Tampilkan postingan dengan label Gaya hidup. Tampilkan semua postingan

Review Edokko Playground: Keseruan untuk Semua Usia

Tidak ada komentar
Setelah sekian lama muncul di feed notifikasi soal Edokko Playground, benarkah review Edokko Playground seoke itu?

review edokko playground

Sudah beberapa tahun terakhir kami lebaran di Jakarta saja. Lebaran di Jakarta tentu memiliki sisi positif juga, salah satunya menikmati jalanan Kota Jakarta yang lengang. Karena di Jakarta saja, otomatis si bungsu yang libur sekolah selama 3 bulan praktis tidak ke luar kota. Apakah membosankan? 

Tentu tidak, banyak sekali tempat hiburan Kota Jakarta yang bisa dieksplorasi di Kota Jakarta. Mulai dari wisata alam, sejarah, hingga taman bermain. Setelah scrolling Traveloka, saya menemukan deal yang menggiurkan banget. Saya bisa membeli tiket Edokko untuk durasi 2 jam hanya dengan setengah harga!

Belum lagi jika ditambah dengan kupon kode di Traveloka. Jadi super murah. Bayangkan, untuk tiga anak termasuk tiga pendamping kurang dari 250 ribu rupiah! Mau dibocorin kupon kodenya apa? Sssttt, baca terus sampai bawah ya!

Lantas, apakah Edokko Playground memuaskan dan sebanding dengan harganya? Simak review Edokko Playground di bawah ini!

Yang berkesan di review Edokko Playground

review edokko playground

Area Jakarta Barat adalah area yang tampaknya paling jarang saya kunjungi secara sengaja kecuali ada keperluan, ya contohnya karena Edokko Playground di Puri Indah Mall. Meskipun lokasinya di Jakarta Barat, sangat mudah menuju ke lokasi karena relatif keluar-masuk tol saja. Saya kaget ternyata Puri Indah Mall seluas dan selengkap itu. Edokko Playground berada di lantai 3 gedung timur

Edokko Playground adalah tempat bermain yang mengusung tema Jepang. Benar saja, saat memasuki gerbang, kami melihat patung kucing Jepang besar dan disambut oleh resepsionis yang memakai kimono.

review edokko playground
Proses check in di Edokko juga sangat mudah. Saya tinggal menunjukkan layar konfirmasi pembelian melalui Traveloka dan langsung diverifikasi. Kemudian petugas memberikan nomor gantungan kunci loker dan gantungan penitipan stroller.

Memasuki area playground, kami disambut dengan suasana penuh ornamen Jepang berupa lampion Jepang, bunga sakura artifisial, hingga jembatan dan jalanan batu ala Jepang. Kami langsung menuju ke sisi kiri dimana ada gapura bertuliskan “SEKOLAH NINJA”.

Lucu juga ya, jadi seolah-olah wahana playground adalah wahana latihan menjadi ninja. Tersedia pula kimono yang dapat dipakai oleh anak untuk lebih menghayati.

Semua umur dapat menikmati

review edokko playground

Meski masih libur lebaran, suami sudah masuk kantor sehingga pendamping dewasa hanya saya dan mertua berdua. Kami bawa 5 anak (anak saya dan sepupunya) dengan rentang usia dari 2,5 tahun hingga 8 tahun.

review edokko playground


Semua bisa menikmati karena range permainan di Edokko Playground benar-benar bervariasi. Mulai dari kolam bola mini untuk anak dibawah 1 tahun hingga wahana “agak berbahaya” seperti ayunan flying fox. Anak-anak bisa memilih permainan apa yang bisa dimainkan sesuai dengan preferensi dan kemampuan mereka.

review edokko playground

2 balita gadis saya yang berumur 2,5 dan 4 tahun sangat menikmati permainan memanjat jaring, perosotan kolam bola, hingga brakiasi besar yang disebut “castle”. Brakiasi ini di dalamnya selain panjat-panjatan terdiri berbagai macam halang rintang seperti jembatan titi, kolam ruangan bola, hingga ayunan flying fox.

Berhubung 2 anak balita saya masih perlu diikuti saat bermain, naik-turun mengikuti mereka main sungguh seru dan lumayan menaikkan denyut jantung. Jujur saya pun ikut menikmati naik-turun wahana.

review edokko playground

Di sebelah kolam bola raksasa, ada “wahana” yang disebut Gunung Fuji. Jadi anak-anak memanjat “Gunung Fuji” yang katanya memiliki tinggi 3 meter lebih dan kemudian turun melalui perosotan stainless steel. Tidak semua anak berani turun melalui perosotan setelah mendaki. Tidak perlu khawatir, ada petugas yang membantu di atas dan anak bisa turun melalui tangga via akses pintu belakang.

Ada Mini game

review edokko playground


Di tengah Edokko Playground, ada sekumpulan kios-kios bernuansa Jepang yang dikelilingi oleh jalur “rel” kereta api. Oh ya, anak-anak bebas mau naik kereta api mini ini kapan pun, asal jangan lupa untuk gantian dengan yang lain ya! Orang dewasa sebagai pendamping cuma boleh satu yang ikut dari seluruh rangkaian kereta api.

review edokko playground

Ada banyak mini game yang bisa dimainkan apabila anak ingin agak istirahat fisiknya tapi tetap ingin bermain dengan cara duduk-duduk. Ada pasir kinetik, chip magnetik, atau pun main simulasi main belanja-belanjaan. 

Tidak hanya itu, pendamping dewasa yang sudah mulai bosan bisa sembari berjalan-jalan dan berfoto dengan latar suasana Jepang. Lumayan kan, menikmati suasana ala-ala Jepang tanpa harus jauh-jauh ke Jepang. Hitung-hitung pemanasan sebelum ke Jepang, hehe.

review edokko playground
review edokko playground

Ada live interaction

review edokko playground

Tepat sebelum jadwal sesi kami selesai, tiba-tiba terdengar suara halo-halo dari Microphone di jam setengah 1. Ternyata ada sesi live interaction di dekat gerbang masuk gapura bertuliskan “Sekolah Ninja”.

Saat kami menuju area, saya melihat seorang MC berpakaian kimono Jepang, seorang yang berpakaian ninja hitam, dan satu orang lagi berpakaian biasa yang menjadi asisten. Ternyata MC mengajak anak-anak untuk seru-seruan bareng menangkap sang ninja yang (ceritanya) kabur. Anak-anak juga antusias mengikuti jalannya acara.

Beristirahat sejenak

review edokko playground

Di sisi ujung, tepatnya bersebelahan dengan restoran, terdapat bangunan dengan suasana rumah tradisional Jepang. Bangunan dengan koridor teras, pintu geser, tatami, meja rendah, dan alas duduk di lantai. Persis kayak yang kamu lihat di komik-komik.

Ruangan ini difungsikan untuk pendamping dan anak yang hendak beristirahat. Di bagian sini juga terdapat toilet dan diseberangnya juga ada restoran. Buat yang beli tiket untuk seharian, lumayan kan tidak usah keluar dari Edokko Playground untuk susah-susah cari makan siang. Tinggal duduk manis di restoran bergaya Jepang dan memesan yang kamu suka.

Review Edokko Playground: Yang harus dibenahi

Jujur, berkesan sekali pengalaman (menemani) anak-anak main di Edokko Playground. Namun saya melihat beberapa sisi yang perlu diperhatikan oleh manajemen Edokko Playground demi menciptakan pengalaman bermain yang lebih aman, nyaman, dan menyenangkan. Apa saja yang perlu dibenahi?

1. Safety feature kurang memadai di beberapa aspek

review edokko playground

Sebelum pergi ke Edokko, saya terbiasa melihat ulasan terlebih dahulu, salah satunya ulasan dari Traveloka karena memang kebetulan saya membeli tiket disana.

“Aku lihat flying fox-nya ada yang kurang safety, makanya aku lebih nyaranin anak yang berusia cukup tua yang main di Edokko.”

Akhirnya saya melihat juga “flying fox” mana yang yang dimaksud oleh sang ibu ini. Lokasi Flying Fox ada di atas “istana”. Tidak panjang dan ada jaring-jaring di bawahnya. Namun flying fox ini tidak ada safety belt pengikat dengan pegangan atau tempat duduknya. Memang sih mereka berinisiatif memasang jaring-jaring agar jika ada (semoga jangan pernah ada!) yang jatuh, maka akan tertangkap jaring-jaring. Namun, saat flying fox berhenti di ujung paling bawah, akan ada sentakan yang mana jika anak akan jatuh jika fisiknya tidak siap. Meski pun tertangkap jaring-jaring, tetap ada risiko cedera yang cukup berarti.

Saat saya menemani (baca: mengekor) kedua anak gadis, saya pun bertanya ke mba yang bertugas membantu anak naik flying fox.

“Mba, ini anak saya yang 4 tahun boleh naik ga?”

Dengan muka sedikit ragu dan tidak langsung menjawab, ia mengatakan,

“Boleh aja, asal anaknya yakin.”

Lah, jadi menyerahkan feeling begitu saja kepada anak? Harusnya pihak Edokko punya SOP minimal berat badan/tinggi badan/usia anak yang boleh menaiki wahana.

Sebenarnya saya lihat sih ketentuan seperti ini di dekat perosotan gunung Fuji, minimal tinggi 100 cm. Tapi sepertinya hanya disitu saja!

Mungkin akan lebih baik jika Edokko menyewa konsultan safety playground untuk menciptakan pengalaman aman, nyaman, dan menyenangkan di Edokko Playground. Bingung cari ke siapa? Bisa hubungi saya ya, nanti saya beri tahu rekomendasi tenaganya!

2. Ornamen terlepas yang kurang diperhatikan

review edokko playground

Saya bukanlah pengunjung rewel yang menjujung kesempurnaan penampilan. Apalagi semata cuma penjualan dengan gimmickinstagrammable”.

Di tangga yang berada di area minigame dan selfie di Edokko Playground, saya menemukan pengaman ujung kaki tangga yang terlepas. Tangganya cukup curam, saya memahami itikad baik pihak Edokko Playground untuk minimalisir cedera bagi yang terpeleset di tangga ini.

Namun sayang sekali, saya melihat banyak pengaman ujung tangga yang terlepas disini. Sungguh menaikkan potensi bahaya. Pihak Edokko kurang tanggap menyikapinya. Padahal tinggal mengelem kembali. Tidak sulit.

Pun, untuk orang dewasa yang minim risiko cedera di area tangga ini juga tidak menguntungkan. Padahal posisi tangga ini cukup instagrammable. Eh karena banyak pengaman tangga belepotan, langsung keliatan jelek banget.

Sayang banget kan?

Akankah kami kembali lagi ke Edokko Playground?


Yes, of course!

Edokko Playground sejauh ini adalah salah satu playground yang unik dan menyenangkan meski menurut saya harganya cukup lumayan. Di Edokko Playground, semua usia bisa menikmati. Mulai dari bayi, balita, anak-anak usia sekolah dasar, hingga orang tuanya sekali pun!

Edokko Playground membuat kami ingin kembali ke area mall yang sebelumnya tidak bakal kepikiran deh akan disambangi karena cukup jauh dari rumah kami.

Kamu penasaran ingin main di Edokko Playground juga tapi tidak jadi-jadi karena harganya (terasa) mahal? Ikuti langkah di bawah ini:
  1. Buka aplikasi Traveloka
  2. Klik Xperience
  3. Search “Edokko Playground”
  4. Pilih tiket sesuai jadwal dan banyaknya pengunjung
  5. Arahkan ke menu pembayaran
  6. JANGAN LUPA masukkan kode promo “XPWITHZENETH”
  7. Selamat menikmati tiket Edokko diskon hingga 20%! Belum lagi kalau harga awalnya sudah diskon, seperti kami yang bagaikan membeli tiket Edokko diskon 60% hehe.

Sampai jumpa kembali di Edokko ya!



Dua Cerita Pendek tentang Aliran Rezeki tak Terduga

17 komentar
Manusia kerap menerjemahkan aliran rezeki hanya perkara material. Padahal rezeki memiliki arti yang sangat luas. Mulai dari keluarga yang baik, kemudahan hidup, kesehatan, lingkungan keluarga yang suportif, kepastian bisa makan tiap hari, hingga nikmat iman.

Aliran rezeki pun tidak sekaku perkara gaji bulanan yang rutin didapatkan saja. Lagi ingin jajan martabak tiba-tiba dibeliin suami martabak tanpa harus bilang juga termasuk rezeki. Lagi butuh uang tiba-tiba nemu seratus ribu nyelip di saku celana juga termasuk rezeki.

Aliran rezeki juga tidak sesempit apa yang murni kita usahakan saja. Kita disunnahkan untuk menyisihkan sebagian uang untuk sedekah secara rutin. Sedekah bagaikan bertransaksi dengan Allah dimana tidak akan pernah rugi. Bahkan dilipat gandakan. Eits, tapi jangan sampai niat utama bersedekah itu karena ingin “diganti berlipat-lipat” apalagi dalam bentuk uang, lho! Bersedekah itu harus ikhlas.

Tidak hanya itu, kita memperlancar hidup orang lain juga termasuk pintu masuk rezeki dan menambah aliran rezeki kita.

aliran rezeki

Cerita dibalik sebuah stroller pinjaman

Alkisah beberapa tahun lalu saat anak kami baru satu dan masih berusia balita, orangtua saya mengajak kami sekeluarga besar ramai-ramai ke Taman Safari. Karena rumah orangtua lebih dekat dengan Taman Safari, kenapa kami tidak sekalian menginap disana.

Semua juga tahu kalau Taman Safari memiliki area yang sangat luas. Meski beberapa area dilakukan dengan perjalanan mobil, area yang ditempuh dengan berjalan kaki juga tidak kalah luas. Pasti lah stroller menjadi barang yang tidak boleh terlupakan.

Sayangnya, saya baru ingat kelupaan membawa barang maha penting ini ketika sudah sampai di rumah ortu. Padahal, sebelum berangkat sudah saya patri di otak saya agar jangan sampai lupa terbawa.

Qadarullah, kami pun harus bersikap adaptif. Saya berusaha mencari rental stroller di sekitar Cibubur (area rumah orangtua) namun tidak kunjung ketemu. Akhirnya terbersit di pikiran saya untuk mencari pinjaman stroller hanya untuk sehari saja di beberapa Whatsapp Group (WAG) yang saya tahu ada beberapa yang berdomisili di Cibubur. Tidak lama kemudian saya mendapat balasan seperti ini.

“Gw tinggal di Apartemen Cibubur, gw ada stroller tipe x. Mau pinjam?”

Pucuk ulam tiba, saya pun menyambut tawaran tersebut. Karena agak sibuk saya memutuskan mengambil barang tersebut melalui Gocar. Biaya Gocar juga tidak mahal karena lokasinya yang relatif dekat.

Betapa stroller memudahkan perjalanan kami saat membawa si sulung di Taman Safari. Tepat dugaan saya, banyak jalan antar wahana kandang di taman safari yang menanjak. Tidak kebayang rasanya jika harus menggendong anak balita, sepanjang perjalanan, meski menggunakan gendongan sekali pun.

“Makasih ya, asli strollernya berguna banget. Minta waktu bentar ya mau cari londrian dulu.” Ketik saya di Whatssapp.
“Ga usah, dibalikin langsung juga ga masalah kok, hehe.”

Asli saya merasa tidak enak. Udah lah dipinjam gratisan, yang punya juga menolak agar stroller dicuci dahulu. Memang saya sudah meminimalisir sedemikian mungkin agar stroller tidak jorok selama perjalanan. Tapi tetap saja kan, apalagi sempat hujan di Taman Safari. Kebayang kan lumpur yang lengket paling tidak di roda stroller?

Saya pun segera memesan Gocar dan mengembalikannya ke teman saya itu. Sampai tiba-tiba saya mendapat balasan WA yang mengejutkan.

“Asli ga nyangka banget, begitu gw minjamin stroller, tiba-tiba suami gw dapat rejeki tidak terduga!”

Wah, ini kah salah satu contoh memudahkan orang lain dibalas dengan aliran rezeki instan lainnya?

Cerita dibalik makanan katering


Kali ini contoh cerita aliran rezeki tak terduga bukan saya yang mengalaminya. Tetapi ustadz (guru sekolah) si sulung.

“Ma, Hasan mau ikut catering kayak teman!” Pinta Hasan.

Si sulung biasanya membawa bekal makan siang dari rumah. Namun, karena beberapa temannya ikut katering, tentu saja ia ingin merasakan makan katering bersama teman-temannya. Makanya tiap seminggu per-bulannya si sulung langganan katering. Kebetulan penyedia katering adalah ibu dari salah satu teman Hasan. Jadinya enak komunikasi memesan kapan saja si sulung mau katering.

Biasanya saat akhir pekan saya menawarkan kapan si sulung mau katering di bulan tersebut. Namun Qadarullah, di bulan Februari ini saya lupa sekali menawarkan si sulung. Sampai di suatu hari senin ia mengatakan kapan ikut katering karena merasa sudah lama tidak ikutan.

Maka saya langsung pesan katering sampai senin depannya (biar genap lima hari) kepada ibu temannya Hasan.

Qadarullah, esoknya Hasan sakit panas. Saya lupa bilang soal katering ini kepada ustadz Hasan agar disalurkan saja jatah Hasan kepada yang membutuhkan. Sampai saya mendapat pesan Whatsapp ini.

“Ummu, katering Hasan boleh saya makan?”

Tentu saja saya memperbolehkan. Tahu ia butuh, mending saya langsung sampaikan agar langsung konsumsi saja. Lagian saya pikir esok hari Hasan sudah masuk lagi melihat riwayat ia sakit yang hanya sebentar. Ternyata dugaan saya salah. Hasan izin sakit sekolah sampai 4 hari! Alias hampir seminggu saat menyatakan ia ingin katering esok harinya.

Alhamdulillah, artinya saya mentraktir ustadznya Hasan makan siang selama 4 hari ya, haha. Tentu saja saya tidak berkeberatan, unik saja kalau diingat-ingat. Secara tidak langsung ustadz si sulung mendapat aliran rezeki tak terduga dari orangtua salah satu muridnya berbentuk makan siang.

Insya Allah si sulung masuk senin nanti. Namun kasihan juga ya, dia minta katering tapi hanya menikmati sehari. Tampaknya saya akan memperpanjang katering si sulung sampai hari Jumatnya, alias nambah empat hari.

Sebuah rezeki tambahan untuk ibu temannya si sulung bukan?

Di momen seperti ini menjadi waktu yang tepat juga mengajarkan si sulung soal aliran rezeki tak terduga. Saya juga menceritakan soal makanan kateringnya yang saya putuskan untuk dikonsumsi ustadznya saat dia tidak masuk. Insya Allah si sulung ikhlas dan tidak  berkeberatan.

Insya Allah rezeki kami semua selalu berkah, melimpah dan terbuka aliran rezeki tak terduga dari banyak pintu. Aaamin ya rabbal ‘alamin.

Jujur dalam Minta Izin kepada Anak

14 komentar

 "Ayo cepat pergi sekarang, mumpung anak lagi nonton TV dan tidak sadar ibunya pergi."

Ada yang pernah mendengar ujaran saran semacam itu?

minta izin kepada anak

Kebetulan, kami dikaruniai 2 dari 3 anak yang memiliki sifat attachment yang tinggi terhadap orangtuanya, terutama saya ibunya. Ini juga berlaku pada si sulung meski usianya sudah 7,5 tahun. Satu lagi adiknya yang memiliki rasa attachment yang tinggi hampir berusia 4 tahun. Melihat gaya anak kami yang seperti itu, sering sekali saya mendengar sekeliling saya berkata agar segera meninggalkan mereka saat mereka sedang tidak melihat saya yang hendak pergi tanpa mereka.

Perkataan ini sering terdengar dari mulut ART saya. Memang sepertinya gaya parenting "kabur selagi anak tidak melihat" itu populer di parenting jaman dulu ya. Karena tidak hanya keluar dari mulut ART, tapi beberapa "orang tua" jaman dulu.

"Biarin anak nangis, yang penting izin pergi di depan mukanya, bukan menghilang tiba-tiba." Tekan mertua saya.

Memang "kabur selagi anak tidak melihat" adalah jalan super instan saat hendak pergi meninggalkan anak yang memiliki rasa attachment  yang kuat kepada orangtuanya. Tapi nyatanya perilaku seperti itu lambat laun hanya akan menimbulkan luka trust issue kepada orangtuanya yang semakin dalam. Semakin mereka tumbuh, luka ini akan semakin menganga dan akan menimbulkan banyak masalah hubungan antar orangtua - anak nantinya.

Efek meninggalkan anak tanpa izin yang benar

Ada banyak sekali efek meninggalkan anak tanpa izin yang mungkin tidak terlihat di awalnya dan BARU akan terlihat di tahun-tahun mendatang. Jangan sampai kita meninggalkan anak tanpa izin yang benar dengan dalih agar kita bisa pergi dengan tenang dan mereka tidak menangis meraung-raung. SELALU jujur dalam minta izin kepada anak dengan benar saat meninggalkan dengan benar sebelum terjadi beberapa masalah di bawah ini.

1. Kehilangan orang tua

Anak memiliki ekspektasi bahwa orangtuanya ada di sekitarnya meski ia sedang menoleh atau asik kepada arah lain. Begitu ia menoleh, eh orangtuanya hilang. Ekpektasi dan realita berbeda jauh. Tentu mereka akan sangat panik dan bukan tidak mungkin alih-alih mereka tenang saat kita pergi malah menangis meraung-raung dan baru akan berhenti saat orangtua muncul kembali di hadapan mereka.

Anak akan merasa sangat panik menghadapi situasi ini. Jangankan anak-anak, apa yang kita rasakan sebagai orangtua saat sedang pergi bersama anak ke mal namun tiba-tiba saat menoleh kembali sang anak tidak ada?

Panik? Takut? Tentu saja. Berbagai pikiran berkecamuk di pikiran kita. Kemana sang anak? Apakah mereka aman? Apakah mereka tersesat? Apakah ada orang jahat yang menculik mereka?

Sama. Seperti itu jugalah yang mereka rasakan.

2. Trust issue kepada orang tua sendiri

Saat orangtua mereka hilang tiba-tiba tanpa pamit, mereka akan merasa sangat dikhianati.

Kenapa mereka menghilang tanpa sepengetahuanku? Anak merasa tidak dianggap oleh orangtua sendiri saat orangtuanya hilang tiba-tiba. Padahal anak adalah entitas yang bahkan perasaannya harus kita perhatikan selayaknya manusia seutuhnya. Anak merasa orangtua tidak memvalidasi perasaan dan keberadaan mereka.

Lambat laut luka mereka semakin menganga seiring waktu. Anak semakin tidak percaya kepada orangtuanya.

Bagaimana perasaan kita saat mengetahui anak kita nanti tiba-tiba kabur dari rumah tanpa sepengetahuan kita? Apa yang kita rasakan? Tentu rasa pengkhianatan dan pendurhakaan akan menghantam kita dalam-dalam.

3. Merasa tidak aman

Anak memiliki naluriah alami bahwa orangtua adalah tempat teraman bagi mereka. Menghilang tiba-tiba akan membuat perasaan aman mereka bolong dan mereka pun akan merasa sangat "terancam" dengan lingkungannya. Banyak anak kecil merasa bahwa mereka aman sebab ada orangtua dan orang yang mereka percayai ada di sekitar mereka.

Begitu mereka tahu orang tua mereka hilang tiba-tiba? Tentu mereka panik dan takut dengan lingkungan mereka.

Jujur dalam minta izin kepada anak 

Setelah sekian tahun sejak memiliki anak, rasanya saya dan suami belum pernah pergi ke luar kota berdua saja. Saat suami berkesempatan tugas operasi di Palembang di sebuah akhir pekan, langsung terbersit di pikiran saya untuk sekalian ikut pergi bersama suami. Toh sudah lama kami tidak berpelesir kedua. Hitung-hitung quality time bersama suami tanpa "gangguan" anak.

Kami pun berencana menitipkan ketiga anak kami di rumah orangtua saya. Saya langsung mengantar anak-anak dan ART ke rumah orangtua sepulang sekolah si bungsu. Tentu orangtua saya senang sekali karena bakal bermain bersama cucu. Jarang-jarang juga kan menitipkan mereka disana menginap selain saat saya melahirkan. Rencananya anak-anak akan kami jemput di Hari Senin, kebetulan saat itu sedang tanggal merah.

Beberapa sebelum keberangkatan kami, saya sudah sounding ke anak-anak, terutama ke si sulung. Tentu ada sedikit penolakan, apalagi si tengah yang masih benar-benar tidak ingin lepas. Benar saja, saat kami berada di rumah orangtua, si sulung sudah mulai galau. Sepanjang hari sampai mobil saya meninggalkan rumah ia terus galau. 

Saya pun selalu memeluk si sulung saat ia galau dan terus validasi perasaan dan afirmasi bahwa tidak mengapa ia sedih, kami hanya sementara saja meninggalkan ia. Meski saya meninggalkan ia dalam keadaan galau, tidak lama kemudian ipar saya mengkonfirmasi ia kembali ceria dan bermain bersama sepupunya.

Si tengah hanya menolak saat saya memasukkannya ke mobil orangtua saya yang akan kembali ke rumah. Namun, Ibu saya berkata hanya beberapa menit di mobil, si tengah kembali ceria.

Bagaimana dengan si bungsu? Wah tidak ada perubahan, malah ia asik mendadahi saya dan sibuk ngemil sesampai di rumah orangtua saya hehe.

Saya yang mengetahui semua kabar itu sesampai di rumah merasa lega. Betul saya sudah mempersiapkan hal ini dan memprediksi gejolak sementara emosi mereka. Alhamdulillah, semua berjalan dengan lancar.

KEB 11 Tahun, Semakin Matang dengan Berjejak dan Berbagi

17 komentar
KEB 11 tahun, jujur saya sedikit kaget. Pasalnya, saya cenderung mengenal KEB agak lebih belakangan, padahal KEB adalah salah satu komunitas blogger yang muncul di awal. Bahkan, Komunitas Blogger perempuan pertama di Indonesia.

keb 11 tahun

Setelah dilanda Pandemi kurang lebih 2 tahun, KEB akhirnya mulai mengadakan kembali berbagai acara luring sejak tahun 2022, salah satunya KEB Roadshow yang diadakan di beberapa kota besar di Indonesia termasuk di Jakarta. Sayangnya, beberapa kali saya belum rejeki menghadiri acara luring Kumpulan Emak Blogger karena beberapa kali juga jadwalnya bentrok.

Begitu ada informasi via grup Whatsapp soal akan diadakannya selebrasi KEB 11 tahun secara luring, tentu tanpa pikir panjang saya segera mendaftar pasca mendapat izin dari suami. Kebetulan juga acara diadakan di Jakarta Selatan dan merupakan area yang sudah familiar bagi saya.

Sudahkah kamu mengenal KEB? Sudah bergabung? Kalau belum yuk kita mengenal KEB bersama-sama. 

Kalau tidak kenal maka tak sayang.

Mengenal KEB

keb 11 tahun


KEB memiliki kepanjangan Kumpulan Emak Blogger. Dari namanya saja sudah ketahuan bahwa komunitas ini beranggota 100% perempuan. Berawal dari perkumpulan kecil yang terdiri dari Mira Sahid, Indah Julianti Sibarani, Sary Melati, dan Nike Rasyid yang merupakan kumpulan emak yang hobi blogging. Kemudian tercetus oleh Mira Sahid, mengapa tidak melanjutkan saja menjadi bentuk yang lebih serius. Maka terbentuklah KEB pada tanggal 18 Januari 2012.


Eh berawal dari sedikit iseng-iseng, ternyata keterusan dan sekarang KEB sudah menapaki usianya yang ke-11 tahun. KEB menganggap bahwa kemajuan masa depan bangsa dan negara banyak dipengaruhi oleh “campur tangan perempuan”. Blog menjadi wadah bagi perempuan Indonesia untuk bersuara dan berbagi inspirasi, sesuai dengan visi misi KEB. KEB ingin berkembang menjadi wadah perempuan Indonesia untuk mengembangkan dirinya di berbagai aspek kehidupan.

KEB 11 Tahun, Berjejak dan Berbagi

keb 11 tahun

KEB memiliki tradisi unik, yakni memiliki sebuah tema dan jargon yang berbeda di tahunnya. Menjejaki usianya yang di 11 tahun ini, KEB memiliki teman KEB berjejak dan berbagi. Selisih 10 hari, dilakukan selebrasi kecil-kecilan KEB 11 tahun pada tanggal 28 Januari di Restoran Bali Notes Terrace yang berlokasi di Jl. Prof. Sutono SH No. 15, Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Acara dimulai dari pukul 12.00 siang dengan total peserta kurang lebih 50 orang Kumpulan Emak Blogger. Dimulai dengan makan dengan sajian yang disediakan oleh Bali Notes Terrace dengan menu nasi kebuli, ayam bakar serta ayam goreng, sayur, dan puding. Waktu sejam digunakan oleh peserta untuk berbincang dan berjejaring.

Acara mulai tepat di pukul 1 siang dengan ditandai dibuka oleh MC.

“KEB 1 tahun, Berjejak dan Berbagi!” teriak MC dengan lantang mengumandangkan yel-yel acara di hari itu. Sekaligus memfamiliarkan tema KEB 11 tahun ini sebagai KEB Berjejak dan Berbagi.

MC pun memanggil founder Mira Sahid ke depan untuk berbicara mengenai KEB 11 tahun. Ia pun satu-persatu memanggil para co-founder ke depan dan memperkenalkan mereka juga yang dikenal dengan makmin ke depan audiens. Tak terasa suasana pun menjadi sedikit mengharu biru.

keb 11 tahun


Mira Sahid juga menegaskan bahwa KEB mendukung dan berpartisipasi kepada Gerakan Nasional Literasi Digital yang diprakarsai oleh Siberkreasi. Hal ini sangat berkesinambungan dengan KEB sebagai kumpulan emak blogger yang memiliki visi memberdayakan para emak untuk bersuara dengan blog sebagai medianya.

Memasuki jam setengah 2 siang, acara KEB 11 tahun dilanjutkan dengan acara utama mini workshop yang mengundang dua narasumber yang namanya sudah tidak asing lagi, yakni Oktora Irahadi yang merupakan CEO dan INFINA dan Ali Muakhir yang telah menghasilkan belasan hingga puluhan buku.

keb 11 tahun

Oktora Irahadi atau yang dikenal dengan nama gaul Tora (bukan Sudiro) membawakan mini workshop yang berjudul cara cuan bagi emak. INFINA sendiri sebagai sebuah perusahaan yang membantu para UMKM Indonesia dan membantu mereka menghubungkan mereka dengan pemengaruh sehingga didapatkan paparan bisnis dan produk yang diharapkan. Tora sendiri memiliki latar belakang malang melintang di dunia agency. Pengalamannya yang banyak ini membuat ia pede mendirikan INFINA.

Tora menghadirkan di layar beberapa data hasil riset pasar yang dilakukan ia dan timnya.

Social commerce adalah calon bintang masa depan di dunia digital, catat perkataan saya ini.” Tekan Tora.

Dari materi yang dibawakan oleh Tora saya banyak mendapatkan insight perihal dunia pasar di Indonesia serta bagaimana trennya. Ada yang cukup menggelitik dimana diterangkan orang akan sangat terbuai dengan live streaming orang jualan seperti yang sering dilakukan di Tiktok. Meski disebutkan ini merupakan salah satu lahan basah masa depan, saya sangat tidak tertarik sama sekali melakukannya. Pun, saya juga tidak tertarik menyaksikan Live streaming jualan semacam itu.

keb 11 tahun

Mini workshop berikutnya dilanjutkan dengan materi yang bertajuk “Menulis Kisah Inspiratif dengan Metode EMAK” yang dibawakan oleh Ali Muakhir. Bagi saya, nama Ali Muakhir ini tidak asing, terbukti dengan cerita beliau yang dengan sangat produktif menghasilkan berbagai banyak buku. Narasumber menjelaskan kiat-kiat menulis kisah inspiratif dengan singkatan EMAK.

keb 11 tahun

Rangkaian Mini workshop yang dibagikan oleh dua orang narasumber yang hebat ini membuat Kumpulan Emak Blogger semakin bersemangat untuk terus berkarya menghasilkan karya inspiratif yang disajikan dengan target audiens yang sesuai.

Ternyata KEB 11 tahun ini tidak cuma selebrasi haha hihi saja. Kumpulan Emak Blogger juga melakukan peluncuran e-book yang ditulis oleh makmin dan para Kumpulan Emak Blogger dengan judul “Warna-warni Dunia Blogging dan Cerita di Balik Dapur Komunitas”.

2 minggu sebelum diadakan selebrasi acara KEB 11 tahun ini diadakan juga acara #KEBCharityRun yang dilakukan Kumpulan Emak Blogger. Acara ini merupakan bagian dari #KEBPeduli dan di acara KEB 11 tahun ini dilakukan penyerahan secara simbolis sebesar Rp 2.500.000 kepada RA Miftahul Jannah yang kebetulan berdomisili di Noborejo, Salatiga.

keb 11 tahun

Kemeriahan acara KEB 11 tahun belum berakhir, KEB memperkenalkan komunitas PPBN (Putra Putri Batik Nusantara) yang berusaha mempopulerkan batik kembali sebagai sebuah mode yang bisa digunakan oleh siapa saja dan untuk berbagai kegiatan. Selama ini batik dan baju nusantara dikenal cuma sebagai baju formal saja.

Para anggota PPBN yang terdiri dari berbagai rentang usia, fisik, dan latar belakang melakukan short runaway ala model yang tentunya membuat decak kagum para peserta KEB 11 tahun lainnya.

Acara belum berakhir. Mungkin belum lengkap selebrasi tanpa acara potong tumpeng. Maka secara simbolik Mira Sahid selaku founder Kumpulan Emak Blogger memotong tumpeng dan membagikannya kepada orang-orang penting yang berjasa untuk dirinya dan Kumpulan Emak Blogger.

Seolah-olah kebahagiaan tidak berakhir disitu juga, di acara KEB 11 tahun ini juga dibagikan berlimpah kado dan hadiah kepada banyak peserta. Mulai hadiah bagi peserta yang duduk di kursi dengan tulisan “hoki” di bawahnya hingga para peserta yang bisa menjawab pertanyaan terkait acara dan KEB 11 tahun.

Acara pun ditutup pada pukul 4 sore dan tidak lupa semua peserta, panitia, hingga tamu berfoto bersama di depan restoran Bali Notes Terrace.

keb 11 tahun

Bagaimana? Sudah lebih mengenal Kumpulan Emak Blogger atau yang dikenal dengan KEB? Yuk mari bergabung dan berdaya bersama. Siapa saja bisa ikut kok!




Syukuran KEB 11 tahun didukung oleh Siberkreasi, Kominfo RI, INFINA, dan Bali Notes

Starcrossed, Kenapa Kamu Harus Baca Novel Tentang Pasangan Beda Agama Ini

18 komentar
pasangan beda agama

Memiliki pasangan beda agama mungkin bukan terlalu momok di jaman sekarang. Dulu pasangan beda agama harus memutar otak dimana harus melangsungkan pernikahannya agar tercatat legal. Mereka biasanya lebih memilih menikah di luar negeri. Australia contohnya sebagai negara terdekat yang mencatat pernikahan antar agama secara legal.

Kini banyak pasangan beda agama yang menuntut “hak” nya agar bisa melangsungkan pernikahan beda agama di Indonesia. Pucuk ulam tiba, beberapa Pengadilan Negeri (PN) menginstruksikan agar pernikahan beda agama bisa dicatat di catatan sipil. PN Tangerang dan PN Surabaya adalah beberapa contoh PN yang setuju mencatat pernikahan beda agama ke dalam catatan sipil.

Di tengah isu hangatnya pernikahan beda agama, seorang teman saya, Reytia, melampiaskan kegelisahannya ke dalam bentuk tulisan fiksi. Maka terbitlah rangkaian tulisannya yang berjudul Starcrossed di Gramedia Writing Project (GWP). Gramedia Writing Project adalah portal menulis (calon) penulis muda yang topik dan isinya sangat terkurasi.

Starcrossed sendiri berdasarkan definisi Wikipedia adalah pasangan yang karena satu dan lain hal tidak bisa bersama-sama. Sebenarnya sudah lumayan lama saya tahu Reytia menulis Starcrossed, tapi setelah tahu ceritanya berkutat tentang apa, saya pun langsung tidak sabar membacanya. Inilah alasan yang membuat saya merasa Starcrossed ini wajib dibaca oleh (hampir) semua kalangan.

1. Berkisah tentang pasangan beda agama

pasangan beda agama

Di tengah tren memiliki pasangan beda agama, novel Starcrossed ini cukup krusial dibaca agar lebih mengenal identitas diri sebelum yakin melanjutkan ke jenjang berikutnya. Tentunya cocok sekali bagi yang sedang di pucuk kegalauan. Apakah lebih memilih menggadaikan agama dan berpisah dengan keluarga demi mengejar cinta.

Starcrossed bercerita tentang Nadya yang memiliki “pacar tidak resmi” beda agama dan sudah dekat sejak 5 tahun silam. Karena sebuah insiden tidak terduga, mereka terpaksa berpikir tentang pernikahan. Apakah hubungan mereka dilanjutkan? Siapakah yang harus berkorban?

Cinta kan butuh pengorbanan, but is it worthed?

2. Menceritakan betapa kuat sekaligus rapuhnya dalam satu keluarga

pasangan beda agama

Tentu saja keputusan Nadya untuk meneruskan hubungan dengan pasangan beda agama bikin huru-hara di rumahnya. Ibunya mendukung, ayahnya menolak keras, dan sang kakak diplomatis.

Reytia menggoreskan suasana penuh patah hati pada novelnya melalui betapa kecewanya Nadya terhadap sikap bapaknya yang hendak memutuskan hubungannya sebagai seorang anak padahal biasanya ia adalah Daddy’s little girl. Ayahnya sampai berbulan-bulan menghindar setiap berpapasan dengan Nadya.

Di sisi lain, sang kakak Ryoma yang sebenarnya menolak mentah-mentah atas ide “gila” adiknya berusaha lebih diplomatis dengan cara mengajak ngobrol dan menjadi pendengar setia. Saya senang sekali dengan hubungan keluarga kakak-adik yang begitu kentalnya dan bisa menjadi penengah di kala terjadi huru-hara dengan anggota keluarga lain.

3. Belajar bagaimana berkomunikasi dengan benar

pasangan beda agama

Kok bisa Ryoma yang begitu kontranya bisa menjalin hubungan akrab dengan Nadya dan menjadi tempat keluh kesah adiknya? Yuk mari kita perhatikan teknik komunikasi dengan benar yang dilakoni oleh Ryoma yang. Teknik yang juga melatih growth mindset bagi anak.

Teknik komunikasi dasar yang dilakukan Ryoma di hampir semua interaksinya adalah penerimaan dan validasi. Reaksi sang ayah yang “melukai” Nadya malah membangun tembok begitu besar diantara mereka. Mau nasehat seperti apapun tidak akan masuk ke Nadya yang sudah terlanjur berada dalam mode defensif.

Ryoma selalu berkomunikasi dengan santun. Memvalidasi perasaan adiknya sehingga adiknya mau bercerita banyak. Dengan penerimaan yang dilakukan sang kakak, Nadya membuka besar-besar pintu hatinya sehingga segala nasihat yang diutarakan Ryoma didengarkan meski yah,, hatinya masih kebas.

Setidaknya Ryoma membuat Nadya berfikir kembali soal keputusan yang telah dibuatnya.

4. Cocok dibaca (hampir) semua kalangan


“Kok masuknya ke kategori Religi, bukan Romansa?” Tanya saya heran kepada sang penulis begitu melihat kolom kategori.

Setelah saya baca, baru saya tahu alasannya. Memang sebenarnya buku ini lebih cocok dibaca oleh penganut agama yang dibahas di buku ini meski tidak menutup kemungkinan yang beragama di luar itu ikutan baca.

Dari sini, maka kalangan yang cocok membaca Starcrossed adalah:
  • Kalangan yang sedang menghadapi dilemma melanjutkan atau memutuskan untuk ke jenjang berikutnya bersama pasangan beda agama.
  • Kalangan yang awam agama
  • Kalangan yang familiar dengan pemahaman agama yang dituliskan

Tidak boleh disangkal, buku ini harus harus dibaca bagi yang memiliki pasangan beda agama. Dengan membacanya membuat kamu lebih arif berpikir dalam memutuskan apa yang akan dilakukan.

Bagi kalangan yang awam agama juga sangat direkomendasikan untuk membaca Starcrossed karena banyak hal yang luput dan tidak diketahui padahal hal-hal tersebut adalah dasar dan pondasi dalam beragama.

Tidak menutup kemungkinan bagi kalangan yang familiar dengan pemahaman agama tersebut. Membaca Starcrossed bagaikan pengingat dan membuat kita merasa lebih cinta dan ingin belajar agama lebih lanjut.

5. Belajar menerima konsekuensi dibalik suatu pilihan

Keputusan Nadya untuk pindah agama mengikuti pilihan calon pasangan hidupnya bukan bukan dengan konsekuensi, bahkan konsekuensi yang sangat besar seperti kehilangan keluarga dan agama.

Nadya dan pasangannya, Dirga, sepakat untuk saling berjuang maksimal agar pernikahan mereka bisa berlangsung. Namun kemudian Ryoma berusaha untuk menyentil otak Nadya sehingga lambat laun ia juga berpikir,

“Is it worthed?”

6. Menemukan makna hidup

pasangan beda agama

Merasa hidup tidak artinya dan mengejar mati-matian kefanaan adalah fenomena yang sering kita lihat di masyarakat. Melalui bacaan ringan berjudul Starcrossed ini, kita diajak belajar lebih dalam mengenai makna hidup. Apa sih tujuan hidup? Untuk apa kita diciptakan ke dunia?

Setelah mati terus apa? Worthed kah apa yang dijalani hidup selama ini?


Saya menamatkan Starcrossed ini hanya dalam waktu sehari sembari macet-macetan menjemput anak hingga menunggui mereka tidur. Gaya bahasa penulis yang lugas beserta selentingan-selentingannya yang tepat membuat saya penasaran di setiap babnya.

Starcrossed ini sangat cocok dibaca oleh kamu yang menginginkan bacaan ringan tanpa harus memiliki komitmen banyak waktu untuk menyelesaikannya. Buku ini juga cocok dibaca bagi yang sedang mengalami reading slump karena membuat kamu mencintai kembali membaca buku.

Traveliving, Traveling Cara Aku Eksplorasi dan Hidup dalam Sebulan

23 komentar
“Kok orang bule kayaknya sekali liburan bisa ngilang sebulan ya, berapa tuh duitnya. Biasanya kan kita liburan paling lama sekitar 2 minggu.” Pikir saya bertahun-tahun lalu.

Tidak disangka, ternyata kami sekeluarga bisa juga liburan menghilang sebulan. Tidak cuma sekali, tapi hingga empat kali dalam satu tahun.

traveling cara aku

Saya bukanlah orang yang tergesa-gesa. Kalau ada liburan bersama atau lihat liburan orang lain dengan segudang itinerary (rencana perjalanan), rasanya kok bakal “capek” ya. Yah namanya juga liburan pasti waktunya terbatas, pasti kita maunya memaksimalkan pengalaman agar biaya besar yang sudah kita gelontorkan tidak sia-sia.

Sebenarnya liburan itu bikin capek atau bikin santai sih?

Kemudian sampai lah saya kepada titik yang menyimpulkan bahwa liburan itu ada 2 jenis: capek atau santai. Liburan capek itu travelling dengan memaksimalkan rencana perjalanan di waktu yang terbatas. Liburan santai itu murni pergi ke suatu tempat dan memesan tempat menginap yang sudah komplit disana sehingga bisa leyeh-leyeh menikmati hidup tanpa memikirkan beban hidup.

Berarti tidak ada ya liburan yang tidak capek tapi bisa melaksanakan banyak rencana perjalanan?

Ada donk, sini saya kenalkan Traveliving. Liburan santai sekaligus melakukan banyak rencana perjalanan.

Bagaimana tips dan trik agar bisa liburan satu bulan? Kebayangnya bakalan makan banyak duit ya, padahal tidak sepenuhnya seperti itu. Sini saya cerita sedikit mengenai Traveliving, siapa tahu kamu jadi ikut terinspirasi.

Traveliving 1.0

traveling cara aku

Salah satu momen traveling yang paling berkesan adalah saat Traveliving tahun 2018. Saya jamin, 90% pasti bertanya-tanya apa sih traveliving ini.

Traveliving adalah gabungan dari kata Travel dan Living. Dengan kata lain, saat Traveliving kami melakukan kehidupan biasa layaknya di rumah sendiri seperti belanja bulanan, belanja mingguan, ke pasar, hingga main sama anak di “rumah”. Namun, selain berkehidupan seperti biasa, kami juga melakukan rencana perjalanan panjang seperti hendak traveling pada umumnya.

Loh kok kami bisa Travel dan Living secara bersamaan? Tentu saja, karena traveliving minimal dilakukan selama satu bulan! Alias traveling selama sebulan. Kebayang kan, rencana perjalanan travelling yang biasanya dilakukan dalam 5 hari tapi bisa dilakukan dalam sebulan.

Tentu saja karena rentang waktu sebulan artinya kami bisa mengeksplor tempat wisata dan kuliner lebih dalam dibanding orang-orang lain yang hanya travelling cuma seminggu atau bahkan hitungan hari. Bahkan kami bisa mengamati hal-hal yang sulit teramati bagaikan warga lokal. Meski traveliving makan waktu sebulan, biaya yang dikeluarkan tidak sebesar itu kok karena kami juga belanja dan masak sendiri.

traveling cara aku

Kami berkesempatan Traveliving selama 4 kali di sepanjang tahun 2018. Januari di Purwokerto, Juni di Jombang, Juli di Yogyakarta, dan Oktober di Chiang Mai Thailand.



Perlu saya perjelas, sebenarnya kami berada satu bulan penuh di luar kota bukan dalam rangka murni liburan, tapi ikut suami yang sedang stase luar kota di masa Residensi Bedah Tulangnya. Pada saat itu kami sudah bertiga, yakni bersama si sulung yang berusia tiga tahun. Oleh karena itu, Traveliving bersama balita juga bagian dari babeh-workcation, alias kami yang ikut vacation disaat babeh work 😛.

traveling cara aku

Bukankah ini artinya rejeki bagi kami juga karena bisa berkesempatan mengeksplorasi luar kota lebih lama dengan santai?

Wisata kuliner, sejarah, dan taman

traveling cara aku
Baturaden, Purwokerto. 2018

Saya kurang suka hingar bingar kota megapolitan seperti Jakarta. Beruntung selama Traveliving ini kami berkesempatan travelling ke kota kecil yang penuh sejarah dan tidak hiruk pikuk. Saya juga selalu senang mengeksplor sejarah suatu kota dan peradaban melalui kunjungan museum.

Pucuk ulam dinanti, kami mendapat lokasi Traveliving di kota yang memenuhi kriteria di atas. Sebut saja Yogyakarta, Kota besar namun tetap tenang sekaligus sarat akan momentum historis. Begitu juga Chiang Mai, kota terbesar kedua Thailand yang tenang dan penuh dengan filosofis sejarahnya.

Maka kegiatan autopilot saya menyiapkan rencana traveliving adalah mendata museum, tempat makan populer, hingga taman. Betapa beruntungnya kami bisa mengeksplorasi hampir belasan museum selama di Yogyakarta. Bahkan ada yang sampai dua kali saking seru dan luasnya. Tidak hanya museum dan tempat historis populer, saya juga mengunjungi museum anti-mainstream yang saya jamin 90% tidak menemukannya sebagai rekokmendasi tempat wisata di daftar Google Search.

traveling cara aku
Museum Sandi, Yogyakarta. 2018

Kami (terutama saya dan si sulung) bahkan sampai melakukan komparasi satu jenis makanan di beberapa tempat terkenal sebagai bagian dari wisata kuliner tradisional. Sebut saja Kami mencoba 6 gudeg hanya dalam satu bulan, atau beberapa jenis Sroto di Purwokerto dimana salah satu tempat makan Sroto sampai kami kunjungi empat kali dalam sebulan karena saking cocoknya.

traveling cara aku
Aneka Sroto dan Bakso Purwokerto

Kunjungan lain yang tak boleh kami lewatkan mengingat kami sudah memiliki anak adalah kunjungan taman. Kunjungan taman mungkin sering dilewatkan oleh banyak orang. Apalagi jika hanya travelling beberapa hari. Ngapain melakukan kunjungan taman, toh taman gitu-gitu aja.

Namun saat traveliving apalagi bersama anak, taman kota menjadi suatu tempat yang tak boleh dilewatkan. Apalagi Alun-alun mengingat bahwa Alun-alun adalah simbol pusat kegiatan masyarakat di Pulau Jawa. Memang tidak semua taman kota dan alun-alun yang kami kunjungi “hidup”, tapi dari semua kunjungan itu saya banyak belajar beberapa hal.

traveling cara aku
Alun-alun Jombang, 2018

Saya jadi belajar kalau besarnya sebuah kota berbanding terbalik dengan besarnya riak kehidupan di Alun-alun. Kemeriahan Alun-alun juga berhubungan dengan berapa besar tarif main sepuasnya. Contohnya, alun-alun di Jombang jauh lebih meriah dibandingkan alun-alun di Yogyakarta.

“Lagi main di mal-nya Jombang ya?” Ujar penginap lain di rumah yang kami tumpangi inap saat suami bertugas residensi di RSUD Jombang.

Tentu saja Kota Jombang sebuah kota kecil dan relatif jauh dari Kota Surabaya membuat penghuninya “menggantungkan” hiburannya di Alun-alun yang berada di puncak keaktifan di malam hari. Berbeda dengan alun-alun di Yogyakarta yang banyak hiburan seru lainnya seperti mall dan puluhan kafe kekinian. Kehidupan Alun-alun ini juga berbanding setara dengan harga sekali main. Tarif Alun-alun Jombang hanya Rp 5.000 sementara di Yogyakarta bisa Rp 15.000.

traveling cara aku
Taman Kebon Ratu, Jombang. 2018

Taman kota di Kota Kecil juga berpotensi juga akan sangat menarik dengan karakteristik luas, bersih, dan terutama “hidup”, meski tidak semua kota kecil begitu. Sebut saja Taman Kebon Rojo dan Kebon Ratu yang cukup membuat saya terhenyak, tidak percaya taman seperti itu berada di Kota kecil. Sekali lagi, sedikit banyak ini berhubungan dengan betapa masyarakat di kota kecil menggantungkan hiburannya di tempat-tempat seperti ini: Taman dan Alun-alun.

Tidak cuma berwisata, tapi..

traveling cara aku
Malioboro, Yogyakarta. 2018

Ada hal yang sulit disadari jika kita traveling hanya berburu melaksanakan rencana perjalanan saja, yakni teramatinya kebiasan dan pola sendi kehidupan masyarakat. Sebagai seorang yang senang (diam-diam) mengobservasi (dan menyimpulkan), hal-hal kecil seperti ini penting dan akan melengkapi kepingan puzzle dalam kenikmatan travelling.

Dengan berjalan santai di sekitaran Malioboro, saya jadi tahu bahwa dari gang-gang kecil sekitar sana tumbuh menjadi tempat penginapan bagi turis backpacker. Dari pengamatan jarak jauh, saya jadi bisa menarik kesimpulan bahwa salah satu Gudeg di bilangan Malioboro menetapkan harga seporsi Gudeg berdasarkan kemampuan berbahasa Jawa dan ramainya pengunjung.

Tidak mengejar itinerary travelling secara terburu-buru selama Traveliving membuat saya yang Penggemar Transportasi ini menginventarisasi seluruh moda transportasi di kota tersebut dan menantang diri sendiri untuk merasakan semua moda tersebut. Dari eksplorasi tranportasi saja saya banyak mendapatkan sangat banyak hal.

traveling cara aku
Bus RTC Chiang Mai

Misalnya para supir bus TransJogja yang memiliki kecenderungan memutar dangdut pop koplo populer hingga sistem transportasi umum di Chiang Mai yang sangat jarang dan masih dikuasai oleh “preman setempat”. Pengalaman menggunakan Songthaew selama di Chiang Mai pun menjadi pengalaman begitu berkesan karena supir sana tidak punya rute dan gawatnya lagi tidak bisa berbahasa Inggris.

Dengan Traveliving saya bisa travelling sekaligus menempatkan posisi bagaimana hidup sebagai warga lokal disana sesuatu yang jarang didapatkan jika traveling hanya berburu rencana jalan saja.

Traveliving 2.0

traveling cara aku
Kami relatif tidak terlalu kemana-mana setelah Traveliving di tahun 2018. Apalagi saat pandemi menyerang. Paling kami hanya travelling tipis-tipis ke kota sebelah semacam Puncak, Bogor, dan Anyer. Begitu pandemi mulai surut, baru lah kami merasakan traveling agak lama ke Solo. Sebenarnya bukan murni niat traveling sih, tapi lebih tepat Babeh-workcation.

Barulah di pertengahan tahun 2023 nanti, Insya Allah kami merencanakan Traveliving kembali. Ini tidak mendadak, sejujurnya kami sudah merencanakannya dari setahun sebelumnya.

Traveliving 2.0 ini tetap bagian dari Babeh-workcation. Yang terasa berbeda adalah jika saat traveliving 1.0 kami hanya bertiga, kini kami berlima, dengan tambahan 2 balita. Jika dulu suami melakukan stase luar residensi bedah tulang, sekarang ia melakukan fellowship sub-speialisnya.

How world sometimes different but still same, though!

Wow, bakal seru dan menantang banget bukan? Bagaimana cara kami menghadapinya?

Packing yang tepat

traveling cara aku
Bawaan Jombang - Yogyakarta via Kereta Api

Traveliving 1.0 dengan teknik mengemas barang paling menantang adalah pada saat ke Chiang Mai, Thailand. Berbeda dengan sekadar traveling membawa baju, kami juga harus turut membawa beberapa mainan dan buku bacaan anak. Tidak hanya itu, kami juga harus membawa beberapa peralatan masak dan bumbu. Tidak tanggung-tanggung, kami juga membawa peralatan dapur seperti kompor listrik dan Happy Call. Barang sebanyak itu harus muat dengan total bagasi 60 kg karena kami naik Low Cost Carrier Airlines. Alhamdulillah dengan metode yang tepat, kami berhasil membawa seluruh barang tersebut hanya dengan 1 koper ukuran besar, 1 koper ukuran sedang, dan 1 koper kecil (kabin).

traveling cara aku

Karena statusnya kami bukan murni liburan, otomatis kami hanya harus adaptasi seperti mengikuti dimana suami akan tinggal. Suami harus tinggal di dormitory kampus dimana tidak ada dapur. Terjawab kan kenapa saya sampai membawa peralatan masak segitu hebohnya. Kami harus bikin dapur mini di pojokan kamar. Bahkan saya memotong makanan basah seperti daging dan ikan mentah di wastafel kamar mandi hehe.

Kalau 3 orang saja butuh koper segitu, bagaimana dengan kebutuhan 5 orang?

“Kami batasi cuma bawa 2 koper Large dan 2 koper kabin. Pengalaman naik kereta cepat berlima, ga boleh bawa barang terlalu banyak.” Jelas seorang teman yang sering travelling bersama 3 orang anaknya yang masih kecil-kecil.

Betul juga, saya cuma kepikirannya dengan 5 orang menggunakan pesawat, kami bisa memaksimalkan membawa 5 koper 30 kg, belum termasuk kabin. Namun ternyata tidak begitu, kami lupa mengkalkulasi perihal mobilisasi. Apalagi kami harus mendorong stroller kembar yang diduduki dua balita.

Akhirnya kami mengkalkulasi hanya membawa 1 koper besar, 2 koper sedang, dan 2 koper kecil. Berbeda dengan perjalanan teman saya, kami kan harus membawa mainan dan buku serta beberapa peralatan dapur karena kami bakal “hidup” sebulan disana sehingga pastinya butuh koper lebih banyak. Mobilisasi koper banyak diselesaikan dengan menggunakan taksi dari/ke bandara.

Berbeda dengan saat Traveliving 1.0, si sulung kini sudah bisa diminta bantuan untuk membantu barang bawaan dan menertibkan adiknya. Rencananya si sulung turut mendorong 1 koper kabin di bandara.

Perencanaan yang matang

traveling cara aku

Lantas akan kemana kami di rencana Traveliving 2.0 yang akan datang? I hate to spill this since it is still 6 months to go. Agak aneh aja ya. Yang jelas Traveliving 2.0 perlu perencanaan yang lebih matang ketimbang Traveliving 1.0. Dimulai dari anggota keluarga yang lebih banyak hingga persiapan perjalanan yang lebih panjang dan rumit.

Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan jauh-jauh hari untuk mempersiapkan dokumen aplikasi visa, contohnya kami sudah harus mempersiapkan tempat tinggal dan tiket pesawat sejak akhir tahun 2022. Rencanakan liburan di Traveloka adalah salah satu ikhtiar kami mempersiapkan perjalan sesiap dan sedini mungkin. Portal aplikasi Traveloka sangat lengkap sehingga sangat membantu perjalanan kami dari A hingga Z.

1. Hunting tiket pesawat

traveling cara aku

Tahap yang paling mudah sekaligus paling menyerap biaya tapi harus dilakukan sejak awal demi verifikasi dokumen visa adalah adalah hunting tiket pesawat. Ada banyak pilihan berbagai maskapai dengan opsi round trip yang bisa dipilih berdasarkan harga, jarak tempuh, dan jam penerbangan. Pemesanan tiket pesawat via Traveloka cukup mudah dan bertabur promo, apalagi untuk penerbangan internasional.

2. Hunting tempat menginap

Karena kami menginap selama sebulan penuh, mencari sewaan apartemen selama sebulan adalah opsi terbaik. Menyewa langsung ke agen apartemen di negara bersangkutan sangat tidak dianjurkan jika hanya ingin menyewa selama sebulan diakibatkan peraturan setempat yang rumit serta keharusan untuk memberikan uang deposit yang cukup besar.

Pada Traveliving 2.0 ini, kami tidak hanya tinggal di satu tempat selama sebulan, tetapi juga merencanakan untuk melakukan roadtrip serta menginap di beberapa kota. Mencari penginapan melalui Traveloka adalah cara yang paling tepat dan mudah karena tersedia cukup banyak data penginapan .

3. Hunting asuransi perjalanan

traveling cara aku


Tahap terakhir yang harus dipersiapkan sesegera mungkin untuk persiapan pembuatan Visa adalah asuransi perjalanan. Pemesanan asuransi perjalanan ternyata sangat mudah dilakukan di Traveloka, bahkan pilihan asuransi untuk sebulan penuh (30 hari) juga ada dengan harga sangat terjangkau.

4. Hunting experience

traveling cara aku


Apa saja yang akan dilakukan selama Traveliving? Hunting experience berupa taman, wisata kuliner, taman, hingga hiburan memang bisa dipesan belakangan, tapi surveinya bisa memakan waktu berbulan-bulan sebelumnya.

Di aplikasi Traveloka terdapat menu Attractions yang menawarkan berbagai Xperience. Salah satunya saya bisa menemukan tiket masuk Disneyland yang jauh lebih murah ketimbang mengeceknya di situs resmi. Karena beberapa kunjungan sangat singkat, jadi kami merasa memesan Hop on bus terasa lebih ekonomis untuk kami sekeluarga karena jadi bisa mengunjungi banyak tempat tanpa harus naik turun metro.

5. Hunting internet roaming

traveling cara aku


Fasilitas internet adalah hal yang tidak kalah pentingnya yang harus dipersiapkan saat hendak melakukan perjalanan ke luar negeri. Apalagi jika perjalanan sampai sebulan seperti Traveliving kami.

Sebenarnya saya selalu bingung dalam memilih apakah sebaiknya membeli nomor baru di bandara tujuan atau menggunakan nomor Indonesia dan membeli paket internet roaming. Akhirnya saya memutuskan untuk memilih paket roaming Telkomsel Internet Roamax via menu International Data Plans. Opsi ini lebih mudah dibandingkan jika saya harus bongkar pasang SIM.

Traveliving with Traveloka: Mountain to Beach, City to Suburb

traveling cara aku

Kami berencana memulai rangkaian perjalanan Traveliving 2.0 setelah merayakan Idul Adha bersama dengan keluarga. Berhubung keberangkatan hari Kamis, Insya Allah kami sudah ada di lokasi tujuan pada hari Jumat sehingga kami bisa menikmati akhir pekan bersama. Akan ada 5 akhir pekan selama kami berada di negara tujuan. Tentunya ini harus kami maksimalkan mengingat suami harus bekerja sehingga tidak bisa jalan-jalan bersama.

Alasan mayor lainnya mengapa kami melakukan Traveliving di Bulan Juli adalah karena bertepatan dengan summer break suami di negara tujuan. Padahal kalau dipikir-pikir, ngapain ikut-ikutan musim panas padahal di Indonesia kita merasakan musim panas sepanjang tahun. Lumayan kan kami bisa melakukan perjalanan darat dan berkelana keluar kota bersama di saat suami summer break.

Alasan melakukan perjalanan musim panas lainnya yang belakangan saya temukan adalah ternyata musim panas adalah salah satu dari dua waktu diadakannya sale besar-besaran di seantero toko di negara yang kami tuju. Wah, keputusan yang tepat bukan 😁.

Kota tujuan utama Traveliving 2.0 adalah kota terbesar ketiga di negara tersebut yang juga dinobatkan sebagai World Heritage City oleh UNESCO. Lagi, saya merasa bersyukur kepada Allah karena kebetulan dapat kota yang demikian cocoknya untuk kami untuk berpetualang serta berkehidupan.

Mungkin terdengar lebay, tapi saya sudah hilir mudik melakukan survei via browser dan Google Map untuk berbagai wisata kuliner halal, taman, supermarket, hingga wisata sejarah.

Selain menetap, kami juga berencana melakukan perjalanan darat (road trip) lintas negara. Dari pegunungan hingga pantai, dari kota megapolitan hingga desa pinggiran di 10 hari terakhir sebelum kepulangan saya dan anak-anak (suami masih harus 2 bulan menetap di sana).

traveling cara aku

Kami rencana 2 hari menginap di Ibu kota dengan menggunakan kereta cepat pulang pergi. Kemudian kami akan menyewa mobil untuk melakukan perjalanan darat selama 5 hari. Di mulai dengan mampir singkat ke negara sebelah dimana berdiri markas pusat nuklir dunia. Kemudian kami mengingap sehari di salah satu desa dimana terdapat kereta gantung tertinggi di negara tersebut. Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan menembus salah satu gunung tertinggi dan menginap 2 malam di negara tetangga yang terkenal akan klub sepakbolanya. Terakhir, kami sisiri pinggir laut dan menginap 2 malam di kota pinggir pantai sembari sebelumnya mampir di salah satu negara termahal di dunia.

Perjalanan darat pun berakhir dan kami menginap semalam di kota asal untuk mempersiapkan perjalanan pulang ke Indonesia keesokan malamnya.

Penasaran akan kemana saja kami dan bagaimana perjalanan kami menembus gunung hingga pantai serta menyelusuri kota megapolitan hingga dengan membawa 3 anak? Saksikan terus tulisan-tulisan Traveliving kami di blog ini!

“Net, gw pernah 3 minggu bosan dengan wisata yang itu-itu saja disana. Gw saranin lo mulai bikin itinerary dari sekarang dan variasikan wisata supaya ga bosan kayak gw.” Ujar seorang teman mengingatkan.

Let's #LifeYourWay! Traveling tidak harus memilih bukan?