Bagaimana Pengaruh IndiHome memberikan manfaat internet dalam menyiapkan rencana travelling bersama 3 anak?
Sepanjang tahun 2018 saya, suami, dan anak sulung kami banyak melakukan
perjalanan di belahan Pulau Jawa dan beberapa negara ASEAN. Bersyukur kami diberikan rezeki berupa anak usia 3 tahun yang sangat gampang dan tidak menyusahkan dibawa travelling. Bawa si sulung bagaikan bawa orang dewasa biasa, asli deh!
Tapi ternyata Allah ingin membuat hidup kami lebih berwarna. Di tahun 2022 ini, kami akhirnya berkesempatan melakukan perjalanan jarak jauh lagi. Bedanya kalau dulu bertiga, sekarang berlima! Ya, kami sudah dikarunia ekstra dua anak lagi. Di perjalanan ini kami harus membawa sulung yang berusia 7 tahun, tengah berusia 3 tahun, dan bungsu berusia 1,5 tahun.
Kalau dulu hampir tidak ada kendala sama sekali, kalau sekarang harus mengalami dua anak muntah di carseat masing-masing dan mencret selama berada di luar kota. Wow sekali bukan!
Tapi apakah saya mutung dengan perjalanan kali ini? Tentu tidak, karena sebelum berangkat kami sudah menyiapkan beberapa hal. Fisik, mental, dan ekspektasi.
Kebanyakan Ibu-ibu suka merasa jiper duluan saat hendak travelling bersama anak, apalagi jika punya anak masih kecil-kecil dan travelling jarak jauh.
Namun sebenarnya kekhawatiran itu bisa ditepis, asalkan kita menyiapkan semuanya baik dari perencanaan hingga mental. Travelling dengan anak tentunya tidak akan sama jika dibandingkan dengan travelling tanpa anak. Saat masih sendirian atau hanya bersama pasangan saja kita bisa menetapkan rencana perjalanan ambisius.
Tapi jika punya anak? Besar kemungkinan arah perjalanan kita tergantung dari kondisi anak.
Lantas bagaimana menyiasatinya?
Karena siapapun berhak menikmati travelling, meski bersama anak banyak sekalipun.
1. Riset, Riset, Riset
Riset yang menyeluruh adalah kunci. Jangankan jika harus travelling bersama anak, saat berpergian senidrian pun banyak sekali yang harus diriset. Mempersiapkan kota tujuan, mencari perbandingan tiket dan penginapan termurah, mencari tahu rekomendasi tempat tujuan dan makanan/minuman favorit, hingga memutuskan mobilisasi menggunakan apa.
Di Awal Bulan Juli ini kami sekeluarga berkesempatan
jalan-jalan ke Solo. Berbeda dengan keluarga lain, biasanya kami liburan dengan cara menyelipkan agenda saat suami harus bekerja. Kalau dipikir, sangat jarang kami pergi ke luar kota murni hanya liburan. Suami belum termasuk orang yang punya
privilege untuk mengambil cuti, jadi kalau pun kami pergi keluar kota ya hanya akhir pekan atau saat ada tanggal merah.
Kebetulan suami menjadi tim medis pertandingan Rugby di Solo selama 2 hari. Jika dihitung dengan waktu perjalanan, kami berkesempatan melakukan perjalanan 4 hari 3 malam ke Solo! Sungguh sebuah kesempatan yang langka karena biasanya maksimal hanya 3 hari 2 malam saja saat ada tanggal merah berdekatan dengan akhir pekan.
Peran IndiHome dalam membantu riset perjalanan bersama anak
Riset sebelum berangkat adalah kunci kesuksesan travelling bersama anak. Sehari-hari saya banyak menghabiskan waktu di rumah saja karena saya Ibu rumah tangga yang sesekali mengerjakan pekerjaan menulis paruh waktu. Koneksi internet yang saya gunakan di rumah adalah internet fiber optik IndiHome. Semua perangkat di rumah sudah dikoneksikan ke internet IndiHome melalui koneksi Wifi.
IndiHome adalah satu-satunya provider internet yang menyediakan bundling paket bersama dengan telepon rumah! Itu lah salah satunya alasan kami berlangganan IndiHome sejak awal nikah. Pasalnya, mayoritas keluarga saya dan suami menggunakan Telkomsel dan dengan menggunakan paket bundling 2P IndiHome artinya kami mendapat jatah telepon gratis sekian menit via telepon rumah. Deal yang menguntungkan sekali menurut saya.
Karena kami bukanlah penonton televisi, kami memilih menggunakan paket 2P (Internet+Phone) seharga Rp 275 ribuan dengan kecepatan hingga 20 Mbps. Eh, karena loyal memakai IndiHome bertahun-tahun, di tahun kelima (kalau tidak salah) saya mendapat telepon dari CS IndiHome mengenai tawaran naik kecepatan hingga 30 Mbps TANPA TAMBAHAN BIAYA! Wuih, salut sama IndiHome yang mengapresiasi pelanggan loyalnya.
IndiHome ini juga sudah terkenal menjangkau berbagai pelosok daerah di Indonesia. Jangankan di daerah, Indiome adalah satu-satunya provider internet di area rumah om saya yang berada di Bintaro.
Buat kamu yang lagi bingung mau pasang provider internet apa, bisa langsung hubungi kontak
IndiHome untuk pemasangan. Tidak cuma menawarkan bundling internet, kini kamu yang ingin berlangganan Disney+ dan Netflix juga tidak usah bingung.
IndiHome menawarkan paket bundling langganan Disney+ Hotstar, Netflix, WeTV, Vidio, dan Catchplay. Tidak cuma bundling,
IndiHome juga dengan loyalnya memberikan diskon biaya pemasangan sampai setengah harga!
Menarik bukan?
Mari kembali ke pengalaman saya mengenai bagaimana koneksi lancar IndiHome sangat membantu dalam perencanaan liburan bersama tiga anak.
Menggunakan pesawat, kereta api, atau mobil pribadi?
Senjata utama riset travelling tidak lain dan tidak bukan adalah koneksi internet. Cuma dengan duduk di pojokan saja, saya bisa mendapatkan manfaat internet dengan mencari tahu apapun lewat ponsel ataupun laptop.
Kebetulan kami sudah menggunakan IndiHome sejak awal berumah tangga. IndiHome merupakan produk dari Telkom Indonesia yang merupakan salah satu pemain besar provider internetnya Indonesia. Keputusan kami menggunakan IndiHome juga diambil karena pengalaman keluarga saya yang sebelumnya sudah menggunakan provider ini sejak IndiHome diluncurkan. Pemain lama nih, boleh nih Telkom Indonesia kasih kami bonus kecepatan, hehe.
Setelah riset, akhirnya kami memutuskan naik mobil saja. Bayangkan, pulang pergi cuma butuh 1,6 juta rupiah, yakni tol 1 juta pulang pergi dan isi bensin 200 ribu rupiah sebanyak 3 kali.
Menginap dimana?
Terakhir kami jalan-jalan ke luar kota untuk
liburan santai adalah tahun 2019, yakni saat anak kami baru satu. Selain cuma bertiga, anak sulung kami juga tipe yang enak diajak jalan-jalan jadi otomatis kami tidak repot sama sekali mengajak ia kemana pun.
Namun keadaan berubah sekarang. Kami sudah berlima sekarang dengan tambahan 2 batita. Jika dulu kami tidak pusing untuk urusan kamar karena bahkan memakai kasur twin pun tidak masalah, sekarang kami harus memilih penginapan dengan kriteria berikut:
- Kasur ukuran super king size (200x200)
- Family suite yang punya kasur twin (queen atau king size) dengan tambahan kasur single (90x200 atau 100x200)
Terima kasih IndiHome yang memiliki koneksi internet stabil! Saya jadi tahu ternyata di Solo banyak hotel yang menyediakan kamar family suite dengan harga sangat variatif. Untuk mengetahui ukuran kasur, saya harus menanyakan langsung ke pihak hotel karena di Online Travel Agency (OTA) seringnya hanya mencantumkan double bed atau twin bed saja tanpa mencantumkan ukuran.
Nah, biasanya menghubungi langsung ini menggunakan sistem BOT di website yang kalau lama tidak dibalas atau keluar dari halaman maka percakapan tidak bisa dilanjutkan.
Kebayang kan jika koneksi internet kita buruk, lagi bertanya eh malah koneksi putus. Begitu koneksi tersambung lagi, kita harus memulai percakapan baru. Gitu aja seterusnya.
Untuk koneksi internet saya yang menggunakan Indihome stabil dan lancar jaya. Saya pun tidak kesulitan mendapatkan jawaban cepat perihal ukuran kasur. Kecepatan informasi ngaruh banget lho, soalnya kami pergi tanggal 1-4 Juli dimana jadwal liburan anak sekolah! Telat booking penginapan sama artinya tidak dapat penginapan atau kalau dapat pun sudah kena harga mahal.
Kemana saja?
Setelah permasalahan akomodasi pulang pergi dan tempat menginap beres, yang harus dipikirkan adalah kemana saja selama berada di Solo. Berhubung suami bertugas selama di Solo, otomatis jalan-jalan di kota hanya dilakoni berempat bersama anak. Maka riset calon destinasi dan makan dimana juga harus dikumpulkan. Ingat, dikumpulkan ya, bukan daftar ngoyo untuk menjelajahi semuanya.
Biasanya saya menjadikan Google Maps teman setia dalam perencanaan destinasi. Saya mengecek dimana saja lokasi calon destinasi. Berapa lama waktu tempuh dari destinasi ke destinasi. Tentunya saya harus bersyukur memakai IndiHome yang merupakan Internetnya Indonesia yang disediakan oleh Provider Telkom Indonesia. Saya senang karena koneksinya yang lancar membuat riset saya pun berjalan lancar tanpa kendala.
Setelah menyimpan antar lokasi destinasi ini dan menghafal jarak antar destinasi di kepala, maka selesai pula tahap pertama dalam perencanaan travelling bersama 3 anak. Terima kasih internetnya Indonesia, IndiHome!
Tapi apakah yang akan dijalani sesuai dengan yang diriset? Tentu tidak Ferguso! Itulah menariknya travelling bersama anak-anak. Orangtua dituntut untuk adaptif dan ikhlas dalam menjalani itinerary yang telah disiapkan.
Terlaksana ataupun tidak sama sekali.
2. Menyiapkan fisik dan mental anak
Anak kecil notabene memiliki fisik yang tidak seprima orang dewasa. Jangankan anak-anak, orang dewasa pun disarankan tidak melakukan aktivitas berat sebelum menjalani perjalanan jauh yang melelahkan.
Apalagi anak-anak. Disarankan untuk membatasi kegiatan anak seminggu sebelum berangkat. Maksudnya tidak membawa anak pergi di perjalanan melelahkan sebelum hari keberangkatan.
Jangan seperti saya. H-2 saya membawa anak tengah saya ikut ke sebuah pertemuan dan agenda lainnya mulai dari pukul 10 siang hingga maghrib! Alhasil keesokan harinya suhu tubuh si tengah menghangat dan disertai diare. Tampaknya ia kecapekan mengikuti ritme pergerakan saya ditambah dengan salah makan.
Alhamdulillah 2 anak lainnya sehat saat perjalanan pergi. Mengetahui kenyataan akan membawa si tengah dalam keadaan kurang fit, maka otomatis ia “dibom” dengan suplemen dan madu. Kami sebagai orangtuanya juga harus menyiapkan mental dengan cara siap banyak berhenti di rest area jika si tengah minta buang air besar. Selain itu, sebagai antisipasi saya juga memakaikan popok jika ia mengeluh hendak buang air besar sementara kami belum menemukan rest area.
Kami juga sudah menyiapkan obat-obatan yang dibawa selama perjalanan. Mulai dari obat demam, flu, multivitamin, madu, hingga obat diare.
Yang paling penting adalah orang tua siap. Siapkan ekspektasi sesuai dengan kemungkinan terburuk. Kenyataan di lapangan bisa dihadapi dengan santai asal orangtua adaptif dan ikhlas.
3. Adaptif
Keesokan harinya setelah kami sampai di tujuan, saya berencana mengantarkan suami saya tugas dahulu ke lapangan sembari memboyong anak-anak di mobil. Kami tinggal di rumah sewaan AirBnb karena menginginkan harga murah dengan kasur yang banyak agar tidur kami nyaman.
Terjadi hal yang tidak disangka menjelang kami berangkat ke lapangan. Si tengah muntah! Muntah mengenai sofa dan karpet rumah sewaan. Wah, langsung kami kocar-kacir membersihkan sisa muntahan. Untung kami tinggal di rumah sehingga kami bisa menjemur karpet yang terkena muntahan. Kipas angin pun kami hidupkan dan diarahkan ke sofa bekas muntahan agar cepat kering.
Setelah mengantar suami, si tengah lanjut muntah di carseat. Duh, padahal sudah dekat dengan rumah tinggal. Untung muntahannya hanya berupa air. Beruntung juga di luar cuaca cerah dan panas terik sehingga carseat langsung saya jemur di belakang.
Itinerary sudah disiapkan, tapi si tengah muntah dan mencret. Nah lho! Padahal di hari itu saya dan mertua yang kebetulan singgah ke Solo berencana menempuh perjalanan jauh ke Museum Atsiri.
“Si tengah barusan muntah, ini mau lihat kondisi dulu sampai jam 10. Kalau kondisi oke, paling kita ke Tjolomadu aja jalan-jalan.”, saya mengetik WhatsApp ke mertua.
De Tjolomadu yang merupakan bekas pabrik gula terbesar di Indonesia ini hanya berjarak tidak sampai 1 km dari rumah sewaan kami. Yes, itulah salah satu alasan saya memutuskan menyewa AirBnb ini, posisinya dekat dengan salah satu tempat wisata primer. Akhirnya tanpa pikir panjang, rencana hari itu saya ubah dengan piknik di de Tjolomadu saja dan makan di salah satu tempat hits di Solo, Grandis Barn yang jaraknya juga sangat dekat dengan rumah tinggal kami.
So far penginapan kami memuaskan. Minusnya cuma tidak dibekali internet saja. Mungkin saya harus menulis ulasan agar memasang IndiHome kepada pemilik penginapan karena banyak sekali manfaat internet yang bisa didapatkan oleh penyewa.
Eh ternyata suami membawa berita gembira saat pulang dari dinas, ia dapat hibahan kamar hotel tipe Family Suite untuk satu malam!
Berpikir cepat, kami pun packing cepat dan memisahkan koper supaya nanti pas checkout rumah singgah dan hotel tidak ribet. Keputusan kami mengambil kamar hotel ini juga dibutuhkan adaptasi yang cepat, terutama untuk rencana keesokan harinya.
Rencananya esok hari saya dan anak-anak ke Tumurun Museum dan jalan-jalan santai di trotoar luas Jl. Slamet Riyadi. Karena keputusan kami harus menginap di hotel itu, artinya hari itu menjadi hari yang sangat sibuk!
Saya sendiri tanpa suami harus check out dari 2 tempat: Hotel dan AirBnb. Dari yang rencananya cuma mengantar suami, jalan santai, dan pulang nunggu aba-aba buat jemput sore, kini menjadi super ribet.
Mengantar suami, ke Tumurun Museum sesuai reservasi, pulang ke hotel sekalian check out, janjian makan siang sama teman, cari serabi, pulang ke rumah singgah sembari membereskan anak, checkout (lagi).
Lelah? Memang, tapi ini risiko yang saya terima dan konsekuensi untuk dapat bersikap adaptif.
Tantangan usai? Belum. Sesampainya kami malam di Semarang, si bungsu muntah di carseat. Memang sehari itu dari pagi badannya sudah hangat. Kami berusaha tenang. Karena kami sudah menyiapkan obat sehingga kami minumkan si bungsu paracetamol 4 kali sehari. Tidak lupa selama perjalanan pulang esoknya saya membawa baju ganti si tengah dan si bungsu untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan selama perjalanan.
Benar saja, dalam perjalanan pulang si bungsu mencret dan rembes ke bajunya. Bismillah, ikhlas, ikhlas, ikhlas, ga ngeluh.
4. Ikhlas
Ikhlas adalah tips kunci agar tantangan yang dihadapi selama perjalanan tetap terasa menyenangkan. Itinerary tidak sesuai? Ikhlas. Ada tempat yang tidak jadi dikunjungi? Ikhlas. Terjadi hal-hal yang tidak diinginkan? Ikhlas.
Jika ikhlas, perjalanan yang terasa sulit tidak akan terasa menyebalkan. Pun, meski sudah mengalami hal-hal diatas, kami merasa tidak kapok jika harus membawa anak-anak kami road trip berikutnya. Justru dari hal-hal yang sudah dialami meski tidak mengenakkan akan menjadi pembelajaran bagi kami.
Pembelajaran menyiapkan perjalanan keluarga yang lebih baik.