A Postcard to 1 Year Later of Myself

Tidak ada komentar
Yes, I have ambition(s), but I never consider myself melancholy as I write letter to my future me 1 year later. I plan myself in a big blue print but still, I rarely write in a notes. Being a housewife instead never put out my ambition. Thanks Allah, though I feel early in my choosen path at least I have something to pursue indeed.

Two weeks ago, I attended some kind of talkshow and motivation discussion in Cipete, held by Lingkaran. The event put "Dare To be" as talkshow theme. They would choose 50 participants based on form we filled to listen sharing from 4 interviewees and having motivational group discussion from one of them. The 4 interviewees  represent from 4 field: Artist, entepreneur, blue collar, and renaissance (or jack-of-all-trade).  Considering what I wanted to be, I choosed in renaissance group. Since it was a motivational discussion for young people who still "feeling lost", I kinda pessimist that I would be the older one in there.
First session, all the 4 speakers sat in front of the audience, talking a little bit about their life. How they failed, how people scoffed to the, how they reawaken from their lowest point. This session quite enlightened me in order not too fast to give up to fate. We have options, once we choosed, it means we accept all the consequences.
Second session was group discussion, along with other renaissance people, we got Maria Juliana as our mentor. She did many things to do to overcome her boredom. She listened all the participant's story attentively, then give the enlightened opinion. Another participant cant give their opinion as well.
After all group participant confided their problem, the 4 groups regathered in hall. The fasilitator choose 1 person each group to talk in front of the hall. After all sessions, I felt more confident to my path and decision. Then, the MC distribute the postcard. She said, "please write to your next 1 year of you". The event organization would collect all written postcard and promised to sent to all of us in next 1 year.
So here I wrote:

Dear me, you are awesome. You will be in the middle of dream you are pursue. You are something. So keep going!

Youtuber Favorit Anak dan Saya

Tidak ada komentar
Lagi-lagi saya harus disuruh menulis blog dengan tema yang menjemukan dan tidak saya suka. Karena memang saya tidak memiliki Youtuber favorit. Kabar baiknya, tampaknya ini adalah postingan terakhir dari daftar dimana harus menulis daftar daftar sosial media favorit. Sekali lagi, saya tidak suka blogwalking dan nonton youtube. Kalaupun disini termasuk yang saya tulis karena kebetulan anak saya senang dan banyak teman-teman di FB saya mengeposkan. Videonya juga menarik. Tapi bukan berarti saya pelanggan tetap penonton. Hanya kebetulan membuka saja.

2019: Dari Rencana Melahirkan Sampai Buang-buang Uang

3 komentar
Tidak terasa kita sudah di penghujung tahun 2018 ya. Apakah 2018-mu cukup berkesan, atau malah merupakan suatu batu pijakan berarti? Atau malah biasa-biasa saja?

Saya sebenarnya bukan orang yang suka membuat resolusi awal tahun. Ya, saya punya target dan rencana, tapi saya tidak menjadikan tahun sebagai ruang lingkup perencanaan suatu rencana saya. Misalnya, saya ingin tetap aktif dan berdaya, di akhir tahun 2017 saya tidak ada memberi lingkupan 2018 sebagai tahun untuk lebih aktif dan berdaya. Kemajuan tidak diukur dengan tahunan, tapi bisa mingguan atau bulanan. Mungkin jatuhnya target jangka pendek ya. Tidak juga sih, target untuk jangka diatas setahun juga ada. Apa yang ingin saya lakukan dilakukan pada tahun 2019 juga sebenarnya bukan sesuatu yang baru, tetapi lebih lanjutan dari apa yang sedang terjadi saat ini.

Daftar 10 Blog Menarik

2 komentar
Kenapa tema sekian blog/akun IG favorit harus begitu banyak. I just enjoying feed from my friend, hence, I can't pick one. They are all my favourite. Maafkan, karena tema blogger perempuan sebelumnya hampir senada, yaitu 5 blogger favorit, jadi (terpaksa) saya salin tulisannya disini. 5 Sisanya? Semoga segera dapat wangsit blog mana saja yang bisa.

10 Akun Instagram Favorit

4 komentar
Kerap kali saya merasa sedikit keberatan setiap ditentukan tema blog yang berhubungan dengan sosial media favorit. I don't do blogwalking and I prefer seeing feed from my friend regularly rather than any popular people. Jadi begitu temanya akun Instagram favorit, 10 buah lagi, benar-benar membuat saya berpikir keras. Sampai saya mengetik kalimat pembuka ini, saya baru mengumpulkan 8 akun yang akan saya tulis. Bahkan, dari kedelapan akun ini tidak semua yang saya ikuti, cuma karena begitu saya nemu di "explore" dan saya suka melihat dan membaca postingannya. Okelah, jadi akun instagram favorit saya bedakan kategorinya menjadi Instagram edukatif, online shop, diskon, dan selebgram.

Traveliving 2018

6 komentar
Terhitung semenjak lahir, sudah banyak kota yang saya diami. Saya lahir di Medan, kemudian tumbuh dan berkembang di Lhokseumawe, Aceh sampai usia 8 tahun. Mampir sebentar selama 1,5 tahun di Medan, pindah ke Jakarta dari SD kelas 6 sampai tamat SMA, kuliah di Bandung selama 6 tahun hingga sampai sekarang, 2018 saya bekerja, menikah dan memiliki anak di Jakarta. Dari keempat kota tersebut, domisili tercepat saya adalah 1,5 tahun. Bersekolah dan menjalani hidup. Namun bagaimana dengan tinggal di sebuah kota hanya dalam tempo 1 bulan saja?


Saya menyebutnya Traveliving. Travelling + Living. Saya puas jalan-jalan santai mengeksplorasi kota selama sebulan, tetapi saya juga melakukan kegiatan hidup seperti belanja, bayar tempat tinggal bulanan, mencuci-menyetrika dan memasak. Minusnya hanya saya tidak berkegiatan seperti berkomunitas karena hanya menetap sebentar. Problematika terbesar melakukan traveliving adalah disaat kita sudah nyaman, kita terpaksa harus meninggalkan kota tersebut. Bagaikan sedang sayang-sayangnya eh diputusin. Maka terjadilah momen yang terkenal dengan sebutan "susah move on".

Tahun 2018 adalah tahun dimana suami saya ditempatkan dalam jangka waktu sebulan di berbagai Rumah Sakit di tiap kota diluar Jakarta sebagai bagian dari program pendidikan spesialis. Suami mengajak saya dan Hasan ikut serta di semua kota, kecuali Banyumas karena terkait lokasi dan tempo kerja. Dalam jangka 1 tahun, praktis kami sudah berpindah tempat dari Purwokerto, Jombang, Yogyakarta, dan Chiang Mai pada bulan Januari, Juni, Juli dan Oktober. Terakhir Desember ini saya dan Hasan hampir ikut ke Pemalang selama sebulan. Namun setelah mempertimbangkan banyak hal, mungkin kami akan menyusul di minggu terakhir di bulan Desember. Semua kota yang kami tempati memiliki plus minus, daya tarik dan cerita sendiri.

Purwokerto


Kami memulai awal tahun 2018 di kota ini. Karena mengetahuinya amat sangat mendadak, alhasil kami membeli tiket kereta dengan harga liburan akhir tahun. Mahal. Kami berangkat pada tanggal 30 Desember 2017 menggunakan kereta api dengan durasi 5 jam yang sekaligus merupakan perjalanan kereta api pertama Hasan. Melalui jalan darat, orang tua saya sudah terlebih dahulu sampai di Purwokerto sehingga esok paginya sementara suami bertugas di rumah sakit, kami mencari tempat kos-kosan untuk sebulan. Alhamdulillah ketemu yang bagus dengan harga yang cukup masuk akal.

Saya sempat menulis banyak postingan tentang Purwokerto. Mengenai pengalaman kami disana, atraksi kotainformasi pusat perbelanjaanwisata alamWisata kuliner tradisional, hingga kuliner modern dan kafe. Sebagai salah satu kota mahasiswa karena disana terdapat universitas besar, yakni Universitas Soedirman, Purwokerto jauh melebihi dari ekspektasi kami soal wisata, kuliner dan kenyamanannya. 

Jombang


Jombang berlokasi di Jawa Timur, sekitar 80 km dari dari ibu kota provisi Jawa Timur. Kami melakukan perjalanan melalui Surabaya dahulu menggunakan pesawat terbang. Perjalanan kami bertepatan dengan tanggal orang-orang bersiap untuk mudik, jadi sekali lagi, kami membeli tiket yang agak lebih mahal dari harga biasa. Beruntung kami datang saat ruas tol Surabaya - Mojokerto (Sumo) sudah diresmikan. Perjalanan Surabaya-Jombang yang sebelumnya bisa memakan waktu hampir 3 jam kini bisa ditempuh melalui tol dengan hanya 1 jam lebih saja. Kami dijemput oleh supir untuk kemudian melakukan perjalanan darat dari Surabaya ke Jombang.

Jombang terkenal dengan kota santri. Sebuah kota kecil yang jauh dari hiruk pikuk apalagi kemacetan. Disana kami tinggal di rumah seorang dokter yang menjadi Supervisor suami saya selama disana. Alhamdulillah rejeki karena kami tidak membayar sepeser pun untuk tinggal dan makan disana. Berhubung kota kecil, tak banyak yang saya eksplor disana. Saya menemukan 2 buah taman yang indah, yakni Kebon Ratu yang letaknya agak diluar kota dan Kebon Rojo yang terletak di jantung kota Jombang. Alun-alun Kota Jombang tiap malamnya sangat ramai, apalagi saat akhir pekan. Hasan sangat bahagia dan menjadi pelanggan tetap alun-alun. Bayangkan, cuma bayar lima ribu untuk main sepuasnya di satu wahana! Ada Superindo yang merupakan tempat belanja rutin mingguan saya. Satu-satunya restoran cepat saji yang terkenal yang ada disana hanya ada KFC. Dibalik kesahajaannya, Jombang ternyata banyak memiliki kafe-kafe yang memiliki estetika modern layaknya di kota-kota besar. Bahkan, tak jarang mereka lebih serius dalam menyajikan bijih kopi-nya. 

Setengah bulan kami berpuasa di Jombang dan pertama kalinya kami merayakan Ramadhan di luar Jakarta. Sungguh pengalaman yang menarik. Selain itu, setengah pertandingan Piala Dunia 2018 juga kami tonton disana 😄.

Yogyakarta


Kami meninggalkan Jombang menuju Yogjakarta pada tanggal 30 Juni menggunakan kereta api yang ditempuh dalam waktu 4 jam. Sebenarnya suami bertugas di RSUD Klaten, namun dengan alasan agar kami tidak kebosanan, kami memutuskan untuk tinggal di Yogyakarta. Saya mencari kos-kosan menggunakan aplikasi Mamikos sudah semenjak berada di Jombang. Berhubung Yogyakarta adalah kota pelajar, tentu tidak susah mencarinya. Yang susah adalah mencari mana yang pada akhirnya kami ambil. Kosan yang saya pilih dekat dengan bandara dan tidak jauh dari jalan raya utama menuju Klaten. Menurut saya itu adalah pilihan terbaik karena suasananya enak rumahan, secara berkala ada yang memberihkan, lengkap dapur dan mesin cuci serta ke RSUD Klaten hanya ditempuh kurang dari setengah jam. Selain itu, saya juga bisa berjalan kurang dari 1 km menuju halte Trans Jogja terdekat.

Yogyakarta adalah kota paling enak yang kami tinggali dibandingkan dengan Purwokerto dan Jombang. Kota besar yang tidak terlalu besar, sedikit sekali ruas macet, dan berlimpah kuliner dengan harga yang jauh lebih murah ketimbang di Jakarta. Selain itu yang membuat saya sangat puas sebagai maniak sejarah adalah Yogyakarta bertabur dengan museum-museum, sesuai dengan statusnya sebagai kota sejarah. Kayaknya saya hampir tiap hari keluar rumah supaya terkekejar mengunjungi semua museum yang menarik hati.

Biasanya mobil dibawa suami pulang pergi ke Klaten. 2 kali seminggu saya antar jemput suami karena ingin menggunakan mobil untuk mengeksplorasi Yogyakarta. Jika saya malas menggunakan mobil, saya juga kerap kali menggunakan opsi Trans Jogja.

Kami juga berkesempatan mengunjungi kota Solo pada akhir pekan ketiga di bulan Juli. Berhubung suami harus masuk dulu ke RSUD, saya dan Hasan pergi duluan ke Solo menggunakan Kereta Api (KRL) Prambanan Ekspres. Haa, akhirnya resolusi saya menggunakan Prameks tercapai. Menarik sih soalnya tiketnya hanya 8000 rupiah per orang. Seperti yang saya duga, karena Stasiun Maguwo adalah stasiun terakhir di Kota Yogyakarta, jadi saya tidak memiliki ekspektasi perjalanan selama sejam mendapatkan kursi. Benar saja, saat kami menginjakkan kaki di Prameks, manusia-manusia sudah berjejal. Kami berdiri sekitar 15 menit sampai saya menawarkan anak saya untuk duduk dengan posisi saya berjongkok. Seorang bapak di dekat saya tidak tega dan menawarkan kursinya kepada kami. Alhamdulillah, rejeki.

Selain itu kami juga berkesempatan mengunjungi wisata alam yang berada sedikit di luar kota seperti Punthuk Setumbu yang populer karena AADC dan area museum disekitar Merapi. Karena makanan yang variatif dan murahnya harga, kami jadi sering jajan disana. Gudeg saja saya sampai mencoba 5 jenis, dan itu pun merasa masih kurang 😁! 

Chiang Mai


Terbaik! Satu-satunya kota yang berada di luar Indonesia. Awalnya suami mengajukan penempatan Chiang Mai untuk bulan Maret, meski tertunda alhamdulillah akhirnya suami dijadwalkan mendapat stase Chiang Mai untuk bulan Oktober. Saya diberi kabar ini oleh suami sekitar bulan Juli. Artinya 3 bulan sebelum keberangkatan.

Berawal dari drama pencarian tiket, akhirnya kami berangkat juga pada tanggal 29 September. Disana kami tinggal di dorm yang sudah disediakan oleh pihak sana (tapi tetap bayar!) yang berlokasi di kompleks FK Chiang Mai University (CMU) dan RS Maharaj daerah Suandok. Memang rejeki kami, bulan Oktober ada 2 libur panjang di Thailand: tanggal merah kematian Raja Chulalongkorn (Rama V) di minggu kedua dan kematian cucunya, Raja Bhumibol Adulyadej (Rama IX) minggu depannya. Artinya kami terutama suami jadi memiliki waktu lebih banyak untuk mengeksplorasi Chiang Mai, bahkan ke tempat wisata yang ada di luar kota.

Chiang Mai sungguh menyenangkan. Bayangkan, tempo hidup masyarakatnya yang seperti Yogyakarta, hampir tidak ada kemacetan dan pelataran alam pegunungan seperti Bandung dan Malang. Ya, Chiang Mai merupakan kota terbesar ke-2 di Thailand yang berada tepat disamping gunung (doi) Suthep serta tidak jauh dari gunung tertinggi di Thailand, Doi Inthanon. Orangnya juga ramah-ramah. Minus disana cuma bukan negara non muslim yang membuat kita tidak bisa sembarang makan, transportasi publik yang jelek dan minimnya masyarakat lokal yang bisa berbahasa Inggris. Lainnya, sempurna!

Dengan segala kemampuan, akhirnya saya bisa menemukan celah transportasi publik, tempat makan halal, dan tempat-tempat belanja produk halal. Yang saya senangi disini adalah, karena transportasi publik minim dan mahal kemana-mana, saya jadi banyak jalan. Dari standar jalan biasa saya di terakhir di Yogyakarta untuk jarak dibawah 1 km, di Chiang Mai bertambah menjadi dibawah 2 km!

Oh ya, biaya hidup disini juga lebih murah dari Jakarta, senangnya! Harga belanjaan dan standar makan di resto juga jadi murah. Bahkan harga sebuah boneka bebek yang lucu! Cerita dramatisasinya bisa dibaca disini. Hehe.

Sebagai penggemar sejarah, saya sangat puas dengan Chiang Mai. Kota bekas kerajaan dan museum-museum bagus nan terawat yang memberikan edukasi sejarah secara menakjubkan. Kalau dihitung kayaknya hampir tiap hari saya keluar rumah buat eksplorasi kota. Tetapi tetap saja, sebulan di Chiang Mai tidak cukup untuk menikmati semua wisata yang ditawarkan. Padahal kami tidak mengunjungi Wat (kuil) sama sekali. Wisata alam juga hanya Green Canyon dan Queen Sirikit Botani Garden. Padahal masih melimpah atraksi alam yang bagus-bagus disana. Bahkan kami belum sempat ke tempat wisata dalam kota, yakni Royal Park Rajapruek yang menawan dan Museum Nasional Chiang Mai.

Sepertinya Chiang Mai adalah kota yang paling memberikan kesan kepada kami. Benar-benar nyaman tetapi kemudian seperti langsung disuruh pulang buru-buru tanpa bisa mengucapkan selamat tinggal.

Longing for Russia

Tidak ada komentar
Moscow, where the city covered of snow enriched with Romanov dynasty heritage and architecture.



Moskow, atau Rusia lebih umumnya adalah salah satu daftar kota dan negara (non-muslim) yang paling saya inginkan untuk dikunjungi. Klasik, karena alasan sejarah dan arsitektur saya menyukai kota ini. Sebelumnya saya sudah pernah menjejakkan kaki di Moskow, tetapi hanya ruangan tunggu pesawat di Bandara Demodedovo karena keperluan transit, tidak sampai menembus batas imigrasi tanah merah tersebut. Saya datang pada awal Januari 2009, dimana musim dingin sedang berada di puncak. Itu adalah pengalaman musim dingin saya pertama kali sekaligus pengalaman keluar negeri pertama setelah 12 tahun sebelumnya terakhir ke Singapura. Suasana dingin menusuk tulang sudah terasa semenjak keluar dari pintu pesawat dan melintasi garbarata. Angin dingin pun berhembus bahkan terasa saat petugas hilir mudik membuka pintu penghubung antara ruang tunggu dan garbarata. Di luar tampak tumpukan salju tebal serta petugas pengatur pesawat memakai jaket musim dingin berbulu yang amat tebal. Oh, ternyata seperti ini musim dingin di tanah merah.

Ketertarikan saya kepada Rusia berawal semenjak saya kelas 6 SD. Pada saat itu saya dan abang saya sering bermain game komputer bergenre simulator terbang yang berjudul Sukhoi-27. Sukhoi adalah pesawat yang berasal dari pabrikan Rusia. Secara tidak sengaja saya pun menemukan daftar huruf cyrilic saat sedang mencari tombol-tombol kendali saat bermain. Langsung saja saya catat di kertas, dihapal dan kemudian menerjemahkan huruf-huruf cyrilic di logo klub bola Rusia pada majalah Liga Champion. Saat SMP saya menerjemahkan huruf cyrillic teks lagu grup band t.A.T.u. Berlanjut kuliah, saya malah mendengarkan lagu-lagu band Rusia dan lagi-lagi membaca, dan mengetik liriknya dalam huruf cyrillic. Terakhir, saya malah menonton film-film Rusia termasuk salah satu film legendaris Rusia, Иди и Смотри (Come and See), berakhir saya sampai mengetahui percakapan-percakapan dasar bahasa Rusia 😂. Pemahaman-pemahaman terbatas tentang Bahasa Rusia pernah saya tuliskan dalam blog ini.

Kota yang Menarik

  • Moskow merupakan ibukota dari Rusia sekaligus kota terpadat dan terbesar di Rusia bagian Eropa. Selain itu, Moskow juga termasuk kota besar terdingin di dunia. Terdapat situs warisan dunia seperti Kremlin dan Lapangan Merah.
  • St. Petersburg merupakan kota terbesar kedua di Rusia. Selain menjadi salah satu kota paling modern di tanah merah, St. Petersburg juga menjadi ibukota budaya dan dipertimbangkan menjadi situs peninggalan sejarah oleh UNESCO.
  • Yekaterinburg, yang teringat pertama kali di otak saya adalah merupakan kota dimana keluarga Tsar terakhir dibantai. Merupakan kota terbesar keempat dan disebut-sebut sebagai ibu kota keempat di Rusia.
  •  Vladivostok, Kota yang berada di bagian Asia ini sangat dekat dengan garis perbatasan Cina dan Korea Utara. Kota ini amat menarik karena banyak percampuran sejarah dengan Cina, Jepang dan Korea.

Yang Ingin Dilakukan

Naik kereta Trans-Siberia! Meskipun cuma segmen kecil yang dilalui, saya sangat ingin berpetualang menggunakan kereta tersebut. Perjalanan melintasi Rusia dan melakukan napak tilas amatlah menarik. Selain itu tentu setidaknya mengunjungi keempat kota yang sudah saya sebutkan diatas. Eksplorasi kota, mengambil foto berunsur arsitektur, naik transportasi umum, dan tentu kunjungan museum ke museum dan tempat-tempat bersejarah. Jika ditanya saya tipe pengembara yang mana, maka saya akan menjawab pengembara kota. Dan saya merasa Rusia adalah negeri yang cocok sekali dengan kepribadian dan ketertarikan sejarah saya!