5 Buku Nonfiksi Favorit

Tidak ada komentar
Tahun 2019 adalah titik balik saya untuk kembali banyak membaca buku setelah tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya hanya membaca 2-3 buku per-tahun. Miris bukan? Oleh karena itu, postingan kali ini saya dedikasikan sebagai bentuk apresiasi saya kembali membaca. Daftar buku dibawah juga berdasarkan daftar bacaan saya tahun 2018 yang selengkapnya bisa dilihat di goodreads saya. Kali ini saya akan coba merekomendasikan 5 buku non fiksi, tanpa sesuai urutan favoritnya.

1. Mindset: The New Psychology of Success - Carol S. Dweck

Suka penasaran tidak kenapa banyak anak kecil yang dianggap sebagai child prodigy kebanyakan hanya mampu mekar pada tempo waktu yang singkat. Biasanya saat mereka sudah dewasa, kiprahnya malah jarang terdengar. Akhirnya saya mengetahui alasannya setelah membaca buku ini.

Carol S. Dweck membagi pola pikir manusia menjadi dua: growth mindset dan fixed mindset. Growth mindset adalah pola pikir yang mendorong kita untuk selalu berkembang. Sementara fixed mindset adalah pola pikir yang menyatakan bahwa apa yang terjadi ya memang begitu adanya, karena kita pintar misalnya. Sebagai contoh, apabila anak anda berhasil menjadi juara kelas, pujian apa yang hendak kita ujarkan?

a. Wah hebat, kamu sudah banting tulang kerja keras untuk belajar. Kamu pantas mendapatkan penghargaan
b. Anak mama memang pintar, pantas menjadi juara kelas

Opsi a adalah bentuk growth mindset dan b adalah fixed mindset. Growth mindset mengapresiasi usaha yang diberikan untuk mencapai hasil. Fixed mindset mengapresiasi bakat. Apabila kita mendidik anak menjadi fixed mindset, bisa jadi ini akan menjadi bumerang bagi dirinya apalagi saat terjadi kegagalan.

Buku ini sangat mencerahkan bagi saya sebagai orang tua yang akan memiliki anak berusia sekolah. Saya jadi belajar bagaimana mendewasakan diri apabila anak mendapat penolakan atau kegagalan. Menariknya, buku ini membahas berbagai aspek dalam kehidupan perihal fixed dan growth mindset ini. Mulai dari bisnis, olahraga, parenting, pelatih-murid, hingga dunia olahraga. Selain itu kita bisa membaca banyak studi kasus misalnya bagaimana Muhammad Ali yang memiliki fisik jauh dari badan seorang petinju tetapi bisa menjadi juara dunia yang melegenda.

Buku ini banyak menjadi sumber dasar buku parenting-parenting lainnya seperti How to Talk So Kids Will Listen, Danish Way Parenting dan Enlightening Parenting.

2. How to Talk So Kids Will Listen & Listen So Kids Will Talk - Adele Faber & Elaine Mazlish

Dari buku ini, saya mendapatkan pencerahan yang banyak sekali apalagi perihal bagaimana berkomunikasi terhadap anak saya yang memiliki karakteristik keras kepala. Salah satu teknik yang sangat ditekankan adalah acknowledge feeling, atau menerima emosi anak tanpa harus menceramahi terlebih dahulu. Ternyata menggunakan pendekatan seperti itu bisa mendorong anak untuk terbuka dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Menyangkal perasaan anak hanya membuat anak membangun pagar defensif. Alih-alih bercerita, anak akan kabur karena merasa tidak nyaman. Selain itu, buku ini juga menyarankan orang tua untuk tidak melakukan teknik pendekatan yang menggunakan bentakan, sogokan, hukuman atau hadiah. Bagi Hasan, teknik mengenal perasaan ini cukup ampuh. Dengan sendirinya Hasan menceritakan masalah yang dihadapi. Kemudian saat ia sudah mulai terbuka itulah saatnya menanamkan nilai dan bagaimana menyelesaikan masalah sendiri tanpa mendobrak nilai-nilai yang sudah kita tanamkan. Padahal Hasan masih berusia 3 tahun. Sejauh ini belum pernah tantrum berlebihan dan jika rewel ada masalah benar-benar cepat selesai. Anak bahagia, orang tua pun bahagia.

Buku ini terdiri dari 6 bab yang sekaligus merupakan penjelasan strategi bagaimana berbicara dengan anak dan anak mendengarkan kita: Bab 1 "Membantu Anak Menenal Perasaannya", Bab 2 "Berkooperasi", Bab 3 "Alternatif dari Hukuman", Bab 4 "Mendorong Otonomi", Bab 5 "Pujian", Bab 6 "Membebaskan anak dari Label".

3. Read-Aloud Handbook - Jim Trelease

Read-Aloud Handbook adalah buku yang sudah diterbitkan sejak tahun 1982 dan sekarang sudah sampai pada edisi revisi ke-6. Jim Trelease tampak berdedikasi sekali terhadap buku ini, dapat dilihat dari banyaknya referensi yang ia gunakan serta konsisten terus merevisi bukunya dan menyesuaikannya dengan perkembangan zaman. 

Buku ini berisi tentang bagaimana pentingnya membaca, terutama membaca keras. Ia menekankan selain meningkatkan hubungan antara orang tua-anak, membaca keras bisa meningkatkan kosa kata jika dibandingkan dengan hanya mendengarkan dari percakapan. Karena kosa kata di buku lebih kaya dan terstruktur. Mendengarkan bacaan juga terbukti sebagai suatu terapi dan meningkatkan efisiensi pekerjaan.

Di edisinya yang terbaru, pengarang juga mengangkat isu televisi dan dunia digital lainnya yang membunuh minat membaca. Pengurangan selama 20 tahun sangat signifikan. Televisi termasuk salah satu pembunuh utama. Menurut penelitian, menonton televisi akan memberikan manfaat bagi anak hanya dalam durasi 2 jam. Lebih dari itu, hanya akan menyebab kecanduan.

4. The Life Changing Magic of Tidying-up: The Japanese Art of Decluttering and Organizing

Adakah disini yang sebelum ujian malah menghabiskan waktunya untuk beres-beres? Siapa sih sekarang yang tidak mengenal metode Konmari? Konmari adalah metode "bersih-bersih" yang dipopulerkan oleh Marie Kondo. Menurutnya, dengan membebaskan hal yang tidak penting dari tempat tinggal kita akan merevolusi pikiran kita menjadi lebih segar. Malah bagi sebagian orang, merubah hidup.

Buku ini dimulai dengan menjelaskan filosofis dari bersih-bersih hingga penjelasan tahap demi tahap bagaimana cara menyingkirkan barang tidak penting untuk kemudian disusun kembali. Buku ini menekankan pada kita bagaimana menaruh tempat di tempat yang semestinya. Tidak ada alokasi barang bukan berarti harus menambah rak. Dengan belajar menyortir barang, kita belajar untuk menentukan mana barang yang menimbulkan "spark" atau percikan kebahagian dan mana yang tidak sehingga untuk kemudian kita hidup di lingkungan yang benar-benar memberikan kita kebahagiaan.

Buku ini sukses membuat saya yang malas untuk urusan bersih-bersih menjadi sangat termotivasi. Sisi baiknya adalah kita dapat merubah gaya hidup yang boros untuk membeli hal yang tidak perlu serta belajar untuk mendonasikan barang-barang yang sudah tidak kita butuhkan lagi.

5. Gulag Archipelago - Aleksandr Solzenitsyn

Mungkin ini adalah buku yang memiliki kategori berbeda dari 4 buku lainnya di daftar ini. Saya memasukkan buku ini karena benar-benar mendapatkan fakta dan kesan yang mendalam dari Gulag Archipelago. Buku ini juga pemenang hadiah Nobel.

Gulag Archipelago dikarang oleh Aleksandr Solzenitsyn, seorang perwira yang sempat mencicipi bagaimana kehidupan di kamp Gulag. Versi aslinya terdiri dari sekitar 1200 halaman, namun versi sekarang yang banyak diterbitkan termasuk yang saya baca adalah versi ringkas yang terdiri dari 600-an halaman. Peringkas menyusun kembali dengan mempertimbangkan hal-hal penting saja dan melewatkan hal-hal yang hanya bisa diketahui oleh pembaca yang berasal dari Rusia. Buku ini sangat kontroversi bagi Pemerintah Uni Sovyet (sebelum menjadi Rusia pada tahun 1991) karena disebut-sebut membuka dan menyebarkan kebobrokan dari dalam. Solzenitsyn sendiri baru bisa kembali ke Rusia setelah 20 tahun pengasingan

Penulis dengan gamblang menceritakan kehidupan masyarakat dan politik di Uni Sovyet pada era Stalin. Dimulai dengan masa yang dikenal wabah penangkapan, dimana pemerintah seperti mengejar kuota untuk menangkap sebanyak-banyanya masyarakat untuk memenuhi kuota. Bahkan orang yang bersalaman dengan tersangka sebelum penangkapan pun bisa ikut-ikutan ditangkap. Inilah kenapa penangkapan disebut bagaikan wabah. Kemudian disebutkan bagaimana ada hukum 15 tahun, yakni sekali ditangkap, maka akan dijatuhkan total hukuman 15 tahun. Solzenitsyn juga menyebutkan kejamnya cara penangkapan, kehidupan penjara dan kerja paksa. Bahkan disebutkan bahwa hampir pasti orang-orang yang melaluinya akan gila. Hanya orang-orang luar biasa yang bisa bertahan untuk tetap waras.

5 Link Blog Favorit

Tidak ada komentar
Meskipun saya lumayan sering menulis blog, tetapi anehnya saya kurang suka melakukan blogwalking. Masuk ke blog biasanya ya hanya kalau artikelnya sedang relevan atau lagi dicari saja. Saya lebih suka membaca artikel berita atau buku. Tapi berhubung karena tema hari ini blogger favorit, baiklah saya akan mempersempit ruang spesifikasi dari kata "favorit", yaitu blog yang menarik dan langganan acuan saya jika mencari artikel.

5 barang yang Ada di Tas

Tidak ada komentar
Saya dari dulu orangnya simpel, tidak suka merepotkan diri sendiri dengan bawa barang banyak di tas. Pokoknya seminimalis mungkin. Suami saya juga sama saja. Kalau menurut saya bawaan saya sudah sesederhana mungkin, suami lebih simpel dari saya haha. Meski sudah punya anak prinsip bawaan simpel saya tidak berubah, apalagi dengan keadaan anak yang sudah berumur 3 tahun sekarang. Tas yang saya bawa sekarang dengan sebelum ada Hasan tidak jauh beda. Paling hanya di material tas saja karena saya cenderung mencari tas yang ringan.

5 Restoran Halal di Chiang Mai

Tidak ada komentar
Alhamdulillah, pada bulan Oktober kemarin kami mendapatkan rezeki tinggal sebulan di Chiang Mai. Berkali-kali saya menulis postingan mengenai Chiang Mai, tak henti-heti pula saya masih baper kepada kota yang memiliki keramahan dan kesantaian ala Yogyakarta dan memiliki pelataran alam seperti Bandung. Chiang Mai pun belum banyak populer di kalangan orang Indonesia yang hendak berwisata ke Thailand. Sebagai kota terbesar ke-dua di Thailand dan memakan waktu 1 jam lebih menggunakan perjalanan udara, apakah susah mencari makanan halal di Chiang Mai?
But First, please Install "Smart Halal" App on your smartphone.

5 Hal Tentang Saya

Tidak ada komentar
Saya selalu malas menulis macam-macam seperti ini. Berasa narsis gitu, dalam bentuk tulisan 😂. Tapi terkadang nulis seperti ini ada baiknya. Untuk lebih mengenal diri sendiri. Agar bisa lebih bersyukur.

Media Sosial, Pembunuh Utama Minat Membaca Buku

2 komentar
Media sosial (medsos) memang menarik. Jaman sekarang, apa saja bisa didapatkan dari medsos apabila kita tahu menggunakannya dengan bijak. Banyak yang bisa berkarya dan mencari nafkah darinya. Suatu wahana aktualisasi diri sekaligus ajang memperluas relasi. Facebook, Twitter, Instagram. Pengemasan media yang menarik, info-info aktual, diskusi menantang, tak jarang membuat kita untuk terus terpaku tetap menggeser, menggeser dan terus menggeser layar gawai ke bawah. Kehadiran gawai pintar turut mempermudah kita untuk mengakses medsos. Social media for everyone.

Kenapa Bergabung Bersama Blogger Perempuan

1 komentar
Sejujurnya, saya tidak tahu menahu perihal komunitas Blogger Perempuan Network (BPN). Saya yang sedang tidak terlalu aktif untuk menulis blog ditambah ke-apatisan diri membuat saya tidak bergabung ke dalam komunitas blogger manapun. Sampai saat BPN mengadakan tantangan untuk menulis selama 30 hari dengan tema yang telah ditentukan. Saya yang aktif menggunakan instagram melihat beberapa teman-teman saya yang kebetulan rajin blogging membuat posting ulang soal tantangan 30 hari dari BPN ini.


Jika membaca beberapa tulisan sebelumnya, jelas saya memang tidak ada motivasi menulis blog secara serius. It is all about fun! Karakterisitik saya yang introvert membuat saya benar-benar menjauhi dengan apa yang namanya "jual diri". Bahkan kerap kali saya merasa tidak ingin tulisan blog saya dibaca, apalagi tulisan-tulisan yang berbau sentimentil. Sampai akhirnya saya berada di titik dimana terjadi banyak penolakan.

Baby gear dan child safety belakangan ini menjadi perhatian saya. Baby gear, lebih tepatnya car seat. Hal ini bersesuaian juga dengan child safety yang saya minati. Permasalahannya adalah, bahkan topik keselamatan anak-pun bagi masyarakat Indonesia juga kurang peminatnya. Itu kata salah satu komunitas dimana saya bergabung dan kami juga sedang menggalakkan agar orang-orang peduli. Apalagi car seat. Banyak deh kalau kita lihat di pasar internet orang jual car seat dengan alasan: anaknya tidak mau pakai. Ah sudahlah, itu dibahas nanti-nanti saja.

Begitu juga kalau saya ingin mengulas carseat. Cuma terbatas menunggu rekanan yang mau menyewakan kepada saya. 2 carseat saya adalah barang-barang yang tidak keluar di Indonesia, jadi percuma menulis ulasannya. Meski salah satunya sudah saya tuliskan di blog dan satunya lagi hanya ulasan singkat di instagram saya. Punya saudara juga tidak mungkin dipinjam karena dipakai. Otomatis jumlah tulisan ulasan saya juga sangat terbatas.

Kemudian saya berkali-kali melakukan kontak kepada beberapa vendor seperti Chicco, Oyster, Joie bahkan retailer seperti Birds and Bees. Tapi tidak ada satupun yang menanggapi saya. Bahkan saya kerap sekali gemas karena ulasan yang mereka posting di instagram banyak yang tidak sesuai kaidah seharusnya. Saya kontak via DM, kemudian menjelaskan dimana kesalahannya. Beberapa merespon, beberapa lagi diam saja. Kemudian saya menawarkan diri untuk memberi ulasan atau bahkan semacam menjadi penasihat "dibelakang".

Bahkan tanpa harus muncul di depan.

Bahkan tanpa harus ada hubungan timbal balik yang sesuai.

Sampai sebegitunya saya karena memang benar-benar ini bentuk kepedulian dan passion saya. Dan kembali, tidak ada yang menggubris.

Kemudian saya sadar, saya tidak memiliki kekuatan sama sekali. Saya tidak ada "angka" buat dijual. Saya sadar, ternyata aktifitas dunia maya itu berbeda sekali konsepnya dengan ketika saya menjadi akademisi. Dulu, saya sering menulis makalah dan jurnal tanpa harus disuruh karena saya sangat senang berfikir dan menulis. Saya publikasikan. Saya bersosialisasi saat coffee-break dengan kolega lainnya karena murni rasa keingintahuan saya. Then, I got noticed. Angka berupa (sebagai contoh) impact factor pada jurnal akan keluar belakangan sebagai hasil dari kecintaan di awal.

Dunia maya sungguhlah berbeda. Dari awal memang harus ada angka yang dijual. Harus sering menjual "diri" dan mengajak orang. Dan ini sangat bertentangan dengan saya yang suka memulai dengan "bersenang-senang" serta introvert. Saya cukup tertegun. Semenjak itu saya mulai merasa bahwa secara konkrit saya harus lebih serius menulis dan saya melihat peluang itu ada saat bergabung dengan BPN. Banyak tantangan-tantangan yang diberi. Banyak anggota yang saling berbagi. Banyak juga info lomba. Keseluruhan itu menjadi pemecut semangat saya untuk terus berkarya.

Meskipun saya masih tetap tidak terlalu peduli dengan statistik, Domain Authority (DA) dan Page Authority (PA). Haha