15 Tempat Wisata Ramah Anak di Jakarta Selama Liburan Lebaran

Tidak ada komentar
Tidak usah khawatir kalau kamu bukan termasuk tim mudik saat lebaran karena ada banyak tempat wisata ramah anak di Jakarta selama liburan Lebaran.

tempat wisata ramah anak

Berbeda dengan keluarga suami yang sedari kecil tidak mudik saat lebaran, saya menempuh pengalaman mudik tiap tahunnya saat masih kecil. Dulu kami tiap tahun mudik ke Medan tempat keluarga Ibu saya dan ke Tegal tempat keluarga Ayah saya. Bahkan saya dan suami pun masih merasakan momen mudik selama liburan lebaran di tahun-tahun awal pernikahan kami. Momen mudik selama liburan lebaran ke Medan tidak kami alami lagi semenjak atok dan nenek (orang tua dari pihak Ibu) meninggal. Pun, mudik ke Tegal juga beriringan tidak lagi karena eyang (Ibu dari Ayah) sudah tinggal bersama orangtua saya ataupun tante saya.

Praktis setelah semua nenek-kakek saya meninggal, kami tidak merasakan momen mudik selama liburan lebaran. Kebalikannya, akhirnya saya mengalami nikmatnya lalu lintas Jakarta selama liburan lebaran yang lengang! Momen lebaran sekarang dihabiskan di Jakarta saja, mengunjungi sanak saudara dari pihak suami dan ayah saya yang tinggal di Jabodetabek. Kunjungan ke rumah orangtua saya juga biasanya seminggu setelah lebaran karena mereka biasanya umroh saat lebaran.

Momen liburan lebaran biasanya berbarengan dengan libur sekolah anak. Tidak usah takut anak kebosanan selama liburan lebaran di Jakarta karena banyak sekali tempat wisata ramah anak di Jakarta. Apa saja?

Tempat Wisata Ramah Anak untuk Alam dan Hewan

Meski Jakarta merupakan kota Metropolitan, ternyata banyak spot kunjungan menikmati alam dan hewan yang merupakan tempat wisata ramah anak.

1. Kebun Binatang Ragunan

kebun binatang ragunan

Menempati luas 140 hektar, Kebun Binatang Ragunan adalah Kebun Binatang tertua di Indonesia yang didirikan sejak tahun 1864. Koleksi hewan di Ragunan sangat banyak, termasuk spesies hewan langka dari burung kakatua, orangutan, gajah, gorila ,dan anoa. Tidak hanya menyimpan koleksi spesies hewan langka, Kebun Binatang Ragunan juga menjadi lokasi penelitian primata di Indonesia yang berada di Pusat Primata Schmutzer yang berada di satu komplek dengan Ragunan.

Tempat wisata ramah anak di Jakarta ini memiliki tiket masuk yang sangat murah dan berada sangat strategis dengan akses banyak transportasi umum. Tidak heran Kebun Binatang Ragunan menjadi destinasi liburan favorit keluarga selama liburan lebaran!

2. Sea World Ancol

sea world ancol

Ancol menawarkan banyak tempat wisata ramah anak di Jakarta selama liburan lebaran. Salah satunya adalah Sea World. Pengunjung dapat menikmati berbagai macam aneka ikan mulai dari kolek hiu hingga ikan piranha.

Saat memasuki arena Ancol, dikenakan tiket masuk motor dan mobil seharga Rp 15.000 dan Rp 25.000. Seluruh tiket bisa dibeli langsung di website resmi Ancol atau melalui OTA (Online Travel Agency)

3. Jakarta Birdland

jakarta birdland

Jakarta Birdland adalah tempat wisata ramah anak terbaru di Ancol yang menjadi favorit para orangtua dan anak selama liburan. Koleksi burung di Jakarta Birdland sangat lengkap mulai dari Kakatua, Hornbill, hingga koleksi burung perairan. Burung dibiarkan bebas di “sarang besar” dimana pengunjung dapat berinteraksi seperti memberi makan. Selain itu, terdapat beberapa jadwal Mini Show sehingga pengunjung dapat bersantai sembari mendapat pengetahuan baru seputar burung.

Jangan lupa cek harga tiket di situs resmi karena sering ada promo diskon, lho!

4. Pantai Ancol

pantai ancol

Pantai Ancol adalah pantai terdekat dari Jakarta. Tanpa harus ke Anyer, kamu bisa menikmati suasana pantai di Pantai Ancol mulai dari main pasir hingga main air. Jika kamu tidak berminat kotor-kotoran pasir dan air pantai, kamu bisa berjalan-jalan di pinggiran pantai sembari menikmati pemandangan yang indah, terutama saat matahari terbenam.

5. Jakarta Aquarium

jakarta aquarium

Akuarium tapi lokasi di mall? Jangan kaget, meski berada di dalam mall, Jakarta Aquarium juga memberikan suguhan atraksi yang tidak kalah menarik dibandingkan Sea World Ancol. Koleksi ikan cukup banyak, termasuk beragam atraksi yang ditawarkan mulai dari kolam sentuh, Sea Explorer, hingga Aqua trekking.

Lokasinya juga strategis, lebih gampang dicapai dari area Jakarta manapun. Selain itu,lokasinya di mall membuat ada banyak pilihan tempat makan siang saat sudah selesai mengeksplorasi Jakarta Aquarium.

6. Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

taman mini indonesia indah

Wisata ke TMII identik dengan tempat wisata yang usang dan jadul. Namun sejak revitaliasi beberapa tahun lalu, TMII berubah menjadi lokasi wisata yang bonafid sebagai tempat wisata ramah anak di Jakarta. Sejak revitalisasi, tidak semua wahana TMII dibuka. Beberapa wahana TMII yang sudah bisa dikunjungi seperti Taman Burung, Museum Fauna, dan Dunia Air Tawar & Dunia Serangga. Selain tiket masuk wahana, dikenakan juga tiket masuk kendaraan di gerbang TMII sebesar Rp 25.000.

Menempati area seluas 259 hektar, kamu bakalan puas berkeliling menggunakan gondola. Cocok juga dijadikan untuk tempat piknik sore dan jalan santai bersama keluarga.

7. Mangrove Ecoutourism

taman wisata mangrove

Jakarta punya taman Mangrove yang asik dieksplor juga, lho! Tempat wisata ramah anak ini menempati area seluas 99 hektar dikenal juga dengan Taman Wisata Alam (TWA) Mangrove Angke Kapuk. Pohon Mangrove adalah habitat alami yang menjadi ciri badan air pantai. Tanpa Pohon Mangrove, bencana erosi akan menghantui.

Selain jalan-jalan santai, kamu juga bisa ikutan wisata air mengarungi kanal-kanal air di TWA Mangrove Angke Kapuk ini.

Wisata Sejarah dan edukasi sebagai tempat wisata ramah anak

Wisata sejarah dan edukasi adalah pilihan tepat jika kamu menginginkan liburan ke tempat wisata ramah anak yang sepi di musim liburan. Sebagai keluarga pecinta sejarah, kunjungan wisata sejarah adalah hal yang tidak boleh kami lewatkan. Pun, wisata sejarah dan edukasi di Jakarta merupakan pilihan murah meriah karena tiket masuknya sangat murah.

1. Museum Nasional – ImersifA

museum nasional imersifa

Museum Nasional disebut juga Museum gajah karena patung berbentuk gajah yang khas berdiri di depan pintu museum. Patung gajah ini sendiri merupakan sumbangan dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand.

Sebagai salah satu museum tua di Jakarta, sangat disayangkan jika tidak mengunjungi Museum Nasional. Instalasi yang dihadirkan mulai dari senjata Indonesia jaman batu sampai Keris. Arca yang dipamerkan disini sebagian asli dan hanya beberapa yang merupakan imitasi.

Museum Nasional memiliki wahana baru berjudul ImersifA dimana seluruh dinding dan lantai diproyeksikan gambar bergerak yang dilengkapi dengan tata suara. Satu sesi berlangsung selama 30 menit dan ada 8 sesi dalam satu hari. Pembelian tiket Museum Nasional dan ImersifA bisa langsung di situs resmi Museum Nasional.

2. Museum Satria Mandala

museum satria mandala

Museum Satria Mandala adalah tempat wisata ramah anak yang dikelola oleh TNI AD. Lokasinya di pinggir kota, ditandai dengan instalasi pesawat-pesawat yang dengan mudah terlihat dari pinggir jalan Gatot Subroto.

Terdapat banyak diorama cerita dari jaman pra-kemerdekaan hingga setelah kemerdekaan. Dipamerkan juga senjata puluhan senjata yang dipakai di masa peperangan itu. Puluhan pesawat dipamerkan mulai dari Mustang hingga helicopter. Sebagian menggunakan atap, sebagian pula terpampang di halaman Museum Satria Mandala.

3. Monas

monas

Siapa yang tidak kenal dengan ikon kota Jakarta ini? Monas merupakan tujuan utama wisatawan luar kota Jakarta. Faktanya, masih banyak lho warga Jakarta yang belum pernah mengunjungi Monas.

Lokasi monas yang tepat di tengah kota identik dengan lokasi Car Free Day di akhir pekan. Banyak pedagang membuka lapak di komplek Monas. Pun, banyak pengunjung menjajali lantai bawah monas. Bagian gedung monas yang bisa dikunjungi meliputi dua bagian : Lantai dasar dan puncak monas. Biaya masuknya pun berbeda-beda. Lantai dasar merupakan museum monas yang terdiri dari berbagai diorama sejarah kemerdekaan Indonesia. Sementara untuk puncak monas dibandrol harga yang berbeda. Pengunjung naik menggunakan lift dan dapat menikmati pemandangan Kota Jakarta dari atas.

Oh ya, kabarnya puncak Monas terbuat dari emas, lho!

4. Kota Tua dan Museum Fatahillah

museum fatahillah

Tidak lengkap rasanya jadi penduduk Kota Jakarta kalau belum jalan-jalan di Kota Tua. Area Kota Tua ini cenderung ramah pejalan kaki sehingga cocok digunakan untuk jalan santai bersama anak sekaligus menjadi lokasi yang cocok untuk berfoto.

Nah, kunjungan kota Tua tidak lengkap jika tidak mampir ke Museum Fatahillah yang dulunya merupakan Balai Kota Batavia. Bangunan ini menyerupai Istana Dam di Amsterdam. Nama Museum Fatahillah ini juga dikenal dengan Museum Sejarah Jakarta. Museum ini terkenal dengan gedung khas kolonialnya dan berisi instalasi dan cerita seputar sejarah Kota Jakarta.

5. Perpustakaan Cikini

perpustakaan cikini

Selamat datang ke surganya para pecinta buku. Perpustakaan Cikini awalnya bernama Perpustakaan Jakarta Pusat karena dimiliki oleh Pemda. Semenjak dipugar dan diarsiteki oleh Andra Matin, popularitas Perpustakaan Cikini mendadak meledak.

Bentuk bangunan yang ikonik, interior dan eksterior yang menawan, hingga koleksi buku yang sangat banyak.

Rasanya jika hanya berdua bersama si sulung, bisa menghabiskan waktu seharian deh! Oh ya, kamu juga bisa dengan mudah bikin keanggotaan perpustakaan ya, tinggal minta bantuan petugas.

Taman Hiburan Sebagai Tempat Wisata Ramah Anak

Datang ke Taman Hiburan adalah pilihan mayoritas keluarga saat masa liburan. Karena Jakarta adalah kota Metropolitan, pilihan taman hiburan pun cukup banyak. Apa saja?

1. Dufan

dufan

Dufan adalah taman hiburan paling favorit di keluarga Indonesia dengan wahana Jet Coaster Halilintar yang paling populer. Namun, permainan di Dufan sebagian besar baru bisa dimainkan oleh anak dengan tinggi badan minimal 120 cm. Untuk anak yang lebih kecil, pilihan arena bermain tidak terlalu banyak.

Tiket Dufan bisa dibeli di situs resmi Ancol. Bagi kamu yang berencana sering ke Dufan dalam setahun, kamu bisa membeli Annual Pass dengan harga yang sangat terjangkau.

2. Pondok Indah Waterpark

pondok indah waterpark

Pondok Indah Waterpark adalah salah satu tempat wisata ramah anak di Jakarta Selatan yang kerap terlewatkan, padahal kehadiran Pondok Indah Waterpark ini termasuk pelopor waterpark di Jakarta. Lokasinya persis di samping Pondok Indah Mall. Pondok Indah Waterpark pernah sempat ditutup sementara untuk pemugaran. Kini Pondok Indah Waterpark tampil dengan lebih modern.

Wahana air yang disajikan juga cukup banyak, mulai dari kolam arus selancar hingga perosotan ular.

3. Kidzania

kidzania

Anak mana yang tidak senang dengan playground profesi bernama Kidzania?

Kidzania yang berada di lantai paling atas Pacific Place merupakan area dengan puluhan simulasi profesi orang dewasa. Mulai dari pemadam kebakaran, polisi, pilot, sampai pegawai pabrik roti. Kidzania disarankan untuk anak berusia minimal 6 tahun karena orangtua tidak boleh ikut masuk kedalam “wahana profesi”. Pun, anak dengan usia 6 tahun ke atas sudah mulai faham dengan apa yang dikerjakannya di tiap “wahana profesi”.

Mau mengunjungi tempat wisata ramah anak di Jakarta yang mana?

Meski tidak mudik, banyak tempat wisata ramah anak di Jakarta yang bisa dikunjungi bersama si kecil. Mulai dari taman hiburan, museum, hingga wisata alam. Meski tinggal di Jakarta, masih ada beberapa tempat wisata ramah anak di daftar ini yang belum kami kunjungi.

Tempat wisata ramah anak yang akan kamu kunjungi bersama keluarga di liburan lebaran kali ini?

Resep Nasi Ayam Cajun Sederhana, Enak, dan Mudah

Tidak ada komentar
Traveling tidak melulu soal fisik, tapi juga bisa melalui indra perasa, misalnya dengan menyiapkan menu makan malam dari resep nasi ayam cajun sederhana ini. Manjakan indra perasamu dan biarkan ia “berkeliling dunia” dengan merasakan masakan dari negeri seberang sana.

resep nasi ayam cajun

Bulan lalu, kami sekeluarga ke Bandung saat akhir pekan. Tujuan utamanya ya berobat gigi dengan tante yang kebetulan dokter gigi sih, jadi pasti kami menginap di rumah sana. Nah kebetulan sepupu saya masakin makanan yang sebelumnya memang tidak pernah saya masak (atau pernah tapi lupa?). Lihat piring makan si sulung, loh kok cepat banget habisnya dan lahap?

“Enak ma, Mama masak kayak gini juga donk!” Pinta si sulung.

Saya pun tertawa dan segera menanyakan resepnya kepada sepupu. Ternyata sepupu saya masak resep nasi ayam cajun yang ditulis oleh Chef Devina Hermawan. Sang sepupu pun memberikan link Youtube kepada saya via Whatsapp.

Saya pun menonton dan melihat uraian bahan dan cara memasaknya di deskripsi. Ternyata semudah dan sesederhana itu bahannya. Namun, ternyata saya harus menyesuaikan resep nasi ayam cajun asli kepada pola makan di keluarga saya.

Penyesuaian resep nasi ayam cajun

resep nasi ayam cajun

Penyesuaian pertama yang sangat krusial adalah nasi. Di resep nasi ayam cajun aslinya adalah masak ayam marinasi bersamaan dengan nasi di rice cooker. Keluarga kami bukan pemakan nasi. Suami tidak makan nasi sama sekali, si sulung tidak makan nasi di malam hari, dan saya hanya makan nasi maksimal sekali dalam sehari. Sisanya kedua anak terakhir saya dan ART yang rutin makan nasi tiap makan. Pastinya komposisi tidak akan pas apabila saya masak nasi sedikit tapi bersamaan dengan satu kilo ayam, berbeda dengan resep nasi ayam Cajun versi Devina.

Pun, sepupu saya yang sebelumnya sudah beberapa kali masak ulang berpendapat bahwa ada bagian nasi yang kurang matang saat ia masak ayam bersamaan dengan masak nasi di rice cooker. So, it's kind of risky!

Jadilah saya menyesuaikan resep nasi ayam cajun dengan cara memasak ayam langsung di Air Fryer atau di oven. Pun, saat memasak nasi menggunakan kaldu ayam supaya lebih gurih.

Selain itu, saya tidak menggunakan gula pasir sama sekali agar suami bisa turut menyantapnya. Gula pasir saya ganti dengan tetes sukralosa. Kalau kamu tidak makan beras, bisa diganti dengan beras porang (merk Fukumi) dengan rasio masak 120 ml beras menggunakan 120 ml kaldu dan 100 ml air.

Tenang, resep nasi ayam cajun tetap mudah dan sederhana kok! Penasaran bagaimana resep nasi ayam cajun versi keluarga kami?

Bahan dan Cara Memasak

resep nasi ayam cajun

Resep nasi ayam cajun untuk 5-6 porsi ini terdiri dari 3 bagian: Ayam Cajun, nasi, dan sambal salsa.

Bahan marinasi ayam:
  • 1 kg ayam paha atas/bawah
  • 2½ sdt kaldu ayam bubuk
  • ¾ sdm paprika bubuk
  • ¾ sdm thyme kering
  • ¾ sdm oregano kering
  • 2½ sdt bawang putih bubuk
  • 1 sdt gula pasir/2 tetes pemanis sukralosa
  • Air jeruk nipis secukupnya

Bahan nasi:
  • 380 gr beras
  • 500 ml kaldu ayam
  • 100 ml air
  • ½ sdt kunyit bubuk

Bahan tumis:
  • ½ buah paprika merah
  • ½ buah bawang bombay
  • 50 gr smoked beef
  • 1 sdm butter tawar
  • ⅓ sdt garam
  • ⅓ sdt kaldu bubuk
  • ¼ sdt merica
  • 2 sdm kismis

Bahan saus salsa:
  • 3 buah tomat merah
  • ⅓ buah bawang bombay kecil
  • 1 siung bawang putih
  • 4 buah cabai rawit (bisa dicampur dengan cabe merah, sesuai selera)
  • Air jeruk nipis 2 buah
  • 1 sdm minyak goreng
  • 2 sdm daun ketumbar (opsional)
  • ½ sdt garam
  • 1 sdt gula pasir

Cara memasak:
  1. Marinasi ayam dengan bumbu marinasi, diamkan semalaman di kulkas atau minimal 4 jam
  2. Panaskan oven 200 derajat celcius
  3. Cuci bersih beras, lalu masukkan ke dalam rice cooker bersamaan dengan air kaldu, air, dan kunyit bubuk. Masak nasi sampai matang
  4. Keluarkan biji tomat, kemudian masukkan kembali ke food processor bersama bahan saus salsa lainnya. haluskan
  5. Masukkan ayam ke Air Fryer (15 menit) atau oven (40-50 menit)
  6. Potong kotak paprika, bawang bombay dan smoked beef
  7. Tumis sebentar semua bahan tumisan, jangan terlalu lama agar menyisakan sensasi kriuk
  8. Masukkan tumisan ke dalam nasi, aduk rata

Mudah bukan? selamat mencoba!

resep nasi ayam cajun



Cara Mendapatkan Kolom Tanda Tangan di Paspor

Tidak ada komentar
Bagaimana cara mendapatkan kolom tanda tangan di paspor apabila paspormu terlanjur merupakan terbitan setelah tahun 2021?

kolom tanda tangan di paspor

Di tengah tahun 2022 lalu, jagat maya twitter dihebohkan dengan cuitan dari @gasgandenglah yang menyatakan bahwa paspornya ditolak oleh Kedutaan Besar Jerman saat hendak mengajukan Visa.

"Hallo, @ditjen_imigrasi, saya mau tanya dong, kenapa bisa ya imigrasi ngeluarin paspor yang tidak bisa valid di Kedutaan jerman? mereka bilang kalau paspor Indonesia tidak sesuai aturan internasional. Kami ditolak dengan alasan tidak ada kolom tanda tangan di paspor pada bagian lembar terakhir."

Kedutaan Besar Jerman menganggap paspornya tidak sesuai dengan aturan Internasional karena kolom endorsement yang diterbitkan pada paspor baru tidak dapat diakui sebagai pengganti dari kolom tanda tangan paspor Indonesia. Lantas bagaimana tanggapan Pihak Imigrasi atas kegaduhan ini?

Konfirmasi pihak Imigrasi

Benar adanya kolom tanda tangan di paspor dihilangkan sejak tahun 2021. Direktorat Jenderal Imigrasi menyampaikan klarifikasi sebagai berikut:
  1. Ditjen Imigrasi menyampaikan permohonan maaf atas permasalahan ini yang berdampak secara langsung kepada masyarakat yang sedang mengajukan visa Jerman atau visanya sudah terbit, tapi tidak bisa berangkat ke Jerman;
  2. Saat ini tim dari Ditjen Imigrasi tengah berkomunikasi dengan Kementerian Luar Negeri untuk membahas permasalahan tersebut dengan Kedutaan Jerman di Jakarta;
  3. Ditjen Imigrasi akan menyampaikan hasil keputusan maupun solusi atas permasalahan ini kepada masyarakat dalam waktu secepatnya.

Tidak hanya menyampaikan permintaan maaf, akhirnya pihak Imigrasi mengganti kebijakan dengan memasukkan kembali kolom tanda tangan di paspor untuk paspor terbitan akhir tahun 2022. Suami saya yang memperpanjang paspor di bulan Desember 2022 sudah memiliki kolom tanda tangan di Paspor dan masa berlaku sudah menjadi 10 tahun.

Bagaimana dengan saya dan dua anak kami yang saat perpanjangan paspor di bulan Mei 2022 tidak ada kolom tanda tangan di paspor? Padahal kami sekeluarga berniat Traveliving 2.0 ke Eropa di tengah tahun 2023 ini. Tentu kami tidak ingin kejadian netizen twitter terjadi kepada kami.

Cara mendapatkan kolom tanda tangan di paspor

kolom tanda tangan di paspor

Menyiapkan kolom tanda tangan di paspor adalah salah satu cara persiapan traveliving bersama tiga anak. Ternyata cara mendapatkan kolom tanda tangan di paspor lebih mudah daripada dibayangkan, bahkan kurang dari 15 menit (kalau lancar). Yuk simak cara mendapatkan kolom tanda tangan di paspor ini.

1. Datang ke Kantor Imigrasi Unit Layanan Paspor Wilayah I

Mendapatkan kolom tanda tangan di paspor tidak bisa di sembarang Kantor Imigrasi (Kanim). Awalnya saya sempat datang ke Kanim yang berada di gedung parkir Kemang Village karena terakhir saya perpanjang dan pembuatan paspor baru disitu. Ternyata perpanjangan paspor hanya bisa dilakukan di Kantor Imigrasi Unit Layanan Paspor Wilayah I karena kolom tanda tangan di paspor harus ditandatangani oleh kepala kantor di bagian bawahnya.

Petugas Kanim Kemang Village pun menyarankan saya agar ke Kanim Ciputat atau Kanim Warung Buncit untuk lokasi terdekat.

2. Siapkan dokumen

Dokumen yang disiapkan untuk mendapatkan kolom tanda tangan di paspor juga sangat sederhana. Apa saja?
  1. Paspor asli
  2. Fotokopi paspor
  3. Fotokopi KTP
  4. Fotokopi KIA/Akte lahir (untuk anak)

Dokumen tersebut bisa disiapkan dahulu dari rumah agar tidak repot. Jika lupa, biasanya ada fotokopi terdekat yang berada di dalam atau di samping gedung.

3. Mengisi Formulir

Setelah mengkomunikasikan kepada petugas loket di Kanim soal kolom tanda tangan di paspor, mereka akan memberikan form yang harus diisi. 1 formulir untuk 1 pemohon. Jadi untuk kasus saya yang ingin mendapatkan kolom tanda tangan di paspor untuk 3 orang maka butuh mengisi 3 formulir.

4. Menyerahkan dokumen ke loket pengajuan

Selanjutnya kamu tinggal menyerahkan dokumen dan formulir ke loket pengajuan kolom tanda tangan di paspor (bisa langsung tanya dimana kepada petugas kanim). Karena saya tidak membawa KIA ataupun akte lahir anak, maka saya pasrah saja menyerahkan tanpa kelengkapan dokumen tersebut. Toh, saya punya fotokopi KK untuk jaga-jaga apabila diminta. Syukurlah petugas tetap menerima meskipun dokumen kami ada yang kurang.

Kemudian kami tinggal duduk manis menunggu panggilan petugas kanim. Tidak sampai 5 menit kemudian, petugas memanggil kami dan menyerahkan paspor yang sudah ada kolom tanda tangan. Ternyata hanya berupa “cap” yang distempel beserta tanda tangan pengesahan dari kepala kanim.

kolom tanda tangan di paspor

Cukup mudah bukan caranya? Jadi kalau kamu ingin keluar negeri tapi sadar paspor kamu masih versi belum ada kolom tanda tangan di paspor, tidak usah berkecil hati! Tinggal datang ke Kanim besar dan kolom tanda tangan di paspor akan kamu dapatkan dalam waktu 10 menit.

3 Jenis Semen untuk Pembuatan Taman Kering Mini dengan Beton Berpori

Tidak ada komentar
Sini saya bisikin 3 jenis semen rekomendasi jika kamu sedang berniat membuat taman kering mini dengan beton berpori.

taman kering mini

Di rumah saya ada 2 taman kecil: Taman depan dan belakang. Ukurannya tidak besar, hanya sekitar 0,8m x 5m untuk taman depan dan sekitar 3 m x 3 m untuk taman belakang. Oh, ada juga jejeran Monstera dan 2 jenis tanaman hias lainnya (asli saya lupa namanya hehe) di bagian lain carport kalau juga ingin dihitung sebagai “taman”. Bisa dibilang taman belakang saya sukses sesuai harapan. Taman basah dengan rumput gajah mini beserta ragam tanaman bumbu dapur dan tanaman hias.

Namun tidak untuk taman depan saya.

taman kering minitaman kering mini
Ki-ka: taman belakang dan taman depan

Taman kecil di sebelah carport mobil ini rencananya berupa taman basah juga dengan jajaran Calathea beserta rumput gajah sebagai alasnya. Nyatanya, lebih banyak gagalnya bahkan sampai sekarang. Tanahnya dipadati oleh rumput gajah mini ternyata hanya sekedar wacana karena sepertinya tidak mendapat asupan sinar matahari yang cukup. Sepertiga lahan taman depan samping tertutup oleh kanopi yang di atasnya kamar utama. Tidak hanya itu, bagian yang terkena sinar matahari pun tertutup oleh kanopi Calathea.

Tengah tahun bulan lalu saya memanggil tukang kebun dengan tujuan “deep cleaning” dan “deep maintaining” halaman rumah. Saya ganti rumput gajah mini dengan tanaman yang gampang tumbuh (duh lupa namanya haha). Saya juga beli satu pot Calathea lain karena Calathea yang tertutup kanopi sudah mati.

Ternyata hasilnya lebih buruk dari sebelumnya.

Sekarang Calathea saya pada miring. Calathea yang terakhir diganti sudah mati (juga). Tanaman rerumputan juga tidak tumbuh. Tampaknya saya salah memilih media tanam dan pupuk. Terbukti dari tanah halaman depan yang keliatan lembab dan berjamur.

Jujur hampir putus asa sih hehe. Sempat terpikir sekalian saja panggil jasa landscape taman supaya halaman depan saya lebih “pencitraan” haha. Selain itu, saya juga terpikirkan untuk integrasi taman mini depan dengan “garasi” gantung sepeda mengingat ada 7 sepeda di rumah ini. Lebih banyak dari penghuninya!

Akhirnya saya coba browsing dan mencoba mencari tahu ide taman kering, salah satunya taman kering mini dengan menggunakan beton berpori mengingat saya akan mengintegrasikannya dengan garasi sepeda. Ada apa saja?

Taman kering mini dengan menggunakan beton berpori

taman kering mini

Taman kering mungkin identik sebagai ide pragmatis taman kalau tidak ingin terlihat jorok dan becek. Proses perawatannya relatif mudah dan memberikan nilai plus estetik. Taman kering mini dengan menggunakan beton berpori adalah salah satu cara mengakali taman kering anti becek. Air terserap melalui pori sehingga tidak ada genangan air. Dengan demikian, penyerapan air oleh tanah pun terjaga.

Salah satu elemen lainnya pada taman kering mini dengan menggunakan beton berpori adalah penggunaan batuan untuk meminimalisir tanah yang terciprat saat disiram air. Jenis batuan yang digunakan berupa batu koral sikat atau koral tabur.

Lantas bagaimana cara menghasilkan beton berpori yang bagus untuk menghasilkan taman kering mini dengan menggunakan beton berpori?

3 Rekomendasi Semen yang Sering Digunakan untuk Taman Kering

Beton sendiri adalah campuran antara semen, kerikil, dan pasir. Sementara semen adalah bubuk halus yang mengeras jika dicampur dengan air. Dalam membangun taman kering, memilih semen tidak boleh asal-asalan meskipun penggunaannya cuma sedikit. Berikut 3 rekomendasi semen yang sering digunakan untuk taman kering.

1. Semen Dynamix

Rekomendasi semen yang sering digunakan untuk taman kering yang pertama adalah Semen Dynamix. Semen ini sudah memiliki keunggulan berupa Micro Filler Particle. Butiran halus dari partikel kecil ini akan mengisi rongga pengisian untuk taman kering dengan sempurna. Semen ini juga memiliki harga yang cukup terjangkau.

2. Semen Tiga Roda

Merek semen berikutnya yang menjadi rekomendasi semen yang sering digunakan untuk taman kering adalah Semen Tiga Roda. Semen ini salah satu merek populer yang sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan European Standard (EU).

Semen Tiga Roda menghasilkan plester yang halus dan lebih rapat sehingga diharapkan taman kering yang dihasilkan juga lebih kokoh dan estetik sesuai yang diharapkan.

3. Semen SCG

taman kering mini
Banyak merk semen yang dapat dipilih di berbagai toko bangunan, salah satunya SCG. Mungkin banyak yang belum familiar dengan SCG. SCG kepanjangan dari Siam Cement Group. Dari namanya bisa ketahuan kalau merk semen ini berasal dari Thailand.

SCG mengeluarkan berbagai jenis semen, salah satunya Semen Portland Komposit atau PCC (Portland Composite Cement). Tekstur semen PCC ini memiliki berbagai keunggulan seperti tekstur semen yang lebih halus, rendah penyusutan, dan daya rekat tinggi sehingga memudahkan dan mempersingkat waktu pengerjaan plesteran dan acian. Karena keunggulan inovasi formula terbaru dari Semen SCG PCC, semen ini cocok untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan. Semen SCG sangat cocok untuk pembuatan taman kering yang membutuhkan pekerjaan pembetonan.

Selain Semen SCG PCC, SCG mengeluarkan seri SCG Beton instan. Semen ini memiliki mutu K175 yang artinya memiliki kekuatan tekanan 175 kg/cm2. Penggunaan SCG beton instan ini cocok untuk pengecoran pondasi, plat lantai (slab), balok (beam), atau kolom (column) pada bangunan 1 lantai. Penggunaannya juga cukup simpel, cukup menambahkan 4-5 air per zak. 1m3 = 43 zak. Penggunaan beton instan ini cocok bagi area terpencil yang sulit dijangkau truk.

Jangan termakan tren, desain tamanmu sesuai selera, kebutuhan dan keadaan

“Kamu mau taman kering apa taman basah?” Tanya saya pada suami 2 tahun lalu saat proses pembuatan rumah.
“Taman basah aja ya, aku ga suka taman kering?”

Kalau saya pribadi, saya suka keduanya. Ya karena saya suka keduanya maka saya lempar opini ini ke suami. Pada akhirnya sepertinya memang bakal ada 2 jenis taman di rumah ini. Taman kering dan taman basah.

Taman kering bagi milenial sedang naik daunnya karena minimalis, estetik, dan mudah perawatannya. Tapi apakah taman basah itu jelek?

Tidak juga sih, lihat saja rumah orang tua dan mertua saya. Taman basah tapi tetap enak dipandang. Sebenarnya taman kering tidak melulu kering kerontang. Toh di taman kering juga dipasang berbagai aneka ragam tanaman sesuai selera.

Jadi lebih baik taman kering atau taman basah?

Dua-duanya sama baiknya. Sesuaikan dengan selera, kebutuhan, dan keadaan rumah. Yang penting jangan sampai memaksakan karena cuma atas nama tren.

Persiapan Traveliving bersama Tiga Anak

16 komentar
Ribet ga ya kira-kira persiapan traveliving bersama tiga anak?

Tidak terasa, keberangkatan Traveliving 2.0 (Traveliving bersama tiga anak) kami tinggal 3 bulan lagi! Traveliving sendiri artinya traveling selama sebulan. Tentu saja artinya kami traveling sekaligus living disana.

persiapan traveliving

Traveliving 1.0 di tahun 2018 hanya dijalani bertiga karena pada saat itu kami baru punya si sulung saja. Persiapan perjalanan tentu lebih ringkas, begitu juga pengkondisian saat di lokasi traveliving. Traveliving 1.0 kebanyakan di dalam negeri, artinya lingkungan sudah familiar dan tidak perlu banyak adaptasi. Traveliving 1.0 ke luar negeri pun hanya ke Thailand, tidak jauh dari Indonesia serta memiliki kultur, iklim, hingga biaya hidup yang hampir sama dengan di Jakarta.

Bagaimana dengan Traveliving 2.0, yakni traveliving bersama tiga anak? Tidak hanya jumlah anak saja yang membedakan dengan traveliving 1.0, tapi kali ini kami pergi lebih jauh, yakni melintasi 6 zona waktu. Untuk durasi waktu tinggal kurang lebih sama, sebulan.

Kalau 5 tahun lalu persiapan maksimal hanya 2 minggu sebelumnya, persiapan Traveliving bersama tiga anak sudah mulai disiapkan sejak 8 bulan sebelum keberangkatan! Apa saja yang lakukan pada tahapan persiapan traveliving bersama tiga anak?

1. Hunting tiket dan penginapan


2 bulan terakhir di tahun 2022 kami habiskan untuk hunting tiket pesawat dan penginapan. Kok buru-buru amat? Ternyata memesan tiket dan penginapan lebih cepat merupakan persiapan travelling bersama tiga anak paling pertama.

Kami melakukan traveliving 2.0 tepat di puncak liburan warga di negara setempat. Diprediksi, harga tiket pulang (kembali ke Jakarta) akan meningkat pesat jika kami menunda pembelian tiket. Benar saja, saat saya mengecek tiket pulang karena survei tiket untuk ortu yang akan menemani kami pulang, harganya sudah melambung hampir 4 juta lebih mahal!

Pun, berhubung kota tujuan kami bukan kota Metropolitan (meski kota terbesar ketiga di negara itu), pilihan maskapai juga sangat terbatas. Tercatat hanya penerbangan menggunakan Turkish Airlines dan Emirates Airlines yang hanya satu kali transit. Lainnya dua kali transit dan jelas jauh lebih mahal.

Karena kami membawa tiga anak, tentu kami ingin transit sedikit dan sebentar mungkin. Penerbangan juga sebisa mungkin disesuaikan dengan jam tidur anak. Akhirnya kami memilih penerbangan menggunakan Turkish Airlines karena selain relatif sesuai jam tidur anak juga tercepat dan termurah!

Penerbangan jam 9 malam dan sampai subuh waktu Turki, hopefully bocah tidur sepanjang jalan. Yah, walaupun bangun juga tidak lama-lama selama perjalanan. Dengan waktu transit yang relatif cepat, penerbangan tinggal memakan waktu 3,5 jam di pagi hari.

Lantas bagaimana dengan penginapan? Kenapa kami cepat sekali booking?

Berdasarkan pengalaman memesan Airbnb suami tahun lalu disana, cukup sulit mendapatkan penginapan selama sebulan dengan harga terjangkau. Hanya satu penginapan yang sesuai budget meski, yah, jaraknya jauh dari kota, tapi setidaknya relatif dekat dengan tempat internshipnya.

Kami berharap dengan booking lebih cepat maka kami mendapatkan pilihan penginapan yang lebih baik dan tentu dengan harga yang lebih bersahabat pula. Akhirnya rezeki kami menemukan penginapan yang cukup murah untuk tipe sejenis. Dekat dengan jalur metro (kereta bawah tanah), dekat dengan kota, banyak pusat perbelanjaan, cukup luas untuk ditempati berlima, dan memiliki fasilitas untuk sehari-hari yang lebih dari cukup. Kekurangannya cuma terletak di lantai 2 (2 kali naik tangga) tanpa lift serta kulkas yang kecil. Selebihnya tampak direkomendasikan, sesuai dengan testimoni bintang lima dari pengguna yang sudah ratusan.

Keputusan tepat kami memesan Airbnb lebih cepat, saya cek sekarang saja sudah relatif penuh bookingannya. Ternyata benar selaku itu! Yah, semoga menjadi tempat tinggal yang nyaman untuk kami sebulan disana ya.

2. Les Bahasa asing


Bukan bakal kali pertama kami traveliving di negara bukan berbahasa Inggris dan Indonesia. Sebelumnya kami sudah pernah traveliving di Chiang Mai. Berbeda dengan Bangkok, Ibu kota yang setidaknya lebih memudahkan wisatawan asing, orang-orang di Chiang Mai hampir tidak ada yang bisa berbahasa Inggris kecuali semacam pegawai hotel.

Meski mereka tidak berbahasa Inggris dan saya pun hanya mentok berbahasa Thailand berupa angka-angka saja, perasaan saya santai dan tidak gentar selama di sana.


Berbeda dengan traveliving 2.0 nanti, meski sebenarnya mereka lebih banyak yang bisa berbahasa Inggris ketimbang di Thailand, tapi tetap saya dan suami harus mempelajari bahasa setempat.

“Kamu cari yang bisa ngasih les privat Prancis yang bisa datang ke rumah akhir pekan buat ngajarin kita ya!” Pinta suami.
Maka les bahasa asing adalah tahapan yang harus dimulai sedini mungkin dalam persiapan traveliving bersama tiga anak.

Akhirnya kami mendapatkan guru privat Bahasa Prancis yang bisa mengajarkan kami berdua, baik grammar maupun percakapan. Pas awal-awal si sulung juga ikut belajar agar bisa berbicara sederhana seperti menyapa dan membelikan adik-adiknya croissant dan macaron di toko roti setempat.

Kami mulai les sejak awal bulan Januari 2023. Lumayan, semoga setengah tahun les privat bisa memberi kami bekal berbahasa disana untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Sebenarnya suami tahun lalu sudah mengambil les Prancis IFI sampai selesai A1. Setahun berlalu tentu ia sudah lupa kemampuan Bahasa Prancis yang masih dasar itu.

Jujur sebenarnya saya deg-degan menjelang keberangkatan traveliving 2.0, bisa tidak ya saya beli ini-itu disana, “nyambung” tidak kalau nanti ada yang mengajak saya bicara, bisa tidak saya mengutarakan kebutuhan saya saat sedang membutuhkan sesuatu.

“Walaupun agak (pakai) isyarat, tapi mereka senang benar kalau kita ngomong bahasa sana.”

Lyon, kota yang akan kami tinggali sejenak bukanlah kota metropolitan sebesar Paris. Tentu saja yang mampu berbahasa Inggris lebih sedikit. Meski begitu, menurut pengalaman seorang teman lama yang mengambil doktorat disana, warga Lyon lebih hangat menyambut orang asing yang berbahasa Prancis meski tidak fasih.

Perasaan sedikit lebih lega. Ah bodo amat, yang penting mau memanfaatkan semaksimal mungkin berbahasa Prancis disana. Urusan bisa langsung mencerna percakapan balik itu urusan belakangan, hehe.

Berhubung saya yang bertanggung jawab terhadap anak-anak saat suami kerja, maka persiapan traveling bersama tiga anak ini harus benar-benar diseriusi.

3. Sounding ke anak



Sounding ke anak adalah persiapan traveling bersama tiga anak yang tidak boleh dilewatkan dan tentunya harus dilakukan sejak jauh-jauh hari.

Kalau traveliving 1.0 cuma membawa satu anak usia tiga tahun yang sangat kooperatif, maka traveliving 2.0 harus membawa tiga anak yang salah duanya adalah balita. Tentu sounding ke anak sejak jauh-jauh hari adalah syarat mutlak persiapan traveliving bersama tiga anak.

Perjalanan traveliving tengah tahun nanti merupakan perjalanan pertama menggunakan pesawat bagi kedua balita kami. Sekalinya naik pesawat langsung belasan jam ya, haha. Saya rutin sounding ke anak bahwa nanti akan ada perjalanan pesawat panjang, supaya mereka sabar, sehat-sehat, dan tidak saling berantam. Kepada si sulung pun saya menceritakan tentang perjalanan belasan jam tersebut. Bahwa akan ada entertainment on-air berupa tv pesawat yang bisa digunakan untuk nonton dan main game agar tidak kebosanan serta menjelaskan agar ia bisa kooperatif serta membantu kami orangtuanya dalam menenangkan adik-adiknya agar tidak kebosanan.

Tidak hanya soal perjalanan ke Prancis saja, tetapi juga soal selama ada di Prancis. Menerangkan kepada tiga anak seperti pekerjaan rumah apa saja yang bisa dilakukan untuk membantu saya disana hingga menjelaskan soal lingkungan dan bahasa yang bakal berbeda dibandingkan kehidupan kita di Jakarta.

Sounding sudah kami lakukan sejak awal tahun dan berulang-ulang saat secara tidak sengaja percakapan kami mulai menjurus ke traveliving 2.0 nanti. Semoga sewaktu saatnya tiba, mereka sudah lebih siap, ya. Aamin!

4. Menyiapkan Visa


“Daftar Visa yuk!” Ajak suami di pertengahan Januari kemarin.
“Loh, kita berangkat hampir setengah bulan lagi lho, daftar sekarang , kemudian Febuari baru dipanggil, dan Visa mungkin baru kelar paling lambat Maret. Apa ga kecepatan tu?” Pikir saya.

Ternyata setelah daftar Visa melalui web resmi dan mengajukan jadwal wawancara di situs TLS (lembaga resmi pembuatan Visa Prancis), kami baru mendapat jadwal di pertengahan April!

Loh kok? Hahaha.

Tampaknya berbondong-bondong orang hendak ke Prancis pasca pandemi. Kalau tahun lalu suami hanya menunggu pengajuan wawancara TLS tidak lebih dari sebulan, kalau kami sekarang bisa tiga bulan! Akhirnya saya baru paham cerita mertua saat travel temannya re-route jadwal tur Eropa via Polandia karena ramai sekali antrian wawancara Visa Prancis. Kalau dihitung, pengurusan Visa bisa memakan waktu 4 bulan mulai dari pengajuan hingga Visa selesai, alias turis biasa yang mepet mau berangkat tidak bisa buru-buru.

Kalau semua lancar, diharapkan akhir April kami sudah mendapatkan Visa. Visa didapatkan 2 bulan sebelum keberangkatan Insya Allah lebih dari jarak aman.

Pendaftaran Visa kami lakukan sendiri, sejujurnya lumayan jereng juga ya sekali mengurus Visa 5 orang di situs resmi Visa Prancis. Setelah keluar dokumen pendaftaran Visa, pendaftaran wawancara via TLS jauh lebih sederhana karena detil yang dimasukkan relatif sedikit.

Kami sudah mulai menyiapkan dokumen pendukung sejak pertengahan Maret ini dengan alasan agar menjalani ibadah Ramadhan lebih tenang. Dokumen pendukung dasar seperti akte dan kartu keluarga tinggal cetak dari Google Drive. Dokumen pendukung seperti reservasi tiket dan penginapan juga tinggal cetak. Sisanya adalah pembelian asuransi perjalanan dan pencetakan rekening koran.

Alhamdulillah dokumen kami lengkap, tapi kami agak deg-degan mengingat tahun lalu hasil pengajuan Visa suami yang kurang memuaskan. Dulu dia mengajukan tiga bulan (karena tiga bulan internshipnya) dan hanya mendapat izin perjalanan sebulan saja. Sekarang kami pergi berlima, tentu pertimbangan dari pihak yang mengeluarkan Visa lebih besar. Namun bedanya sekarang agak lebih tenang karena suami mengajukan Visa business dengan surat undangan sebagai acuan. Kami yang pengajuannya di bawah suami artinya juga berangkat dibawah business Visa meski jenis Visa yang kami ajukan adalah jenis Tourist Visa.

Yah, semoga semua berjalan lancar dan mudah. Tinggal 2,5 minggu lagi nih! Tidak disangka mengajukan permohonan Visa merupakan persiapan traveling bersama tiga anak ke Prancis yang harus disiapkan dari berbulan-bulan sebelumnya.

5. Menabung dan merencanakan keuangan


Menabung adalah persiapan traveliving bersama tiga anak yang sangat krusial. Memang sejauh pengalaman kami traveliving 1.0, tidak ada lonjakan biaya hidup bulanan kami. Apalagi hampir semua traveliving kami di kota kecil Pulau Jawa dimana biaya hidupnya lebih rendah dibandingkan di Jakarta. Biaya hidup di Chiang Mai meski beda negara juga relatif sama, bahkan lebih murah. Lonjakan pengeluaran berarti paling berupa sewa tempat tinggal dan biaya keinginan cafe hopping serta berwisata.

Namun bagaimana dengan traveliving 2.0? Kami akan ke negara yang kami prediksikan biaya hidupnya 2-3 kali lebih besar dibandingkan di Jakarta. Termasuk pula biaya sewa tempat tinggal yang di traveliving 1.0 hanya maksimal 2 jutaan namun di traveliving 2.0 yang ah sudahlah berkali-kali lipatnya 😏.

Belum lagi fakta bahwa selama 3 bulan suami internship disana tidak ada pemasukan. Tidak hanya suami yang menabung, tapi saya juga menabung Euro via rekening Jenius tiap bulannya sejak  akhir tahun 2022. Saya berharap dengan tabungan saya itu bisa menambah sumber pengeluaran kami selama traveliving itu sekaligus sebagai sumber dana buat jajan pribadi.

Dengan lonjakan pengeluaran ekstra di tengah tahun, tentu kami harus merencanakan keuangan, baik sebelum berangkat, saat disana, dan saat kami pulang traveliving (suami masih tinggal dua bulan disana). Saya juga sudah mulai merencanakan teknik-teknik dan strategi traveliving bersama tiga anak agar tidak boncos.

Gimana caranya? Tunggu ya di tulisan blog berikutnya!

6. Menyiapkan peralatan dokumentasi (dan menyusun rencana konten)


Berbeda dengan traveliving 2.0 dimana saya hanya mengandalkan peralatan dokumentasi berupa kamera HP, kini saya ingin menggunakan peralatan yang lebih baik. Ditambah lagi fakta kalau sekarang kami harus sambil membawa tiga anak saat sedang traveliving, tentu saya menginginkan peralatan yang memudahkan dokumentasi selagi menjaga bocah-bocah sebagai persiapan traveliving bersama tiga anak.

Saya bukan travel blogger/vlogger, hanya seorang momblogger yang ingin mendokumentasikan perjalanan pribadi sekaligus kecil-kecilan dibuatkan konten. Maka daftar rencana peralatan dokumentasi kami hanya ini saja.


Setelah mendapat racun dari teman, DJI Osmo Pocket adalah most wanted list saya. Saya pun menabung dan merencanakan untuk membeli seken agar lebih murah di bulan April/Mei. Alhamdulillah, ternyata suami sangat murah hati dan membelikan DJI Osmo Pocket 2 dari rencana DJI Osmo Pocket 1. Kebetulan DJI Osmo Pocket 2 seken yang kami beli harganya sangat terjangkau dengan bonus sangat banyak. Bonusnya termasuk memory card 256 MB, tripod kecil, hingga wireless dual mic. Alhamdulillah mengurangi pengeluaran dokumentasi.

Tidak hanya peralatan dokumentasi, sepertinya sebelum berangkat saya juga harus mulai bikin rencana jadwal konten termasuk kapan harus dishoot. Pengalaman traveliving 1.0, banyak hal yang ingin saya tulis di blog dan posting di Instagram. Namun karena overwhelming, akhirnya hanya sekedar rencana saja di otak. Sayang kan? Saya harap dengan membuat perencanaan konten, saya tidak overwhelmed dan bisa berbagi konten travelling bersama anak yang bermanfaat bagi para orangtua lain.

7. Mencicil barang bawaan yang kurang



Karena kami melakukan traveliving dan bukan traveling belaka, maka barang-barang yang akan kami bawa tentu akan membludak. Tidak sekedar pakaian, alat mandi, serta obat-obatan dasar juga, tetapi  kami juga harus membawa beberapa perlatan dapur tambahan, starter pack food, hingga mainan dan buku anak-anak.

Untuk pakaian pun berasa ada yang kurang karena harus pergi panjang. Entah celana panjang anak kurang lah karena robek, kurang jaket lah, kurang kaos lah, pokoknya macem-macem. Starter pack food juga penting, apalagi untuk perjalanan jauh. Meski lokasi supermarket dan restoran halal dekat, pasti awal-awal sampai bakalan mager keluar. Belum lagi kami punya tiga buntut. Akan lebih simpel untuk menyiapkan starter pack food seperti beras, chicken nugget, kornet, sayuran frozen, dan lain-lain.

Peralatan dapur juga harus dibawa beberapa, contoh yang paling krusial ya rice cooker kecil. Meskipun di AirBnb sewaan kami ada dapur, kecil kemungkinan bakal ada rice cooker di dapur orang non Asia.

Perlengkapan-perlengkapan yang kurang ini jika dibeli sekaligus akan membutuhkan lonjakan dana yang cukup lumayan. Oleh karena itu kami menjadwalkan pembelian barang-barang yang kurang ini di beberapa bulan sebelum keberangkatan. Misalnya persiapan terkait barang dapur dan ransum yang kurang baru akan saya lengkapi sebulan terakhir tentunya.

8. Packing!


Aaaand,, it's almost there!

Packing harus sudah mulai direncanakan sebulan terakhir sebelum keberangkatan. Saat mulai packing, maka mulai terasa barang-barang apa saja yang kurang sehingga akan lebih mudah melengkapinya sebelum keberangkatan tiba. Minimal persiapan sih dua minggu sebelum keberangkatan sebenarnya, setidaknya sudah mulai pilih-pilih baju.

Meski secara defacto jatah koper kami bisa sampai 30 kg x 5 (orang) atau bisa sampai 5 koper besar, tapi tidak elok ya berangkat kayak mau minggat 😝. Jadi kami berencana bawa 1 koper besar, 2 koper sedang, 2 koper kabin, dan 1 twin stroller.

Koper tambahan nanti beli saja lah disana kalau ternyata barang bawaan pulang terlalu banyak haha.

Are you ready?

Keberangkatan tinggal beberapa bulan lagi. Jujur rasanya makin excited sekaligus rada overthinking. Bisa mulus tidak di perjalanan nanti? Bakal nemu kendala apa saja? Bagaimana kalau nanti selama disana ada dari kami yang tidak fit? Apakah kami bisa lancar melancong tanpa kendala bahasa?

Dan seribu pertanyaan lain.

Yah, yang penting sudah direncanakan supaya persiapan lebih baik kan? Antisipasi hal juga sudah dilakukan. Tinggal berdoa semoga diberi kemudahan dan kelancaran dari Allah 😀.




Cara agar Anak Tidak Defensif

12 komentar
Tidak semua anak punya "bakat" defensif, namun bagaimana cara agar anak tidak defensif apabila si kecil punya "bakat" itu?

Di kalangan orang-orang terdekat, terutama keluarga, saya dikenal sebagai sosok yang defensif. Ketimbang mendengarkan nasihat saat berbuat salah, saya cenderung “menutup” telinga dan berusaha kabur dari momen diceramahi. Pun, hanya perkara masalah waktu saya menumpuk semuanya sehingga saya menjadi pribadi yang tidak terbuka dengan keluarga inti.

Saya tumbuh di keluarga yang tentram dan cenderung tidak ada masalah. Namun perlu diakui bahwa saya kurang memiliki kedekatan secara emosional terhadap keduanya.

Yah, terkadang suka iri melihat teman-teman yang kok kayaknya bisa cerita banyak ke orangtua masing-masing, sementara saya rasanya berat untuk bercerita. Apa sih yang saya pikirkan sampai rasanya malas bercerita ke orangtua?

anak tidak defensif

Atensi terhadap cerita kurang dan cenderung memotong cerita dengan buru-buru memberikan “masukan”, hingga tidak merasa berada di level yang sama saat kami sedang mengobrol.

Itu dalam suasana ceria ya, alias saat sedang tidak ada masalah atau keonaran yang saya buat. Kebayang jika ada kesalahan yang saya buat seperti apa respon dan ceramah yang saya dapatkan?

Perasaan saya tidak divalidasi, cerita saya tidak didengarkan. Pun, saya langsung di-counter dengan ceramah panjang kali lebar. Apakah saya mendengar? Tentu tidak. Adanya saya merasa momen-momen dinasehati ini menjadi arena tidak menyenangkan dan kerap membuat saya ingin “kabur” secepatnya.

Dengan kata lain, saya jadi kurang betah di rumah. Sebisa mungkin di rumah hanya aktivitas rutin sehari-hari tanpa ada emosional yang terlibat.


Kami dua bersaudara. Meski yang kami hadapi sama, hanya saya yang defensif. Abang saya cenderung lebih terbuka dan lebih mau mendengarkan. Saya tidak tau sejauh apa terbuka dan mendengarkannya, apakah seperti yang saya bayangkan atau tidak. Yang jelas, abang saya lebih baik interaksinya ketimbang saya

20 tahun lebih hidup, saya clueless dengan apa yang terjadi. Sampai akhirnya saya membaca sebuah buku.

How to Talks so Kids Will Listen, sebuah buku dari Adele Faber

anak tidak defensif
Mungkin takdir membawa perhatian saya ke buku ini sehingga memasukkannya ke radar “Wants to Read” di Goodreads. I was an avid reader. Dari dulu sampai sekarang kalau ditanya hobinya apa, pasti saya jawab membaca. Namun karena mulai kemunculan media sosial di masa perkuliahan, lama-lama medsos menjadi distraksi  dalam membaca buku sehingga sebuah keberuntungan saya menamatkan 6 buku dalam setahun pada saat itu. Sungguh kemunduran literasi mengingat saya yang dengan gampangnya melahap buku semenjak kecil.

Di tahun 2018, tepatnya saat kami bertiga (saya, suami, dan seorang anak) melakukan traveliving 1.0. Karena bakal ada di kota kecil lain selama sebulan, saya kebayang jangan-jangan bosan akan menghantui saya disana. Kemudian saya mulai menyusun daftar buku yang akan menjadi bacaan selama disana. Eh keterusan, alhamdulillah hobi membaca buku saya berangsur kembali sehingga saya sekarang kembali bisa menamatkan hingga puluhan buku dalam setahun meski dalam kondisi mengurus tiga anak.

How to Talks so Kids Will Listen adalah buku yang menjadi incaran bacaan saya di tahun 2018 itu. Betapa tertohoknya saya karena akhirnya saya mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang menghantui saya selama ini.

Pertanyaan di dalam diri kenapa saya bisa menjadi se-defensif ini dan sulit menerima masukan dari orang lain.

Cara agar anak tidak defensif

anak tidak defensif

Saat si sulung memasuki usia prasekolah, saya baru sadar bahwa tampaknya ia memiliki “bakat” yang sama dengan saya. Saya tidak ingin berjarak jauh dengan si sulung. Saya juga tidak mau menganggap saya cuma Ibu dengan kedekatan emosional yang minim.

Saya mencoba mengaplikasikan tips agar anak tidak defensif ala Adele Faber melalui bukunya “How to Talk so Kids Will Listen”. Apa saja tips agar anak tidak defensif yang sampai sekarang masih saya usahakan agar selalu konsisten dilakukan?

1. Memvalidasi perasaan anak

Memvalidasi perasaan anak adalah tips agar anak tidak defensif pertama dan harus dilakukan pertama kali. Apalagi di usianya yang masih dibawah 10 tahun ini, terkadang anak masih sulit menafsirkan emosinya dari apa yang sedang ia hadapi.

"Ma, tadi tanganku luka karena pegang gunting."
"Pasti sakit ya?"

Dengan membantu anak menafsirkan emosi dari apa yang sedang dihadapi akan membuka kedekatan kepada anak (rapport) karena ia merasa didengarkan. Anak yang semakin terbuka akan membantu kita memahami permasalahan anak dari berbagai sudut pandang. Mereka yang sudah menganggap orangtua sebagai teman berceritanya juga akan lebih mudah menerima masukan dari orangtuanya.

2. Tidak memotong saat anak bercerita

anak tidak defensif

Jujur saja, sampai sekarang saya sering tergelitik untuk "memotong" saat anak bercerita. Saat ia bercerita atau mengungkapkan perasaannya, yang dipikiran saya malah ittenary agar dia melakukan hal-hal berikutnya yang harus dia kerjakan.

"Ma, liat ini Hasan baru bikin jembatan dari blok kayu yang baru dibeli...."

ketimbang merespon soal hasil karyanya, saya malah merespon,

"Oh ya, Hasan jangan lupa abis main langsung mandi terus makan malam ya!"

What a lousy parent am I.

Padahal ia menginginkan untuk didengar dan diapreasi, apalagi love language Hasan adalah sentuhan fisik dan afirmasi. Bisa defisit tanki cintanya apabila saya tidak rutin mengisi tanki cintanya terutama melalui dua bentuk bahasa cinta itu.

Setelah saya merenung cukup lama, ternyata dahulu saya sering direspon seperti itu. Respon yang dilakukan puluhan tahun di bawah alam sadar terserap oleh saya dan saya aplikasikan ke pada anak-anak.

3. Berlaku setara

anak tidak defensif

Cara agar anak tidak defensif berikutnya adalah berlaku setara. Pastikan saat berbicara dengan anak, kita memposisikan sebagai "teman" dan pendengar yang baik, bukan di posisi superior karena akan membuat anak mengeluarkan tamengnya dan enggan mengeluarkan isi hatinya. Lebih baik lagi kalau kita berbicara sejajar dengan mata anak.

Salah satu teknik membuat anak membuka diri adalah membentuk rapport atau kedekatan. Kita bisa bercerita hal serupa dengan yang anak alami sehingga anak merasa "senasib sepenanggungan". Teknik rapport ini pertama kali saya kenal saat membaca webtoon Dr. Frost. 

Hahaha,, what a fun way to know something,

4. Mengapresiasi anak

Mengakui sebuah kesalahan dibutuhkan keberanian yang besar. Dengan mengapresiasi anak karena ia telah mengaku akan membuat ia merasa dihargai. Ia kemungkinan besar tidak akan segan-segan untuk mengakui hal lainnya tanpa harus merasa terpuruk.

Ia tahu itu salah, karena itu ia bercerita karena siap menerima konsekuensinya.

"Terima kasih ya nak, udah bercerita."
Saya mengingat dahulu jika belum apa-apa sudah dicecar, yang ada saya malah ingin kabur. Ketimbang mengakui kesalahan, lebih baik saya alih-alihkan topik supaya itu tak terbahas. Tidak terbahas syukur, terbahas rasanya agak traumatik. Ini lah beberapa hal yang membuat saya defensif.

Bisa jadi kalian menganggap saya kerdil. Namun, bagi saya itu adalah ketakutan yang terus dipupuk. Saya tidak ingin anak-anak tertutup sama kami orangtuanya. Apapun yang terjadi, bagaimanapun kesalahannya, kami akan terima. Dengan merasa mendapat penerimaan, anak-anak akan lebih gampang dinasihati dan diajak bicara empat mata.

5. Mengajarkan soal konsekuensi

Every fault comes with consequence
Salah satu alasan yang membuat anak-anak tidak mengakui dan bercerita atas kesalahan yang dibuat adalah karena mereka takut akan konsekuensinya. Mereka takut dihukum. Oleh karena itu, orangtua wajib mengajarkan anak perihal konsekuensi.

Ketahuan melakukan kesalahan itu pengalaman tidak mengenakkan. Pengajaran soal konsekuensi kesalahan akan sulit sampai kepada anak apabila anak belum berada di tahap "menerima". Oleh karena itu, sebelum mengajarkan konsekuensi, pastikan anak sudah dalam fase "terbuka". Konsekuensi dan kesalahan adalah satu paket dan jangan sampai mereka abai terhadap itu.


Apakah saya berhasil menerapkan semuanya?

anak tidak defensif

Oh, tentu saja tidak.

Salah satu cara agar anak tidak defensif yang harus saya lakukan adalah mengenal diri sendiri. Mencoba berandai-andai, bagaimana rasanya jika saya mendapatkan perlakuan seperti itu. Perasaan divalidasi, didengarkan, dan diapresiasi sebelum ditunjukkan kesalahan dan diajarkan soal konsekuensi dan bagaimana berlaku lebih baik.

Tentu saja, saya sering merasa di tengah jalan tidak mematuhi poin-poin di atas. Terkadang alih-alih saya validasi perasaannya, saya sudah duluan menyalahkannya. Dia belum selesai cerita, sudah saya potong dengan alasan masih ada urutan kerjaannya yang belum dilaksanakan,

Tiap salah tahap, saya kerap menyesal. Namun yang saya tahu pasti, perlahan saya lebih mendengarkan anak ketimbang saat ia masih kecil. Semoga kami para orangtua dan anak-anak memiliki ikatan orangtua-anak yang bagus dan tidak label orangtua-anak tidak hanya status.