Iri dan Menunggu

Tidak ada komentar
Dalam rangka ingin meneruskan blog multiply gw dulu yang berbahasa Indonesia, jadi saya memutuskan untuk mulai menulis lagi. Berhubung blog multiply sudah dinonaktifkan dan diconvert menjadi blog dagang sama ownernya, jadinya gw mengexport semua tulisan dalam format XML kemudian di import ke Blogspot ini. Jadi kalau kalian tertarik membaca tulisan gw yang udah berumur 3-6 tahun yang lalu, bisa scroll ke bawah atau kehalaman belakang. Belum semua gw tampilkan, karena banyak tulisan mengandung rahasia (ahiyyy,,,) jadi ga bisa publish all. Nanti dicoba mempublish tulisan lama yang layak ditunjukkan jikalau ada waktu. Dan maaf juga karena tampilannya masih acak adut. In progress lah :D.



Baik mari kita masuk ke topik awal!




Iri. Rasanya iri itu sifat buruk dasar yang dimiliki oleh manusia. Iri bagaikan racun dalam tubuh yang membuat diri kita sakit sehingga lupa bersyukur terhadap nikmat Allah SWT. Iri hanya menyebabkan kufur nikmat. Padahal nikmat mana lagi dari Tuhan yang kita dustakan?



Dan jika saya boleh jujur, belakangan ini saya sudah berlarut-larut mabuk dalam keirian. Banyak mendengar berita menyenangkan dari teman-teman. Wajar ya, saya juga ikut senang. Tapi biasanya setengah jam kemudian, akan saya balikkan kedalam diri saya sendiri. Dari hati nurani berbisik, "Ya Allah, saya juga ingin sekali, tapi kenapa engkau tidak memberikan kepada hambamu? Kapan saya bisa dapat?". Berulang-ulang, bagaikan kaset rusak. Ditambah dengan keadaan-keadaan yang hampir semua faktor memojokkan saya. Hampir kehilangan semuanya. Kalau keadaan sudah seperti ini emang pelarian paling baik ya berwudhu dan bersujud minta kepadaNya. Atau banyak hal yang bertebaran di Newsfeed saya sampai banyak timeline teman saya yang saya hidden karena perkara untuk menjaga hati saya ini. Supaya tidak iri. Kufur nikmat sekali ya paragraf yang baru saya tulis ini. Sebenarnya banyak yang bisa dibahas dari keadaan seperti ini, tapi tidak, saya ingin membahas sebuah aspek lain.



Percaya kepada Allah. Percaya. Bukan sekedar percaya, tapi percaya 100%. Percaya jika Allah pasti membantu kita, menolong dan tidak akan memberikan sesuatu melebihi kapasitas hambanya. Allah juga akan memberikan suatu kesempatan yang lebih besar dibanding kesempatan besar yang bisa kita lihat di depan mata kita. Sebagai contoh, tahun 2011 dan 2012 adalah tahun-tahun dimana teman-teman TL angkatan saya lulus. Dimulailah sesi-sesi  (yang katanya) paling galau. Galau menunggu pekerjaan. Saya sering mendengar atau setidaknya melihat fenomena-fenomena sabar menanti. Ada yang galau teman-temannya sudah lulus tapi  ia belum lulus. Ada yang galau teman-temannya sudah mendapatkan pekerjaan mapan duluan tapi ia masih menunggu dan menganggur. Banyak dan ini bukan satu atau dua. Berhubung pada masa itu saya tidak berada di posisi menunggu pekerja, jadi posisi saya hanya sebagai orang luar yang menasihati. Saya paling hanya bilang, sabar, jangan lihat rumput tetangga, banyak-banyak berdoa. Belum dikasih pekerjaan artinya tidak diberi karena ingin diberi sama Allah sesuatu yang lebih besar, lebih cocok dan menyenangkan. Dan ternyata benar. Rata-rata teman saya yang berada di posisi itu kenyataanya malah mendapatkan pekerjaan yang ia ingini. Atau ada juga teman-teman saya yang telat lulus malah langsung mendapatkan pekerjaan ketimbang temannya yang sudah lulus.  Contoh lainnya abang saya, dia lulus terhitung lama, 5 tahun 3 bulan namun ia tidak merasakan menganggur karena ia langsung diterima bekerja. Rezeki. Kuasa Allah yang mengatur 100%.



Kadang pepatah-pepatah lama ada benernya juga:



Patience is Virtue.




Something worth it for someone who waits.




Untuk pengalaman saya, mungkin saya ambil dari kasus paper saya. Zaman ETMC 2011 di ITB kemarin, saya sepengen itu presentasi paper dari hasil TA saya. Permasalahannya, saya bertanya-tanya kenapa 2 orang teman saya yang dosen pembimbingnya sama disuruh sama dosen pembimbing saya sementara saya tidak. Seingin itu padahal saya. Ternyata hasil TA saya, saya presentasiin di ICSS Bali, 2012 yang mana akomodasi kesananya benar-benar gratis plus jadi nambah kenalan baik dari orang-orang dan dosen Teknik Kimia ITB, atau kenalan mahasiswa dan professor dari luar. Kemudian kembali, di awal bulan ini, 2 teman saya itu disuruh masukin buat SEATUC di kampus. Sementara saya tidak. Eh bentar, wajar sih tidak, saya kan belum ada bahan lagi. Hehehe. Tapi Allah menggantinya saya disuruh submit paper buat EASTS 2013 di Taiwan. First Author. Bahannya agak tambah sedikit dari bahan TA saya. Walaupun deadline disuruhnya, tapi sempat kesubmit. Yah, walaupun saya juga tidak tahu juga bakal kesana atau tidak, meskipun dosen saya bilang bisa dapat kemungkinan diberi Grant dari sananya, cuma saya mawas diri saja karena kemungkinan itu kecil dan lagi saya juga kepentok urusan mahram. Hehe.



Kemudian, saya juga dapat kesempatan riset 3 bulan di Jepang, di Tokodai. Bahkan dari IRO sana sudah mengirmkan CoE (Certificate of Eligibility). Jepang dan Tokyo, negara dan kota yang saya idam-idamkan. Bahkan saya mendapatkan ini setelah menolak dua kali namun akhirnya Allah memberikan rezeki ini ke saya. Sebentar, rezeki. Rezeki atau cobaan? Mungkin bisa keduanya. Saya ingat bagaimana saya minta izin ke orang tua saya perihal ini. Ibu saya sampai berusaha bertanya kepada ustad, apakah saya boleh pergi, dan ibu saya bersedia minta izin kepada ayah saya untuk menemani saya disana jika masalah mahram ini terpenuhi. Namun kata ustad tetap saja tidak boleh karena ibu saya bukan mahram saya, tapi ayah dan abang saya. Sedih, tidak cuma saya saja yang sedih pada waktu itu. Ibu saya juga sedih. Ibu saya sudah berusaha bertanya bahkan pada akhirnya menanyakan saya, "Apa Inet mau papa cuti 3 bulan atau Abang inet resign cuma buat nemenin Inet?". Hanya air mata yang bisa saya keluarkan, tentu saja saya tolak dan berakhir dengan surat pengunduran diri saya kepada Prof. Yoshikawa dan IRO Tokodai serta kenyataan bahwa mungkin saya sudah di black list oleh Tokodai. Ibu saya bilang, kalau kita rela berkorban untuk sesuatu di Jalan Allah, Insya Allah, Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik dan diramati olehNya. Ternyata pengunduran diri saya ini diganti oleh Allah dengan kesempatan mengunjungi TanahNya, mengunjungi 2 mesjid paling Suci. Keluarga saya bukan kaya, hanya bercukupan, setidaknya cukup untuk menunjang kehidupan keluarga tiap bulannya. Namun diberi kesempatan ketiga mengunjungi tanahNya merupakan rezeki tak terkira yang diberi olehNya. Saya bersyukur sudah diundang lagi. Mungkin kalau saya tidak menuliskan surat pengunduran diri, saya tidak akan bisa Umroh.



Kemudian sekian bulan lalu, saya juga membatalkan keinginan saya untuk lanjut S3 kepada sekretarisnya Prof. Takahashi. Jujur saya merasa tidak enak karena saya sudah propose ke profesor dan beliau menyetujui. Selain itu sang sekretaris juga sudah kesana kemari mencari info beasiswa apa saja yang bisa saya apply agar saya bisa melanjutkan kesana. Another Blacklist. Di blacklist oleh Todai, setidaknya oleh AORI Todai. Miris. Miris.



Semuanya sudah final, saya memutuskan untuk tidak melanjutkan dulu. Berkaca dengan pengalaman sebelumnya, saya yakin, sangat yakin Allah pasti akan menggantikan untuk saya. Dan tidak mungkin lebih jelek. Kuncinya hanya berusaha, berdoa dan 100% percaya kepada Allah. Mungkin keadaan sekarang masih keadaan sangat buruk dan bahkan saya pesimis apakah akan diganti oleh Allah. Tidak hanya masalah yang saya tuliskan, tetapi masalah krusial lain yang tentu tidak mungkin saya jabarkan di tulisan ini.



Hidup bagaikan roda, kadang diatas kadang dibawah. Yang penting bagaimana kita tidak kufur nikmat, tetap bersyukur dan bisa tetap Khusnuzon, bukan Suudzon kepada Allah. Bukankah Allah memberikan sesuai prasangka hambanya?



(6)فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرً

Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Sesudah kesulitan ada kemudahan. (Al Insyirah 5-6)


Di Al-Qur'an fadhilahnya jika diucapkan dua kali pada suatu ayat untuk ayat ini artinya dua kemudahan akan mengalahkan satu kesulitan. Ini tertulis di Al-Qur'an yang merupakan janji Allah dan pasti 100% kebenarannya. Jadi, jika mengalimi suatu kehilangan, kekecewaan atau segalabentuk negatif. Tetaplah khusnuzon.



Maha suci Allah atas segala firmannya.



Tetap semangat!


Tidak ada komentar