokal di Chiang Mai didesain bukan untuk bekerja, tetapi lebih untuk bersosialisasi. Terlihat dari ukuran yang tidak terlalu besar, meja yang kecil, dan jarak antar tempat duduk yang dekat.

Saya merasa sangat beruntung diberi kesempatan untuk ke Chiang Mai selama sebulan, termasuk melakukan perjalanan dari kedai kopi ke kedai kopi lainnya di kota yang kental akan budayanya serta terkenal akan kedai kopinya. Makanya, saya merasa butuh menulis daftar rekomendasi kafe di Chiang Mai ini.

Kedai kopi yang saling mendukung satu sama lain, ruangan kedai kopi yang ramah dan cuaca yang menyenangkan. Pantas saja kultur kopi di Chiang Mai menjadi incaran banyak turis.

Jadi sekarang kamu sudah mulai tahu kan pesona Chiang Mai? Ayo kunjungi Chiang Mai dan pastikan mengunjungi salah satu rekomendasi kafe di Chiang Mai di atas!

Chiang Mai Night Safari, Wisata Dibalik kaki Gunung

2 komentar
Tidak hanya kebun binatang, Chiang Mai sebagai kota terbesar kedua di Thailand juga memiliki Safari malam. Lokasinya persis di sebelah komplek Taman Flora Rajapruek. Kami berkesempatan mengunjungi taman safari ini di hari-hari terakhir kami di Chiang Mai. Yaitu hari Rabu, sementara hari Sabtu pesawat kami sudah mengudara menuju Kuala Lumpur.
chiang mai night safari

Chiang Mai Night Safari: Persiapan

Setelah hampir sebulan di Chiang Mai, kami cukup paham kalau kami tidak bisa seenaknya beli makanan di luar. Untuk menyiapkan diri, kami membawa bekal ringkas berupa nasi lauk di tas untuk makan malam. Kami juga bawa camilan dan air minum.

Kami memesan tiket masuk Chiang Mai Night Safari melalui aplikasi Klook. Selama di Thailand, saya merasa aplikasi ini sangat membantu karena bisa mendapatkan penawaran-penawaran wisata dengan harga lebih murah dibandingkan dengan harga aslinya. Misalnya, kami bisa mendapatkan harga sebesar 248 ribu rupiah per-orang sudah termasuk antar jemput dari tempat tinggal kami (kebetulan kami tinggal di cakupan area pick-up). Sementara harga tiket masuk aslinya 800 baht, atau sekitar 350 ribu rupiah! Belum lagi kalau dihitung dengan biaya transportasi pulang pergi menggunakan Grab yang sekali pergi bisa menghabiskan 80 ribu rupiah. Jadi dengan hanya membayar kurang dari 500 ribu (anak umur 3 tahun masih gratis), kami bisa mengunjungi Chiang Mai Night Safari tanpa pusing memikirkan transportasi pergi dan pulang. Sangat praktis kan! Oh ya, harga segitu sudah semua akses, termasuk 2 safari dan semua pertunjukan.

Ada 2 alternatif jadwal Klook yang bisa dipilih:
  • 3:00pm-8:30pm
  • 5:30pm-9:30pm
Jadwal pertama berdurasi 5,5 jam sementara jadwal kedua hanya 4 jam ditambah baru bisa pulang larut malam. Akhirnya kami memilih jadwal pertama agar tidak rugi. Kebetulan jadwal rumah sakit suami selama di Chiang Mai adalah sebelum Ashar sudah bisa pulang ke dorm. Saya ditelepon pukul 2:30pm oleh perwakilan travel lokal yang menangani pesanan Klook. Mereka bilang sekitar jam 3 sudah stand by di belakang dorm untuk dijemput. Sempat skeptis dengan banyak warga Thailand yang tidak bisa Bahasa Inggris, saya merasa lega sekali si perwakilan berbicara Inggris dengan baik. Sebelum pukul 3:30pm mobil travel sudah sampai. Sesuai dugaan saya, kami dijemput paling terakhir karena posisi tempat tinggal kami paling dekat dan searah dengan Taman Safari. Sebuah keuntungan bukan? Jadi kami tidak menghabiskan waktu lama di jalan. Mobil jemputan travel adalah mobil elf dan kami duduk di kursi paling belakang karena sudah penuh oleh turis dari Tiongkok.

Chiang Mai Night Safari

chiang mai night safari

Sebelum pukul 4:00pm kami sudah sampai di taman safari. Si pembimbing dengan sigap mengurus semua tiket kami. Intinya kami tinggal menerima tiket dan masuk ke gerbang masuk taman safari.  Ia juga berpesan agar jam 8:00 sudah stand by di gerbang luar untuk persiapan kepulangan kami ke tempat tinggal masing-masing. Sebelumnya kami lihat jadwal pertunjukan dan trem safari yang terpampang sebelum gerbang masuk guna menyusun strategi agar bisa memaksimalkan kunjungan kami. Begini jadwalnya:
chiang mai night safari

Berbeda dengan Taman Safari Cisarua Bogor, Chiang Mai Safari memiliki sedikit pertunjukan. Akhirnya kami memutuskan pukul 4:00pm sampai maksimal 5:10pm untuk bersantai menikmati jajaran hewan yang terpampang di masing-masing kandang ekosistem layaknya kebun binatang biasa. Mereka menyebutnya Jaguar Trail Zone. Pukul 5:20 kami jadwalkan untuk menonton Night Predators Show. Setelah itu kami lanjutkan dengan menonton Tiger Show. Berbeda dengan pertunjukan di Taman Safari Bogor yang hanya sekitar 15 menit, di Taman Safari Chiang Mai kedua pertunjukan ini menghabiskan waktu masing-masing sekitar setengah jam. Pukul 6:50 langsung direncanakan untuk menikmati Night Safari yang menggunakan bahasa Inggris. Safari malam ini memiliki 2 stasiun, Savanna Safari yang lebih berisi hewan-hewan herbivora dan Predator Prowl yang berisi hewan-hewan pemangsa. Sekali perjalanan menghabiskan setengah jam. Karena 2 stasiun jadi menghabiskan 1 jam.
chiang mai night safari

Jaguar Trail Zone

chiang mai night safari

Hari masih sore,  jadi kami putuskan untuk menjelajah Jaguar Trail Zone. Terdapat danau entah asli atau buatan di tengah-tengah komplek Taman Safari. Seperti kebun binatangnya, posisi Taman Safari yang persis disamping Doi Suthep membuat pemandangan yang ditawarkan sangat indah dan berkesan. Ditambah langit yang sangat cerah berawan menambah rona pemandangan di sore itu.  Padahal, sebelum keberangkatan kami was-was mengingat cuaca Chiang Mai akhir-akhir itu adalah hujan. Rute kebun binatang didesain mengelilingi danau tersebut. Jalur dan kandang tampak bersih dan terawat. Sayang sekali, di sepanjang jalur sangat minim penerangan. Sontak saya pun langsung bersyukur dengan keputusan yang kami ambil, yaitu jadwal yang pertama. Saya tidak dapat membayangkan jika kami mengambil jadwal Klook yang kedua, selain pasti akan kejar-kejaran jadwal dan binatang-binatang yang berada di Jaguar Trail Zone pasti tidak terlihat sama sekali.
chiang mai night safari

Koleksi binatang yang ada cukup lengkap dan variatif serta tidak jauh berbeda dengan koleksi Chiang Mai Zoo. Ada angsa, llama, cendrawasih, kura-kura, kadal, buaya, flamingo, burung, kapibara, macan, dan lain-lain. Didukung dengan jalur setapak yang bernuansa pepohonan, membuat perjalanan terasa berada di hutan.
chiang mai night safari
chiang mai night safari
chiang mai night safari
chiang mai night safari
chiang mai night safari
chiang mai night safari

Night Predators Show

chiang mai night safari

Kami selesai mengitari danau tepat pukul 5:05 dan langsung menuju arena pertunjukan Night Predators Show. Lucunya, arenanya berada di luar pintu masuk taman safari, sehingga tangan kita dicap dahulu saat keluar gerbang sebagai tanda kita pengunjung yang sah. Jadi, kalau nanti balik lagi masuk melalui pintu pengunjung bisa langsung masuk. Sesampai di area pertunjukan tiket kami dimintai oleh petugas untuk dicoblos, sebagai pertanda sudah dikunjungi. Arena sudah ramai dijejali oleh penonton. Tempat duduknya menyerupai stadion yang bertangga-tangga. Setelah menaruh stroller di paling belakang, kami berusaha mencari tempat duduk yang masih oke posisinya untuk menonton.
chiang mai night safari

Ternyata, tidak lama setelah kami menaruh pantat, pertunjukan langsung dimulai. Kami tepat waktu!

Pertunjukan dimulai dengan iring-iringan landak menggemaskan yang melintas di jalur depan yang melintang. Setelah itu muncul singa yang lagi berburu mangsanya. Setelah beres, muncul 3 kukang (?) berjalan diatas tali dan mengambil makanan yang sudah disediakan sebelumnya. Pertunjukan ditutup dengan singa yang memanjat pohon untuk mengambil daging dan kemudian berenang di kolam yang disediakan. Saat pertunjukan ada suara yang menjelaskan. Bahasa Thai dan Inggris bergantian secara acak. Benar-benar pertunjukan  yang mengesankan dan penonton tampak puas.

Tigers Show

chiang mai night safari

Karena pertunjukan berakhir pukul 5:50pm, maka dijamin semua penonton di arena Night Predators Show langsung bergegas menuju arena Tigers Show. Arena berada di dalam taman safari, tepatnya di bagian timur danau. Penonton sudah banyak menjejali tempat duduk, kami pun benar-benar menyelipkan diri agar mendapat posisi yang bagus. Berbeda dengan arena sebelumnya, arena kali ini berbentuk panjang dan meski tempat duduk penonton bertangga-tangga tapi sangat kecil dan tidak lebar. Sehingga pasti saat pertunjukan penonton ujung kanan tidak akan bisa melihat atraksi yang sedang dilakukan di ujung kiri, vice versa. Beruntung kami mengambil tempat duduk di tengah, jadi bisa menyaksikan semuanya dengan cukup baik.
chiang mai night safari

Para harimau bergantian muncul beserta dengan pelatihnya melakukan atraksi-atraksi yang spesifik. Sebagai contoh, atraksi pembuka adalah sang harimau yang bernama Nemo diajak untuk memberi salam kepada penonton. Ada juga harimau yang melompat-lompat ke platform yang disajikan, berdiri, loncat berdiri, melompat ke kolam hingga harimau-harimau yang dijejerkan berdiri sesuai ketinggiannya. Lucu dan menghibur sekali.
chiang mai night safari

Oh ya, sepanjang pertunjukan disertai dengan murni bahasa Thai. Berbeda dengan pertunjukan sebelumnya yang berupa rekaman kaset, kali ini benar-benar petugasnya yang mengisi suara. Setelah pertunjukan selesai para pelatih keluar dari arena dan memberi hormat kepada penonton, tidak lupa sembari memegang kotak sumbangan untuk penonton yang bersimpati mengulurkan tangan untuk kemajuan taman safari. Tampak juga beberapa penonton yang langsung memberi tip kepada para pelatih.
chiang mai night safari

Safari Malam

chiang mai night safari

Selepas pertunjukan, terbersit di kepala saya untuk memberi Hasan makanan terlebih dahulu. Benar saja sesuai dugaan, selain memang kami tidak bisa jajan sembarangan, tidak ada restoran khusus di area taman safari. Seingat saya restoran adanya di luar gerbang, tepat di drop point kami tadi. Yang ada hanya tukang jualan disepanjang lorong menuju Safari Malam. Sempat terbersit di kepala saya untuk melipir dan memberi makan Hasan. Tapi kok suami tampak memburu-buru saya untuk mengejar jadwal safari. Ternyata kami harus berkumpul jam 8:00pm di gerbang masuk sementara sudah pukul 6:30pm. Padahal, masing-masing safari malam berdurasi 30 menit. Belum lagi waktu tunggunya. Akhirnya saya mengurungkan niat, cuma menawarkan Hasan apakah ia mau camilan. Melihat ke arah danau, harusnya ada pertunjukan air mancur. Tapi pertunjukan itu tidak ada, entah karena memang pada saat itu hujan. Ternyata kata seorang teman yang berdomisili di Chiang Mai, beberapa bulan lalu saat mereka berkunjung kesana juga tidak ada pertunjukan air mancur meski hari cerah.
chiang mai night safari

Ada 2 jadwal safari malam, yakni trem yang menggunakan bahasa Thai dan bahasa Inggris. Karena takut tidak terburu mengejar jadwal safari malam, suami memutuskan mengambil trem berbahasa Thai dengan asumsi wisatawan lokal tidak akan ramai mengingat kami berkunjung di hari kerja. Disini perdebatan kami terjadi. Suami kekeuh demi mengejar jadwal, saya kekeuh mengingat ingin mendengar penjelasan pemandu. Akhirnya keputusan jatuh kepada menggunakan trem berbahasa Thai. Ternyata kami blunder, justru jalur tersebut ramai sekali, sayangnya kami ketinggalan dan harus menunggu giliran trem berikutnya. Sementara jalur trem berbahasa Inggris lancar dan kami pasti langsung naik jika memilih trem tersebut. Untung trem batch berikutnya muncul tidak lama-lama amat. Kami langsung naik, meski saya agak manyun karena jadinya harus menikmati sajian makhluk-makhluk predator dengan bahasa yang tidak dimengerti.
chiang mai night safari

Trem memasuki kawasan gelap gulita dengan jalanan mendaki karena memang benar-benar kami berada di kaki gunung. Saat berhenti di titik-titik pemberhentian hewan, trem melambat sembari lampu kanan dan kiri dihidupkan agar pengunjung dapat menyimak hewan  yang ada. Kami dapat melihat hewan-hewan seperti singa, macan tutul, harimau, cheetah, anjing hutan dan sebagainya.  Karena sebagian besar makhluk predator adalah nokturnal, maka mereka tampak aktif ketimbang jika saat siang hari yang hanya tampak malas-malasan. Meskipun ini safari hewan predator, sebelum melihat sajian hewan-hewan tersebut entah kenapa kami juga disuguhkan dengan aneka ragam jenis rusa. Mungkin menyajikan hewan buruannya ya.
chiang mai night safari

Setelah setengah jam menyaksikan hewan-hewan predator, kami berjalan sedikit menuju area Savannah Safari. Belajar dari pengalaman sebelumnya, kami mengambil antrian trem yang berbahasa Inggris. Antrian sudah cukup lumayan dan kami menghabiskan waktu kira-kira 15 menit untuk menunggu trem giliran batch kami datang. Hasan mulai tampak agak mengantuk karena memang sudah mulai memasuki jam tidur, tapi ia tetap melek dan bahagia menyaksikannya. Sama seperti Predator Prowl, sajian hewan pertama kali adalah aneka rusa. Setelah itu kami bisa melihat zebra, jerapah, gajah, dan sebagainya. Pengunjung dipersilahkan untuk memberi makan hewan-hewan tersebut menggunakan wortel yang dijual di pintu masuk trem.
chiang mai night safari

Kami menyelesaikan semuanya pukul 8.00pm. Wah pas sekali dengan jam perjanjian. Kami menemukan sang pemandu berdiri di pinggir pintu keluar. Kemudian ia meminta kami untuk menunggu karena hendak mencari anggota tur yang lainnya. Selain kami, ada 1 keluarga sesama tur yang sudah menyelesaikan kunjungan juga, namun tiba-tiba mereka pergi kearah luar. Tinggallah kami bertiga disana beberapa waktu, sampai akhirnya selular saya berdering dan ternyata itu adalah sang pemandu. Ia menanyakan apakah kami hendak dijemput di bundaran pintu masuk agar kami tidak kehujanan. Akhirnya kami pun dijemput dan ternyata semua anggota tur sudah didalam mobil. Wah artinya kami anggota terakhir dong ya!

Karena kami dijemput paling terakhir, berarti kami juga diantar paling pertama karena tempat tinggal kami paling dekat. Hore! Kami bertiga pun merasa puas begitu sampai di belakang dorm. Semuanya berjalan lancar, sampai terjadi suatu tragedi.

Tragedi Pasca Chiang Mai Night Safari

Saya merogoh tas demi mencari kartu masuk gedung dorm. Ternyata tidak ada! Panik donk ya. Saya berusaha mengingat dimana kira-kira kunci itu terjatuh. Saya berniat menelfon sang pemandu untuk minta tolong dicek apakah ada kunci di jok belakang mobil, tapi sudah terjatuh ketiban tangga, HP saya habis baterai sementara casan ada di kamar. Mencoba berpikir jernih, saya menanyakan apakah rekan suami saya yang sama-sama tinggal di dorm hp-nya iPhone juga. Ternyata tidak.

Kemudian saya pelan-pelan mengingat kemana saja kami pasca keluar dari gedung dorm sore itu. Kami duduk di kursi-kursi batu di taman belakang dorm. Kemudian saya berlari mencoba mencari kunci tersebut di jajaran kursi-kursi terebut dalam kegelapan. Ternyata tidak ada juga. Saya mulai panik kembali. Bagaimana sih, dalam beberapa hari lagi kami balik ke Indonesia masa ada kejadian tidak mengenakkan begini. Urusannya juga pasti repot kalau benar-benar hilang.

Akhirnya suami memiliki ide untuk ke desk manajemen yang berada di gedung berbeda. Disitu suami saya melaporkan kejadian meski agak berbohong. Ya, dia minta tolong dibukain kunci gedung dan kamar dengan alasan kuncinya tertinggal di dalam kamar. Akhirnya bersama satpam kami kembali ke dorm dan dibantu untuk dibukakan kuncinya. Alhamdulillah akhirnya kami masuk kamar. Saya langsung mengecas HP dan mengirim sms ke pemandu perihal kunci hilang. Lega rasanya. Setidaknya perkara kunci ini bisa ditunda sementara sampai besok.

Esoknya, pikiran saya mulai kalut kembali semenjak bangun tidur. Saya baru bisa mencari kunci hanya bisa setelah suami pulang, karena butuh 1 orang yang stand-by di dalam gedung untuk buka-tutup pintu gedung dorm. Kalau pintu kamar gampang, kan bisa tidak dikunci.

HP saya berdering, ternyata itu telepon dari sang pemandu. Ia mengabarkan bahwa supir mobil tersebut tidak menemukan kunci yang dimaksud. Mencelos lah hati saya. Ah kemungkinan keberadaan kunci ini menghilang satu. Tinggal berharap semoga kunci tersebut ada yang menemukan di halaman belakang dorm.

HP berdering kembali, ternyata suami mengirimkan foto kunci kamar dengan bermodalkan memfoto kunci kamar rekannya. Sepulang suami, saya langsung bergegas ke halaman belakang dorm. Celingak-celinguk, wah untung ada pria berpakaian seperti satpam. Sontak saya bertanya kepadanya dengan menggunakan Bahasa Inggris sesederhana mungkin (ya, saya masih skeptis soal kemampuan berbahasa inggris orang sana), tepat dugaan saya, dia terlihat bingung. Kemudian, ia tampak meminta tolong kepada mahasiswa yang lewat untuk membantu komunikasi kami. Si Mahasiswa bertanya menggunakan bahasa Inggris apa yang saya butuhkan. Saya menyampaikan apakah sang satpam mendapat laporan ada kunci hilang di sekitara situ. Si mahasiswa juga tampak bingung. Iya, bahkan level mahasiswa pun kemampuan bahasa Inggris mereka juga tergolong kurang baik 😓. Ia menyampaikan seadanya kepada si satpam. Saya menangkap gelagat si satpam juga bingung. Kemudian saya punya ide, saya tunjukkan gambar kunci kiriman suami. Dia langsung menangkap maksud saya. Sang satpam juga langsung terbirit-birit ke gedung belakang begitu si mahasiswa menunjukkan gambar.

Secercah harapan muncul.

Sang satpam kembali dengan kunci yang dimaksud.

"Khab Khun Krab!", pekik saya kepada sang satpam dan mahasiswa.

ALHAMDULILLAH
ALHAMDULILLAH
ALHAMDULILLAH

Alhamdulillah masalah kali ini berakhir dengan bahagia. Saya langsung terbirit-birit pulang untuk bercerita kepada suami. Ternyata memang dari awal suami mengirim foto itu agar bisa langsung menyampaikan secara isyarat soal kunci itu. Oalah, ternyata saya yang tidak menangkap maksud suami. Mungkin sudah terlalu kalut, hehe.

Hati saya lega. Kami juga jadi bisa fokus menyiapkan barang-barang untuk pulang lusanya.

Terima kasih Chiang Mai atas pengalaman-pengalaman berharganya! 😏
chiang mai night safari