Relaunching Rumah Wijaya dan Ganara Art: Semua Bisa Berkarya

Tidak ada komentar
Apa jadinya kalau saya yang (hampir) tidak artsy sama sekali ini malah melukis gerabah, mengecap pola di topi piknik anak-anak, dan menyablon?

relaunching rumah wijaya

Tidak saya sangka sebelumnya, ternyata kegiatan tersebut menyenangkan sekali! Saya melakukan aktivitas seru ini di bilangan Jakarta Selatan. Selain bisa me-time, aktivitas ini juga membuat mata saya lebih terbuka mengenai aktivitas bertajuk seni. Kegiatan seni tidak hanya bagi yang memiliki bakat saja!

Penasaran dimana saya melakukan aktivitas-aktivitas seni ini dimana? Siapa saja yang bisa ikut bersenang-senang melakukan aktivitas seni?

Relaunching Rumah Wijaya dan Ganara Art

relaunching rumah wijaya

Saya menyetir di sore hari yang cerah menuju area Blok M ditemani dengan ocehan anak bungsu saya yang duduk di Kursi Keselamatan Anak (KKA-Carseat) di belakang. Setelah memarkir mobil depan Kedutaan besar Polandia, saya pun berjalan menuju Rumah Wijaya yang hanya terletak selisih 5 rumah saja didepannya. Sampailah saya di sebuah bangunan berbentuk rumah dengan gaya Art-Deco.

Saya beserta rekan-rekan Mom Influencer lainnya diundang di acara Relaunching Rumah Wijaya dan Ganara Art. Sebenarnya sebelum datang ke acara, (seperti biasa) saya sudah menjelajahi melalui Google Maps terlebih dahulu dan membaca ulasannya agar tahu tempat seperti apa yang akan saya datangi. Rumah Wijaya sendiri berkolaborasi bersama dengan Ganara Art sehingga melakukan relaunching untuk memperkenalkan konsep baru mereka kepada publik sebagai wadah kreatif yang menjadi rumah dari 3 aspek: Kecantikan, seni, dan kesehatan.

Saya sangat menikmati interior yang didesain dengan unsur kayu yang hangat dipadukan dengan kesan modern dan dinamis. Di lantai pertama terdiri dari ruang tamu yang cukup luas dengan lantai parket disusun herringbone. Di bagian lebih dalamnya lagi terdapat area hall yang bisa digunakan oleh pengguna sebagai tempat pertemuan, acara, meeting, atau bahkan pertunjukan mini. Di sisi samping terdapat tangga putar sebagai akses ke lantai atas.

relaunching rumah wijayarelaunching rumah wijaya

Acara dibuka dengan kata sambutan dan pembicaraan singkat dari pihak Rumah Wijaya, Mbak Tita Djumaryo sebagai pendiri Ganara Art, dan Bapak Salman Subakat sebagai CEO PT Paragon Technology and Innovation. Hal menarik yang diusung dari pembicaraan ini adalah tagline:

“Rumah Wijaya untuk semua kalangan dan semua bisa berkarya.” 

Menurut saya frasa ini cukup kuat mengingat tampak tiga anak termasuk anak bungsu saya yang dengan antusias mengikuti jalannya acara.

relaunching rumah wijayarelaunching rumah wijaya

Setelah diskusi singkat berakhir, kami dijamu dengan sajian tarian duo yang melambangkan sebuah karya seni yang tercerabut dan kemudian ditemukan kembali karena seni tersebut mengakar di dalam jiwa.

relaunching rumah wijaya

Usai sambutan hangat tersebut, kami semua diajak berkeliling Rumah Wijaya. Semua mulut takjub menunjukkan kesan antusias. Kami pun menaiki tangga putar ke lantai atas dimana terdiri banyak aktivitas-aktivitas kreatif yang dapat kami coba.

Penasaran ada aktivitas apa saja? Yang jelas aktivitas yang saya lakukan cukup memberikan pandangan baru terhadap saya yang buta seni ini.

Aktivitas Seni Kreatif, semua bisa berkarya

relaunching rumah wijayarelaunching rumah wijaya

Pemandu membawa kami semua ke lantai dua dan menunjukkan aktivitas-aktivitas seni apa saja yang dapat kami coba. Ada melukis di kanvas, melukis gerabah, printing cat di topi, hingga sablon. Saya dan beberapa rekan-rekan Mom Influencer tertarik dan segera menuju ke sebuah ruangan nyaman yang tersedia meja panjang di tengahnya. Di ruangan ini kami akan melukis dan mengukir gerabah berukuran kecil yang sudah disediakan sesuai dengan kreativitas masing-masing.

1. Melukis gerabah

relaunching rumah wijaya

Kami dapat menggunakan kuas dan alat pengukir sesuai kebutuhan. Tersedia juga cat khusus tanah liat yang dapat kami pakai. Berbeda dengan cat akrilik, cat khusus tanah liat ini tidak akan meleleh saat gerabah dipanaskan di api.

Kami dipersilahkan duduk dan menggunakan celemek yang sudah disediakan. Jujur saya bingung dihadapi dengan alat seni segini banyak di depan mata saya. Rasanya saya lebih mampu "nukang" dibanding menghasilkan karya seni.

relaunching rumah wijaya

Dengan bermodalkan bismillah saya mulai melukis gerabah pilihan saya yang berbentuk tabung panjang. Bisa dipakai untuk menaruh pulpen dan pensil di meja belajar nih, pikir saya.

Tanpa menyiapkan konsep apapun, saya pun mengambil warna hampir secara acak. Saya pilih lah dua tube warna biru dan hijau muda.

Setelah mengeluarkan cat di palet, saya masih belum menemukan tema lukisan. Akhirnya setengah niat pun saya goreskan kuas berwarna biru muda secara acak. Tak lama kemudian saya goreskan kembali kuas berwarna hijau muda dan mencampur kedua warnanya.

Karena tertarik menggunakan alat ukiran, saya pun mencoba menggunakannya. Di bayangan saya bakalan keras mengukir gerabah. Ternyata sangat ringan dan menyenangkan! Saya ukir bentuk spiral secara perlahan. Ternyata sulit juga mengukir gerabah. Yang bikin sulit adalah menghasilkan ukiran yang konsisten. Hasil ukiran saya sih,,, ya sudahlah hehe. Kemudian untuk menutupi “kecacatan” tersebut, saya memolesnya dengan kuas berwarna merah.

Mungkin tidak estetik bagi banyak orang, tapi hati saya terasa senang. Rasanya cukup aneh mengingat saya yang tidak memiliki bakat dan tangan seni bisa menghasilkan karya yang cukup memenuhi kriteria lah untuk dipajang di ruang kerja saya. Ternyata tepat sesuai dugaan, hasil gerabah boleh dibawa pulang!

relaunching rumah wijaya

2. Mengecap warna bucket hat

relaunching rumah wijaya

Aktivitas berikutnya yang saya coba adalah mengecap bucket hat yang berada tepat di dekat pintu ruangan sebelumnya. Secara singkat, saya diajarkan tahapannya oleh fasilitator di meja tersebut. Caranya dengan mengeluarkan cat acrylic di nampan karet bening yang disediakan. Cat tersebut kemudian diratakan dengan menggunakan roller cat. Yang harus diperhatikan adalah harus menggunakan roller dengan warna yang sama saat meratakan cat agar warna tidak saling tercampur.

Seperti aktivitas yang pertama, saya bingung harus mengerjakannya dengan tema apa. Setelah melihat sekitar, akhirnya saya memutuskan untuk mengecap motif bunga di sepanjang pinggiran bucket hat dengan warna merah dan kemudian mengecap motif kepala jerapah berwarna kuning yang merupakan warna favorit anak bungsu saya.

relaunching rumah wijaya

3. Sablon

relaunching rumah wijaya
Saat saya beranjak ke area karya berikutnya, saya teringat dengan kegiatan mata pelajaran seni saat di SMA. Betul, menyablon tote bag dengan cara mencetak menggunakan afdruk! Rasanya seperti sedang nostalgia, saya langsung mencobanya. Karena saya riweuh sedang memegan si bungsu, saya meminta tolong fasilitator untuk memegang afdruk dengan kuat karena saya hanya dapat menggunakan satu tangan untuk memoleskan cat.

Wah hasilnya keren sekali! Saya dapat mengambil kembali hasil sablonan setelah tote bag setelah cat mengering.

4. Melukis di kanvas

relaunching rumah wijaya

Masih ada satu kegiatan lagi, yaitu melukis di kanvas. Karena saya sedang menggendong si bungsu yang terlihat sudah mulai rewel dan waktu semakin mendekati maghrib, saya pun memutuskan untuk menyudahi kegiatan hari ini. Konsep melukisnya seru, En Plein Air atau artinya In the Open air.

Yes, betul! Jadi kanvas diletakkan di balkon dan pelukis menghadap ke luar halaman. Lukisan en Plein air ini memungkinkan sang pelukis menangkap dimensi emosional dan sensorik dari lanskap yang ada di depannya. Konsep yang digaungkan oleh En Plein Air adalah sapuan kuas yang ringan dan dikerjakan dengan cepat.

Hari yang menyenangkan!

relaunching rumah wijaya

Jadi di lantai dua ternyata ada semacam kafetaria. Kita bisa memesan kopi atau pun cemilan. Sebelum menyudahi sore, tak lupa saya memesan segelas milk tea yang dinikmati oleh saya dan si bungsu.

Keseruan sore itu tidak berakhir sampai disitu saja, ternyata sebelum pulang peserta dibekali goodie bag yang berisi skincare Crystallure dan makeup Instaperfect dari Wardah! Senang sekali rasanya. Kebetulan beberapa skin care saya akan habis dalam waktu beberapa hari. Jadi mendapatkan skin care baru di waktu yang pas rasanya seperti rejeki yang tak terkira.

Meski saya 2 jam melewati sore di Rumah Wijaya, saya yang tidak memiliki bakat seni ini sangat terkesan dengan segala kegiatan yang saya lakukan. Kalau kata orang berkarya itu salah satu bentuk “healing”, saya cukup setuju meskipun orang tersebut tidak memiliki bakat seni. Saya sendiri merasa sangat terhibur dan sangat rileks saat mengikuti kegiatan.

Bahkan, saya tertarik untuk booking jadwal aktivitas kesenian Ganara Art untuk anak-anak saya bersama sepupu-sepupunya.

Kamu juga tertarik mengikuti kegiatan di Rumah Wijaya?

Tidak ada komentar