Tampilkan postingan dengan label travelling. Tampilkan semua postingan

Ke Taman Literasi Menggunakan Transportasi Umum di Jakarta bersama 3 Anak

19 komentar
Meski keluarga kami memiliki mobil, berwisata dengan menggunakan transportasi umum adalah hobi saya. Lebih tepatnya saya menaruh renjana perihal transportasi umum terutama di Jakarta.

taman literasi

Jaman awal baru nikah, dengan senang hati saya menggunakan transportasi umum ke RSCM dari rumah kami di Lebak Bulus demi janjian ke PRJ setelah suami selesai bertugas sebagai seorang residen. Saya denga semangat mencari tahu alternatif transportasi umum menuju ke sana. Mulai dari angkot, bus kota, hingga Trans Jakarta semua dijajal.

Saat kami baru mempunyai satu anak, berpelesir menggunakan transportasi umum juga masih cukup mudah. Apalagi pada tahun 2018 kami kerap keluar kota traveliving . Mencari tahu berbagai rute  transportasi umum di luar kota juga dengan senang hati saya jabanin. Pun, anak pertama kami merupakan anak teladan yang sangat mudah diajak kemana-mana serta tidak rewel.

Pandemi pun tiba, tahu-tahu setelah pandemi usai anak kami sudah tiga orang. Saya dan anak-anak  biasanya jalan-jalan di dalam kota menggunakan mobil. Sampai suatu saat saya ingin mengajak anak-anak untuk mengunjungi Taman Literasi Martha Tiahahu di bilangan Blok M.

Blok M? Itu kan titik pertemuan transportasi umum. Kayaknya menarik nih kalau ke Taman Literasi naik transportasi umum!

Meski bersama 3 anak dan harus bawa satu kereta kembar. Bisakah?

Kegalauan sebelum menyusun rencana perjalanan

taman literasi

Sebenarnya, keinginan mengunjungi taman literasi bersama anak (-anak) menggunakan transportasi umum sudah saya utarakan kepada suami seminggu sebelumnya. Rencananya sih hari Jumat karena pada hari itu si sulung pulang cepat. Lebih cepat dari anak SD, pukul 9.40 hehe.

Namun kepastian rencana tidak muncul jua hingga h-1 perjalanan. Lebih tepatnya malam sebelum esoknya berangkat. Kenapa? Kok terkesan bimbang ya, padahal harusnya jalan-jalan dengan anak terlebih menggunakan transportasi umum harus direncanakan dengan matang.

Kegalauan 1: Berdua dengan sulung atau bawa semua anak

Karena tujuannya adalah taman literasi, sempat kepikiran saya cuma ingin berdua quality time bersama si sulung menggunakan transportasi umum di Jakarta. Saya merasa bawa anak tengah dan anak bungsu tidak akan terasa chill karena mereka tidak bisa berlama-lama santai dibacakan buku.

Pengennya sih sulung sama saya baca buku masing-masing. Keputusan awal sempat ingin berdua saja pergi. Lumayan sudah lama tidak berduaan saja dengan si sulung.

Ternyata menjelang hari perjalanan, keputusan berubah drastis karena ternyata si sulung libur di hari Jumat karena guru-guru persiapan pembagian rapor tengah semester. Rencana perjalanan pun berubah dengan membawa ketiga anak turut serta ke taman literasi menggunakan transportasi umum di Jakarta. Kita bisa berangkat lebih pagi sehingga perjalanan lebih terasa santai.

Kegalauan 2: Bawa stroller single apa kembar

taman literasi
Kegalauan berikutnya yang membuat saya condong tidak membawa anak tengah dan bungsu adalah perihal bawa stroller karena jarak usia keduanya hanya terpaut 1,5 tahun, yaitu 2 tahun 3,5 tahun.

Opsi pertama adalah hanya membawa stroller single. Namun itu artinya saya harus standby bawa baby carrier saat sang kakak capek berjalan atau ingin istirahat tidur.

Opsi kedua adalah membawa kereta kembar. Sebenarnya mobilitas paling enak membawa twin stroller alias kereta kembar samping-sampingan. Namun, ada 3 aspek yang saya khawatirkan: perjalanan di pinggir jalan, naik MRT, dan naik Trans Jakarta.

Naik MRT paling tidak perlu dikhawatirkan karena saya tahu persis ada akses lift naik turun peron sehingga memudahkan mobilisasi saat menggunakan stroller kembar.

Masalah berikutnya adalah perjalan di pinggir jalan. Saya skeptis benar dengan kondisi trotoar di Jakarta, sudah jelas tidak ramah pejalan kaki. Kalaupun ada, ukurannya pasti kecil dan tidak muat jika harus menggunakan twin stroller. Untuk mengevaluasinya, saya menggunakan fitur Google Map Street View untuk mengetahui kondisi trotoar. Alhamdulillah, sepanjang pemantauan, trotoar di bawah peron MRT Blok M lebar dan enak untuk mendorong stroller kembar. Pun, lokasi taman literasi benar-benar tepat disamping peron stasiun MRT Blok M.

Akhirnya saya berangsur-angsur yakin pada pilihan membawa stroller kembar karena menurut saya opsi itu paling dinamis dan membutuhkan tenaga tidak sebanyak jika harus (hampir) full menggendong si bungsu di gendongan.

Kegalauan 3: Naik Trans Jakarta atau tidak

taman literasi
Sumber: TransJakarta

Kegalauan ketiga yang berkaitan dengan kegalauan kedua, jika saya membawa twin stroller maka bagaimana saya naik-turun bus?

Saya tau persis ada bus Trans Jakarta jurusan Blok M - Pondok Labu. Dulunya itu merupakan Kopaja 64 yang sering saya gunakan beberapa tahun silam. Bus ini lah yang akan kami gunakan dalam perjalanan.

Tantangannya adalah bagaimana kami naik-turun bus Trans Jakarta dengan hambatan adanya 2 anak duduk di kereta kembar?

Saya tahu betul, tidak semua trayek Trans Jakarta yang naiknya menggunakan halte bus yang platformnya naik sehingga rata dengan pijakan di dalam bus. Untuk memastikan ketidakyakinan saya, maka saya kembali menggunakan Google Map dengan cara mencari tahu letak halte bus beserta trayek bus yang melewatinya. Tepat dugaan saya, jenis halte tersebut tidak tersedia di halte yang akan saya naiki, alias harus naik manual dari aspal jalanan.

Terbersit di benak saya untuk menurunkan anak-anak terlebih dahulu dari stroller dan kemudian mengangkat stroller dan menuntun anak-anak naik. Namun saya merasa skenario tersebut tidak mumpuno karena memakan waktu lama, ribet, dan mobilitas yang tidak baik. Anak-anak rawan tercecer!


Malam sebelum perjalanan, akhirnya saya membulatkan niat agar kami pulang pergi menggunakan MRT saja yang pasti lebih gampang naik-turunnya.

Menyusun rencana perjalanan


Asli, rencana perjalanan baru disusun malam sebelum perjalanan haha. All hail impulsivity!

Sembari menemani anak tidur, saya sibuk melihat Google Map untuk memastikan gambaran jalanan, menentukan lokasi pemberhentian halte MRT dan Trans Jakarta, hingga mencari tempat makan siang yang nyaman buat anak tapi dalam jangkauan jalan kaki dari taman literasi.


Akhirnya saya memutuskan untuk memarkir mobil di RS Setia Mitra Fatmawati, tempat suami saya praktik. Yuk, yang mau ke dokter Ortopedi bisa lho konsultasi sama suami tiap Senin dan Jumat sore atau Sabtu pagi (lha, promosi)!

taman literasi

Kemudian dari sana kami naik MRT melalui stasiun Cipete hingga Blok M. Karena waktu panjang, saya memutuskan untuk cuci mata di supermarket Papaya Blok M, kemudian ke taman literasi sembari menyusuri “Little Tokyo” Blok M. Jam makan siang, baru kami makan di Twin House yang terletak di seberang Taman Literasi dan sebelah tempat nongkrong kekinian MBLOC.

taman literasi

Meski memutuskan pulang naik MRT, tapi saya tetap membuat rencana (cadangan) impulsif naik Trans Jakarta dengan naik dari titik halte di depan persis Taman Literasi. Alih-alih berhenti di halte Ciremai yang berlokasi di depan RS Setia Mitra, saya memutuskan untuk berhenti di halte Stasiun Cipete karena akan lebih mudah menyeberang ke sisi RS Setia Mitra dengan menggunakan lift Stasiun Cipete.

Setelah mengkomunikasikan rencana ini ke suami, ia menolak (sebagian)!

“Kenapa harus mutar-mutar dulu ke Papaya sih? Kamu bawa anak-anak lho, standarnya harus dikurangi.”, keluh suami.

Suami cuma mengizinkan agar kami langsung menuju Taman Literasi, pergi makan siang, dan segera kembali.

Apakah perjalanan lancar sesuai yang direncanakan dan disiapkan?

Berwisatan ke Taman Literasi membawa 3 anak dengan menggunakan transportasi umum di Jakarta

taman literasi
Sesuai rencana, kami berangkat dari rumah jam 9 pagi. Jalanan lengang dan kebetulan mobil saya genap, jadi sesuai dengan tanggal genap karena harus melewati jalur ganjil genap Fatmawati. Parkiran mobil di RS Setia Mitra juga masih lengang sehingga saya dengan mudahnya memarkirkan mobil.

Setelah menaikkan dua anak di stroller kembar, saya mendorong stroller dengan si sulung mengiringi saya. Saya di sisi luar, sulung di sisi dalam. Pada awalnya, perjalanan mendorong stroller di trotoar cukup nyaman karena trotoar yang cukup lebar. Namun mendekati stasiun Cipete, trotoar mengecil dan banyak tiang-tiang sehingga beberapa kali saya harus turun dari trotoar dan mendorong stroller di jalur sepeda.

Alhamdulillah perjalanan aman dan kami mampir dulu ke Holland Bakery yang berlokasi di bawah stasiun Cipete untuk membeli roti bekal anak-anak. Lokasi lift Stasiun Cipete MRT berada di ujung utara sehingga kami harus ekstra jalan.

“Mau tujuan kemana bu? Mau jalan–jalan ya?”, tanya beberapa petugas di Stasiun Cipete dengan ramah. 
taman literasi

Mungkin karena melihat suasana kami mode pinik dengan 3 anak bersama. Hasan benar-benar membantu kesuksesan perjalanan. Selain dia mandiri tapping kartu sendiri, ia juga membantu menekan tombol lift dan menjaga adik-adiknya.

Salut sama petugas-petugas Stasiun MRT. Mereka ramah, informatif, bahkan petugas yang ada di peron membantu saya mendorong stroller kembar masuk ke MRT karena sempat seret. Kami pun turun di Stasiun Blok M yang hanya berjarak 3 stasiun dari Stasiun Cipete. Setelah tapping, ternyata tarifnya Rp 5.500 per-orang.

Setelah turun menggunakan lift, ternyata kami benar-benar berada di depan Taman Literasi! Benar kata suami, ini mah tidak usah ribet-ribet mutar ke Supermarket Papaya yang berlokasi di Selatan Taman Literasi. Kami pun segera mengeksplorasi Taman Literasi

Taman Literasi Martha Tiahahu

taman literasi

Taman Literasi Martha Tiahahu adalah taman lama yang direvitasliasi. Bentuk utamanya adalah Rotunda (bentuk melingkar) dimana sisinya dibagi menjadi 4 bilik utama. Di atas keempat bilik tersebut balkon yang bisa dinaiki, cocok untuk menikmati suasana. Di tengah Rotunda ada kolam dan panggung yang berpotensial diadakan banyak acara. Di luar Rotunda namun tetap di dalam komplek adalah area terbuka hijau dengan satu area mini dimana terdapat instalasi buat anak beserta mini wall-climbing.

taman literasi

Intinya, Taman Literasi Martha Tiahahu ini benar-benar ditujukan untuk membaca atau kegiatan serupa. Selain itu, relatif tidak ada kegiatan yang bisa dilakukan.

taman literasi

Sayangnya, entah masih baru atau bagaimana, Taman Literasi ini masih kurang sponsor. Dari 4 bilik, hanya ada satu bilik aktif digunakan kegiatan membaca. Bilik kedua rencana digunakan lokasi co-working, bilik ketiga adalah bilik sponsor dengan hanya ada satu rak buku kecil, dan bilik keempat yang difungsikan sebagai sentra vaksinasi.

taman literasi
Bilik pertama: Lounge membaca

taman literasi
Bilik kedua: Coworking

taman literasi
Bilik ketiga: sepi sponsor
taman literasi
Bilik keempat: Sentra vaksinasi

Kami pun menghabiskan waktu di bilik membaca. Menurut saya, bilik ini nyaman sekali untuk membaca. Sepanjang dinding ada rak buku sampai langit-langit dengan koleksi buku yang lumayan buat dewasa dan anak-anak. Ada area lesehan dengan bean bag, meja-kursi dimana banyak bekerja menggunakan laptop, hingga beberapa jajaran sofa.

Si sulung mengambil buku Dinosaurus dan membacanya sambil minta saya menemaninya untuk berdiskusi. Satu buku ia lahap habis, sementara para 2 gadis asik main di bean bag setelah bosan baca buku dan menyusun balik.

Setelah selesai membaca buku, jam makan siang hampir tiba dan kami bergegas di Twin House sebelum kehabisan tempat.

Twin House

taman literasi

Ternyata hanya sesederhana menyeberang simpang V saja sudah sampai Twin House. Saya mendorong stroller kembar sembari menginstruksikan Hasan untuk memegang stroller saat menyeberang.

Twin House yang memiliki aksen interior kuning ini merupakan cabang dari Cipete. Meski areanya lebih kecil dari cabang Cipete, terdiri dari indoor dan outdoor. Meja indoor sedikit sekali dan saat kami datang semua meja indoor sudah direservasi kecuali satu area. Rejeki kami!

taman literasi

Saya memesan spaghetti carbonara untuk para gadis dan nasi ayam goreng madu untuk si sulung. Saya? Makan sisa makan mereka saja hehe. Selain untuk berhemat, saya lagi tidak ingin mengeluarkan uang untuk (terlalu) banyak makan karbohidrat.

Tidak ada makanan yang tidak enak! Si sulung senang sekali dengan makanannya sehingga ia menghabiskan satu piring padahal itu porsi dewasa. Ayam goreng yang sudah bersalut dengan saus madu sangat cocok dipadu dengan saus tartar dan bayam crispy. Begitu pula dengan spagettinya, saus creamynya top! Lembut, silky, dan umami. Proporsionalnya sempurna banget. Para gadis juga lahap sekali makannya.

Setelah makan, kami pun bergegas pulang karena si sulung sudah menagih (jatah) bermain tab di rumah 😅.

Perjalanan Pulang

taman literasi

Dari saat merencanakan perjalanan, 80% keputusan adalah kami pulang menggunakan MRT. Ternyata opsi yang saya pilih adalah sisa 20% itu.

Saat menyeberang kembali menuju Taman Literasi, tiba-tiba Bus Trans Jakarta lewat di halte pemberhentian.

"Hasan mau naik bus aja ga pulang?" Tanya saya pelan.
"Mau banget!" Pungkas Hasan.

Akhirnya kami pun menunggu di halte sambil otak saya berputar menyiasati bagaimana mengangkut stroller kembar dan para gadis di atasnya. Setelah 5 menit menunggu, bus Trans Jakarta jurusan Pondok Labu - Blok M datang.

taman literasi
Untungnya, ini adalah bus besar dengan pintu tengah lebar dan tidak ada tangga. Setelah pintu bus terbuka, tanpa tedeng aling-aling saya langsung mengangkat stroller kembar beserta 2 anak di atasnya.

Itulah ibu-ibu, pentingnya strength training supaya form benar saat mengangkat beban berat seperti ini haha 😁.

Kami duduk di kursi dengan tanda penumpang berkursi roda. Saya sempat celingukan mencari tahu dimana saya harus tapping kartu e-money. Ternyata ada di depan di samping supir! Setelah mengerem stroller dan berpesan ke sulung kalau saya mau nitip adik-adiknya, dengan lari kecil saya bergegas ke depan dan tapping 2 kali. Rp 3.500 saja per orang dari ujung blok M ke Pondok Labu, wow!

Alhamdulillah lalu lintas lancar, para gadis pun tertidur di stroller. Mendekati Stasiun Cipete, saya dan si sulung bersiap-siap turun. Karena sudah pernah menaikkan stroller kembar beserta anak-anaknya, pede donk saya menurunkan stroller.

Sampai saya turun dan melihat kondisi jalan....

taman literasi

Yak! trotoar di depan kami sempit dengan pembatas pagar terpampang nyata.
Taruh stroller di trotoar 👎
Taruh stroller di atas aspal jalan 👎

Akhirnya saya harus menggotong stroller kembar beserta dua anak tertidur di atasnya ekstra jalan 4 meter! Ada sisi cabang jalan sehingga saya bisa menaruh stroller di atas aspal.

Perjalanan setelahnya alhamdulillah gampang-gampang saja. Kami menyeberang jalan dengan cara naik lift via Stasiun Cipete, mendorong stroller kembali menuju mobil, memindahkan anak-anak ke mobil, dan voila, kami sampai di rumah.

Berhubung kami pulang setelah makan dan jam tidur siang para gadis, sepanjang perjalanan pulang saya bisa santai mengobrol bersama si sulung. Anak tengah bangun saat dipindahkan ke mobil sementara anak bungsu masih tidur kelelahan bahkan saat mobil sudah berhenti di garasi. Fyuh!

Apakah saya kapok?

Oh, tentu tidak! Soalnya seru banget hehe😁

Kebetulan saya memang tipe penyuka eksplorasi kota dan penggemar transportasi umum. Jalan sendiri, bersama satu anak, atau 3 anak sekaligus tetap menyenangkan. Meski terdengar repot, dari awal saya memang tidak ada kepikiran mengajak ART yang bekerja di rumah untuk turut serta dengan tujuan "ikut bantu-bantu". Entahlah, saya tipe penyendiri yang tidak ingin terlibat sosialisasi dengan orang selain keluarga saat santai dan ingin jalan-jalan seperti ini. 

Jalan-jalan bersama anak juga diperlukan kemampuan untuk bersikap taktis dan adaptif jika hal-hal di luar rencana terjadi. Harus bersikap apa saat stroller kembar tidak muat di trotoar. Harus bagaimana jika ternyata harus terpaksa mengangkat beban berat. Intinya, bersiap dengan kemungkinan tidak enak, hehe.

So kids, let's another story of travelling!

Kenangan Si Merah: Dari Proletar Hingga Sekarang

15 komentar
“Aku liat koper kita yang ukuran medium udah pada ga layak semua. Satu yang Lojel roda udah getas dan berat banget, practically ga pernah digunain lagi sejak 2018. Satu lagi udah jelek retak dimana-mana. Tapi buat perjalanan pake mobil enak banget, bisa expandable terus muat banyak. Kita beli koper baru yuk buat gantiin yang Lojel!” Ajak saya beberapa minggu silam.

 

si merah

Formasi koper ala-kadarnya

Keluarga kami bukan model yang sering travelling kesana-kemari, jadi formasi koper kami pun rada pas-pasan. Pun, keuangan kami yang baru stabil beberapa tahun belakangan ini membuat kami juga tidak melakukan reformasi koper.

Koper yang kami gunakan saat berpergian ya koper-koper lama yang sudah rutin kami gunakan sebelum menikah. Saat menikah tahun 2014 hingga 2017 kami cuma memiliki dua koper.

si merah
Perjalanan Jombang - Yogya menggunakan KAI

Yang pertama adalah koper kain warna coklat merk Paviotti ukuran cabin (20”) punya saya yang sudah menemani sejak tahun 2009. Koper ini masih model jadul banget, lupakan roda double wheel 360o, koper ini masih dua roda maju-mundur saja haha. Penggunaannnya juga cenderung abusif, bahkan pernah menjadi koper kabin 11 kg (ups) akibat berisi dua bungkus salak bali saat perjalanan pesawat Bali - Jakarta pulang dari konferensi.

Kami menggunakan koper ini sampai resleting expandable dan bagian dalam yang untuk pembatas koper copot. Maklum lah, penggunaannya abusif. Karena sudah tidak layak lagi, akhirnya kami memberikan koper ini ke ART bulan April lalu karena suami yang hendak ke Prancis berniat membeli koper cabin disana saja. Bisa dapat Delsey lebih murah coy! 

Bayangkan, baru pensiun setelah 12 tahun pelayanan.

Yang kedua adalah koper hardcase warna oren jadul non-zipper super berat merk Lojel ukuran medium (24”). Sebut saja si oren. Karena modelnya jadul, jadi materialnya masih yang berat dan bulky banget, jadi cuma bisa diisi sedikit. Meski begitu, ini jadi koper bagasi yang paling bisa diandalkan. Namun dasar usia, setelah dibawa banyak perjalanan di 2018, roda koper ini getas dan karetnya patah satu per-satu. Alhasil koper ini mobilitasnya tidak enak sama sekali. Setelah tahun 2018 itu, koper ini tidak pernah digunakan kembali.

Sisanya kami menggunakan tas kain Miniso yang bisa dilipat dan dicantelkan di gagang koper untuk barang-barang tambahan kami. Sampai tas ini rusak saat dibawa suami Chiang Mai - Pattaya Oktober 2018.

Formasi koper kami baru bertambah saat perjalanan kami ke Singapura pada Desember 2017. Kami cuma pergi membawa 2 koper di atas beserta tas kain untuk membawa belanjaan saat pulang ke tanah air.

Namun, om suami yang melihat kami bawa tas kain lusuh malah prihatin haha. Akhirnya mendadak diberikan koper merah murah meriah ukuran medium agar barang-barang lebihan kami bisa dimasukkan ke koper tersebut. Sebut saja si merah. Maka bertambahlah formasi koper kami dan menjadi koper yang tidak pernah absen saat kami berpergian.

Formasi koper kami bertambah lagi saat suami hendak pergi ke Prancis, ia mendapatkan lungsuran koper ukuran besar (30”) Rimowa hitam. No comment lah sama si hitam ini. Pertama kali menggunakan koper borjuis, isinya malah takjub sama betapa ergonomis dan thoughtful desainnya. Mobilitasnya juga sudahlah, tidak usah dipertanyakan.

Saat melepaskan si koper merah pun tiba…

si merah

Loh, kan awalnya kami mau mengganti si oren, kok tiba-tiba malah si merah yang diganti? Padahal si merah ini masih berfungsi untuk perjalanan ke luar kota di Pulau Jawa menggunakan mobil.

Jadi begini, rencana awalnya kami hendak memberikan si oren ini ke orang lain, kemudian kami membeli koper hardcase non-zipper baru untuk menggantikan si oren. Bahkan saya mulai memikirkan merk apa untuk menggantikan koper lama. Karena koper besar Rimowa, koper kabin Delsey, jadi inginnya sih koper medium beda merek. Mungkin antara Lojel lagi atau Samsonite yang sekelasnya.
“Mendingan Samsonite atau Lojel ya? Ada yang punya testi atau komparasi dari keduanya?” Ketik saya di WAG ITBMH Jaktangsel.

Kemudian pikiran saya sempat lebih sadis, yakni membuang si oren! Pasalnya saat itu saya juga sedang memesan jasa Bberes (sekarang Jagatera) untuk mengeluarkan barang-barang tidak terpakai dari apartemen dahulu. Namun suami sangat berat hati. Dia masih ingin mereparasi koper ini. Seburuk-buruknya skenario ya memberikan si oren ini ke orang lain, ke saudara lebih tepatnya. Saya juga merasa agak sayang, mengingat ini Lojel dan cuma masalah roda saja. Kalaupun tukar si oren ya mendingan trade in, ada harganya.

Tiba-tiba teman saya di WAG ITBMH Jaktangsel ngetag saya soal info program Trade in koper dari Samsonite. Alhamdulillah rejeki, untung si oren belum dibuang!

Program Trade in Samsonite

si merah

Saya menonton Reels dari akun @jktgo. Tertulis bahwa hanya dengan menukarkan koper, kita bisa membeli Samsonite tipe Niar, Enwrap, dan Volant dengan potongan 40%. Kabarnya ini adalah kerjasama dengan WWF yang akan mendaur ulang bahan polycarbonate dari koper yang ditukarkan.

Potongannya besar banget untuk ukuran Samsonite, sampai hampir setengah harga. Saya anaknya suuzon, jadi mau mastiin dulu dengan cara DM ke IG @samsonite_indonesia. Ternyata promonya tidak fishy, murni potongan 40% dengan membawa koper hardcase lama ukuran apapun, merk apapun, dan KONDISI APAPUN.

Mengetahui ketentuan MERK APAPUN dan KONDISI APAPUN, yang awalnya mau menukarkan si oren malah berpindah hati untuk menukarkan si merah. Saat mau menukarkan si merah, saya tentu biasa saja. Namanya juga mau beli koper baru yang lebih bagus dan fungsional. Namun tiba-tiba anak sulung saya minta untuk berfoto bersama si merah dengan tatapan agak sendu.

Kenangan si Koper Merah

si merah
Super early flight JKT - SUB

Ternyata dia mellow. Perlu diketahui sebelumnya, si sulung memang anaknya sensitif, rada hoarder karena dia tipe sulit melepaskan barang, hehe.

Saat menatap si sulung bersama si merah dari layar ponsel, sejenak saya tertegun, mengingat perjalanan-perjalanan ke luar kota kami yang 90% dilakukan bersama si merah.

Si merah menemani perjalanan kami dari jaman masih proletar (baca: masih residensi) hingga perekonomian cukup stabil. Mulai dari perjalanan darat, udara, hingga laut. Perjalanan dalam negeri hingga luar negeri.

Meskipun murah meriah, koper ini enak banget karena super ringan dan bervolume besar karena bisa expandable. Otomatis koper ini menjadi koper wajib bawa di setiap perjalanan keluar kota kami.

Mulai dari traveliving 2018, yakni rentetan perjalanan saya, suami, dan anak sulung kami keluar kota dengan durasi satu bulan di tiap kotanya. Sudah jelas bawaan bertiga dengan balita untuk waktu sebulan cukup banyak. Dengan menggulung pakaian seperti metode konmari, kami bisa hanya membawa tiga koper saja saat traveliving dan itu sudah termasuk beberapa buku dan mainan si sulung.

Kami melakukan traveliving pada tahun 2018 karena sepanjang tahun itu beberapa kali suami saya harus melakukan stase luar kota di tahun keempatnya sebagai residensi bedah tulang. Mumpung Hasan belum sekolah dan agar tidak terpisah terlalu lama, kami mengusahakan agar kami tetap bisa bareng-bareng saat suami mendapatkan jatah residensi luar kota tersebut.

Sekalian jalan-jalan juga donk, sebulan gitu, bisa dapat banyak haha.

Setelah 2018, perjalanan keluar kota kami terhenti akibat pandemi. Setelah pandemi agak mereda sedikit. Barulah kami pelan-pelan melakukan perjalanan keluar kota kembali. Pada saat menggunakan si merah kembali, anggota keluarga kami dari yang hanya bertiga kini membengkak menjadi berlima!

Saat sudah berlima, memang paling enak membawa si merah turut serta. Misalnya saat perjalanan kami ke Solo-Semarang Juli lalu selama 4 hari 3 malam, kami hanya membawa si merah dan satu tas kain. Terakhir saat kami ke Bandung September ini dengan durasi menginap yang sama, kami hanya membawa si merah saja bahkan! Sisanya tentengan-tentengan kecil yang berisi ransum.

si merah
Solo, 2022

Si merah juga sudah menempuh perjalanan darat, laut, dan udara.

Salah satu perjalan udara berkesan saat kami bertiga traveliving ke Chiang Mai tahun 2018. Pasalnya, kami tidak hanya membawa baju, mainan, dan buku Hasan saja, tetapi juga peralatan masak dan ransum dasar! Kami sampai membawa kompor listrik, panci, happy call, pisau, hingga piring dan alat makan. Untuk ransum dasar kami membawa beras sedikit, frozen nugget, bumbu basah, bumbu kering, hingga garam-gula.

Maklum, kami hanya menginap di penginapan yang tidak ada dapur. Sebagai sarana berhemat tentu akan lebih untung dan mudah jika memasak sendiri.

si merah
Flight JKT - BKK - CNX


Saat ke Chiang Mai, kami hanya membawa 3 koper. Koper jadul besar pinjaman yang berisi seluruh baju kami, peralatan masak dan ransum di si merah, serta barang tambahan di koper kabin. Saat pulang, komper listrik kami tinggalkan. Sebagai gantinya, si merah berisi barang jastipan Thailand saya haha.

Si merah juga menjadi koper pilihan kami saat berwisata ke Pulau Tidung selama dua hari satu malam bersama keluarga besar. Sebenarnya secara ukuran si oren lebih enak dibawa. Namun mengingat bobotnya yang berat, akhirnya kami memilih si merah. Kami bakal naik-turun kapal, pasti kami berusaha membawa koper yang enak diangkut.

Perpisahan akhirnya tiba

Dimana ada pertemuan, disana ada perpisahan. Si sulung yang sedari sampai di toko geret-geret si merah terus, kini harus menyerahkan ke pegawai toko. Setelah si merah dicek sudah kosong dan saya sendiri mengecek koper baru (Let's call it si glossy), serah terima pun terjadi.

Terima kasih si merah telah, menemani perjalanan-perjalanan keluarga kami. Meski kehadirannya sangat singkat, yakni cuma 5 tahun, namun pengalaman yang diberikan cukup berkesan dan memuaskan.

si merah

Si merah, you've done your job well. Happy Good recycle!


Rekomendasi Hotel di Solo untuk Keluarga dengan Family Suite

25 komentar
Apa saja Rekomendasi Hotel di Solo untuk keluarga dengan family suite?

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga

Meski ini kali keduanya kami wisata ke Solo, jujur saja, pertengahan tahun 2022 ini adalah pertama kalinya kami jalan-jalan ke luar kota berlima yang harus menginap di hotel. Sebenarnya pernah sih menginap di penginapan saat di luar kota, tapi biasanya bersama keluarga besar.

Terakhir berhotel sendiri adalah pada tahun 2019, dimana kami melakukan traveliving saat baru bertiga. Hanya saya, suami, dan si sulung saja. Saat itu kami tidak ambil pusing saat memesan hotel. Mau dapat kasur twin? Tidak masalah. Kasur cuma ukuran Queen? Juga tidak masalah.

Berbeda dengan sekarang, kami sudah berlima dan artinya tidak bisa segampang itu memutuskan menginap di hotel mana. Kami harus memilih kamar yang bisa kami tiduri berlima dengan harga semurah-murahnya.

Opsi paling gampang sebenarnya memesan kamar di hotel mana pun kemudian memesan extra bed. Namun, pilihan tidak semudah itu Ferguso! Hotel budget tidak menyediakan extra bed. Pun, memesan Extra bed di kamar biasa hotel non-budget membuat pembengkakan budget signifikan. Selain itu, untuk mengetahui harga per malam termasuk memesan extra bed harus menghubungi dahulu hotel terkait. Artinya, kita tidak bisa menyortir harga dari awal. Harus repot-repot dulu japri hotel!

Dalam prioritas pemilihan tempat menginap, kami biasanya menetapkan range harga terlebih dahulu. Setelah hotel dengan range harga yang ditentukan sudah ditetapkan, selanjutnya tinggal menimbang mana pilihan yang paling baik berdasarkan fasilitas, lokasi, hingga ulasan penginap lainnya.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka memilih kamar hotel dengan harga terbaik tanpa memperhitungkan extra bed adalah opsi paling cepat dan taktis. Berawal dari kerumitan dalam memilih hotel, maka saya pun menulis rekomendasi hotel keluarga di Solo ini agar banyak keluarga yang terbantu dan tidak bingung seperti saya.

Jika kamu adalah keluarga dengan minimal 3 anak dan menginginkan rekomendasi hotel di solo untuk keluarga dengan family suite, simak daftarnya di bawah ini!

1. Aston Solo

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga
Sumber: Aston Solo

Rekomendasi hotel di Solo untuk keluarga dengan family suite yang hampir kami pesan adalah Aston Solo. Hotel ini berlokasi di pusat kota, yakni di Jalan Slamet Riyadi yang merupakan lokasi CFD di Kota Solo. Posisinya yang di tengah kota membuat kita dengan mudah menjangkau tempat wisata dan kuliner di Kota Solo dengan mudah. Di Depan hotel membentang trotoar luas sehingga enak untuk berjalan kaki. Hotel Aston Solo ini terkoneksi dengan sebuah pusat perbelanjaan tua. Parkir bisa cukup susah dan dikenai biaya jika menggunakan jasa valet.

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga
Hasan 4 tahun lalu, Jl. Slamet Riyadi

Fasilitas Aston Solo cukup lengkap seperti sudah memiliki kolam renang sehingga cocok bagi keluarga yang ingin berenang saat liburan. Kamar berukuran 30 m2 ini menyediakan satu kasur ukuran queen (160x200) dan satu kasur single. Untuk keluarga dengan anak 3 masih bisa meski agak desak-desakan dan tidak disarankan dengan anak lebih dari itu.

Konon katanya, bagi kamu yang sensitif dengan yang “halus-halus” tidak disarankan untuk menginap di sini. Aston Solo dibangun dari mall yang dulu pernah kebakaran akibat kerusuhan tahu 1998. Beberapa orang mengatakan pernah melihat pemandangan “halus-halus” yang tidak diharapkan hihi. Tapi bagi kamu yang tidak sensitif dan tidak peduli sih hajar saja, soalnya Aston Solo ini salah satu hotel Solo dengan Family suite termurah dan terlengkap fasilitasnya.

Alamat: Jl. Slamet Riyadi No.373, Sondakan, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57147
Telp: (0271) 7882000
Harga Family Suite: Mulai dari Rp 710 ribu

2. The Alana Hotel

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga
Sumber: Alana Hotel

Rekomendasi hotel di Solo untuk keluarga dengan Family Suite yang pernah kami coba adalah The Alana Hotel. Lokasinya sedikit di pinggir luar kota Solo, yakni di area Colomadu. Salah satu tempat wisata terdekat dari hotel ini adalah de Tjolomadu, bangunan bekas pabrik gula terbesar di Indonesia yang dibangun sejak tahun 1862. Pemerintah melakukan restorasi di pabrik gula ini dan menyulapnya menjadi museum. Posisi The Alana Hotel yang berada di utara mungkin sedikit kurang menguntungkan jika ingin mengunjungi magnet kuliner di Kota Solo yang banyak berada di area pusat dan selatan. Terlebih harus berdamai dengan tata lalu lintas Kota Solo yang memiliki titik lampu merah yang sangat banyak dengan waktu lampu hijau sebentar.

Fasilitas The Alana Hotel sangat lengkap karena menyediakan kolam renang dan convention center yang sering dijadikan tempat melangsungkan acara pernikahan. Parkiran di hotel ini cukup banyak, sampai 3 lantai basement. Namun, penginap akan agak susah mencari parkiran saat ada yang melangsungkan acara di convention center.

Kamar hotel yang disediakan juga berukuran luas, yakni sebesar 29 m2 dengan satu kasur ukuran super king (200x200) dan satu kasur single (100x200). Dengan ukuran kasur yang teramat luas, tidur di kamar ini bagi kami sekeluarga dengan tiga anak cukup lega! Suami tidur di kasur single dan saya serta 3 anak di kasur super king tanpa desak-desakan. Kamar mandinya juga cukup luas, lho.

Alamat: Jl. Adi Sucipto, Colomadu, Karanganyar, Kec. Colomadu, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57174
Telepon: (0271) 7451555
Harga Family suite: Mulai dari Rp 780 ribu

3. Amaris Sriwedari

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga
Sumber: Amaris Hotel

Tidak ada Rekomendasi hotel di Solo dengan Family Suite yang memiliki lokasi terbaik dan harga termurah selain Amaris Sriwedari! Namun, booking family suite ini tidak mudah, lho. Kenapa?

Hotel Amaris Sriwedari berlokasi di jantung Kota Solo. Kamu bisa mengunjungi berbagai tempat wisata Solo mulai dari Tumurun Private Museum, CFD, Taman Sriwedari, Museum Radya Pustaka, dan banyak lainnya dengan hanya berjalan kaki.

Amaris Sriwedari adalah hotel bintang 2, jadi jangan harap fasilitas ekstra seperti kolam renang. Kamar family suite berukuran 22 m2 menyediakan satu kasur king dan satu kasur single. Lumayan bisa tidur agak lega jika kamu keluarga dengan anak tiga. Hotel Amaris Sriwedari ini cocok bagi keluarga yang banyak menghabiskan waktu di luar dan memusatkan kamar hotel hanya untuk beristirahat. Pasalnya, kamar dengan ukuran tidak terlalu besar dan memiliki jendela yang kecil ini tidak begitu nyaman ditempati jika ingin berlama-lama di kamar. Anak pun jadi kurang betah.

Jalan di depan Amaris Sriwedari ini cukup kecil. Parkirannya pun juga sedikit sehingga butuh usaha untuk penginap saat mencari parkir. Melihat posisinya yang sangat strategis dengan ketersediaan kamar yang sangat terbatas, jangan harap kamu bisa membooking family room di Amaris Sriwedari jika tidak jauh-jauh hari, terutama saat akhir pekan.

Alamat: Jl. Kebangkitan Nasional No.24, Sriwedari, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57141
Telepon: (0271) 7461627
Harga Family Suite: Mulai dari Rp 420.000

5. Novotel Solo

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga
Sumber: Accor hotels

Rekomendasi hotel di Solo untuk keluarga dengan Family Suite berikutnya adalah Hotel Novotel Solo yang berlokasi tepat di simpang jalan Slamet Riyadi dan jalan Gadjah Mada. Kamu sekeluarga bisa dengan mudah mengikuti CFD pada akhir pekan karena posisinya yang berada di depan jalan CFD. Lokasinya juga termasuk di pusat kota sehingga akan mudah mengunjungi keraton, museum, dan berbagai spot jajanan di Kota Solo.

Meski gedung Novotel Solo sudah cukup tua, fasilitasnya cukup lengkap termasuk kolam renang. Kamar hotel family suite menempati area sebesar 32 m2 untuk satu kasur ukuran single dan satu kasur ukuran double. Kamu bisa juga memesan family suite dengan tipe 3 kasur single. Parkirannya juga cukup banyak kok.

Alamat: Jl. Slamet Riyadi No.272, Timuran, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57141
Telepon: (0271) 724555
Harga Family Suite: Mulai dari Rp 707 ribu

6. Solo Paragon Hotel

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga
Sumber: Solo Paragon Hotel

Solo Paragon berlokasi tepat di atas Paragon Mall sehingga kamu akan dengan mudah mencari restoran dan berbelanja kebutuhan sehari-hari. Hotel Solo Paragon ini menjadi salah satu rekomendasi hotel di Solo untuk keluarga dengan family suite karena ukurannya sangat luas.

Solo Paragon Hotel sejatinya adalah apartemen yang juga dibuka untuk sewa harian seperti hotel. Karena berbentuk seperti apartemen, Solo Paragon cocok bagi kamu dengan anggota keluarga besar yang hendak menginap dengan jangka waktu lama karena tersedia pantry yang lebih lengkap ketimbang hotel lainnya.

Kamar family suite juga sangat luas berbentuk 2 kamar tidur dengan ruang tamu terpisah. Kamar family suite pertama menempati lahan seluas 58 m2 dengan satu kasur double dan satu kasur single. Kamar family suite lainnya menempati lahan lebih luas lagi, yakni seluas 78 m2 yang terdiri dari satu kasur double dan dua kasur single atau bisa hingga 4 orang dewasa!

Karena Solo Paragon Hotel berlokasi di gedung yang sama seperti Solo Paragon Mall, mencari parkiran juga tidak akan sulit.

Alamat: Jl. Dr. Sutomo, Mangkubumen, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57125
Telepon: (0271) 7655888
Harga Family Suite: Mulai dari Rp 900 ribu

Tips berikutnya yang tidak boleh dilupakan

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga

Selain rekomendasi hotel di Solo untuk keluarga dengan family suite di atas, ada hal-hal lain yang tidak boleh kamu lupakan. Saat sudah membuat shortlisted hotel incaran, maka yang dilakukan berikutnya adalah membandingkan antar harga dari berbagai Online Travel Agency (OTA) hingga situs resmi. Cari harga yang paling murah. Mencari di situs resmi sering dilupakan, padahal beberapa kali saya menemukan harga lebih murah di situs resmi hotel.

Saat memiliki anak banyak, mengetahui ukuran bed juga sangat krusial. Biasanya di situs hanya tertulis ukuran double dan twin, ukuran pastinya tidak dicantumkan. Padahal ini sangat krusial mengingat antara kasur queen dan super king size bed bakal menawarkan kenyamanan yang signifikan untuk tidur bersama-sama dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, sebelum memantapkan hati dalam membuat shortlisted hotel, hubungi dahulu hotel perihal ukuran bed. Bisa menelpon langsung atau via kanal sosial media yang telah mereka sediakan.

Memiliki ukuran keluarga cukup besar, selain memesan kamar family suite bisa juga dengan mengambil opsi menyewa AirBnb. Namun karena biasanya AirBnb berupa rumah atau apartemen, posisinya relatif jarang yang berada di tengah kota. Memesan di AirBnb juga harus teliti dalam menyimpulkan harga karena banyak harga tambahan yang ditambahkan saat akan melakukan pembayaran.

Meski perjalanan ke Solo tempo hari harus diwarnai dengan anak muntah mencret, perjalanan tersebut membuat pengalaman baru bagi kami dalam memesan akomodasi.

Sudah memutuskan mana hotel yang kamu pilih untuk menginap bersama keluarga berdasarkan rekomendasi hotel di Solo untuk keluarga dengan Family Suite yang lengkap ini?

Anak Muntah dan Mencret, Masih Bisa kah Travelling bersama 3 anak dinikmati? Ini Tipsnya bersama Internetnya Indonesia!

22 komentar
Bagaimana Pengaruh IndiHome memberikan manfaat internet dalam menyiapkan rencana travelling bersama 3 anak?

Sepanjang tahun 2018 saya, suami, dan anak sulung kami banyak melakukan perjalanan di belahan Pulau Jawa dan beberapa negara ASEAN. Bersyukur kami diberikan rezeki berupa anak usia 3 tahun yang sangat gampang dan tidak menyusahkan dibawa travelling. Bawa si sulung bagaikan bawa orang dewasa biasa, asli deh!

Tapi ternyata Allah ingin membuat hidup kami lebih berwarna. Di tahun 2022 ini, kami akhirnya berkesempatan melakukan perjalanan jarak jauh lagi. Bedanya kalau dulu bertiga, sekarang berlima! Ya, kami sudah dikarunia ekstra dua anak lagi. Di perjalanan ini kami harus membawa sulung yang berusia 7 tahun, tengah berusia 3 tahun, dan bungsu berusia 1,5 tahun.

travelling internetnya indonesia

Kalau dulu hampir tidak ada kendala sama sekali, kalau sekarang harus mengalami dua anak muntah di carseat masing-masing dan mencret selama berada di luar kota. Wow sekali bukan!

Tapi apakah saya mutung dengan perjalanan kali ini? Tentu tidak, karena sebelum berangkat kami sudah menyiapkan beberapa hal. Fisik, mental, dan ekspektasi.

Kebanyakan Ibu-ibu suka merasa jiper duluan saat hendak travelling bersama anak, apalagi jika punya anak masih kecil-kecil dan travelling jarak jauh.

Namun sebenarnya kekhawatiran itu bisa ditepis, asalkan kita menyiapkan semuanya baik dari perencanaan hingga mental. Travelling dengan anak tentunya tidak akan sama jika dibandingkan dengan travelling tanpa anak. Saat masih sendirian atau hanya bersama pasangan saja kita bisa menetapkan rencana perjalanan ambisius.

Tapi jika punya anak? Besar kemungkinan arah perjalanan kita tergantung dari kondisi anak.

Lantas bagaimana menyiasatinya?

Karena siapapun berhak menikmati travelling, meski bersama anak banyak sekalipun.

1. Riset, Riset, Riset

travelling internetnya indonesia

Riset yang menyeluruh adalah kunci. Jangankan jika harus travelling bersama anak, saat berpergian senidrian pun banyak sekali yang harus diriset. Mempersiapkan kota tujuan, mencari perbandingan tiket dan penginapan termurah, mencari tahu rekomendasi tempat tujuan dan makanan/minuman favorit, hingga memutuskan mobilisasi menggunakan apa.

Di Awal Bulan Juli ini kami sekeluarga berkesempatan jalan-jalan ke Solo. Berbeda dengan keluarga lain, biasanya kami liburan dengan cara menyelipkan agenda saat suami harus bekerja. Kalau dipikir, sangat jarang kami pergi ke luar kota murni hanya liburan. Suami belum termasuk orang yang punya privilege untuk mengambil cuti, jadi kalau pun kami pergi keluar kota ya hanya akhir pekan atau saat ada tanggal merah.

Kebetulan suami menjadi tim medis pertandingan Rugby di Solo selama 2 hari. Jika dihitung dengan waktu perjalanan, kami berkesempatan melakukan perjalanan 4 hari 3 malam ke Solo! Sungguh sebuah kesempatan yang langka karena biasanya maksimal hanya 3 hari 2 malam saja saat ada tanggal merah berdekatan dengan akhir pekan.

Peran IndiHome dalam membantu riset perjalanan bersama anak

Riset sebelum berangkat adalah kunci kesuksesan travelling bersama anak. Sehari-hari saya banyak menghabiskan waktu di rumah saja karena saya Ibu rumah tangga yang sesekali mengerjakan pekerjaan menulis paruh waktu. Koneksi internet yang saya gunakan di rumah adalah internet fiber optik IndiHome. Semua perangkat di rumah sudah dikoneksikan ke internet IndiHome melalui koneksi Wifi.

travelling internetnya indonesia

IndiHome adalah satu-satunya provider internet yang menyediakan bundling paket bersama dengan telepon rumah! Itu lah salah satunya alasan kami berlangganan IndiHome sejak awal nikah. Pasalnya, mayoritas keluarga saya dan suami menggunakan Telkomsel dan dengan menggunakan paket bundling 2P IndiHome artinya kami mendapat jatah telepon gratis sekian menit via telepon rumah. Deal yang menguntungkan sekali menurut saya.

Karena kami bukanlah penonton televisi, kami memilih menggunakan paket 2P (Internet+Phone) seharga Rp 275 ribuan dengan kecepatan hingga 20 Mbps. Eh, karena loyal memakai IndiHome bertahun-tahun, di tahun kelima (kalau tidak salah) saya mendapat telepon dari CS IndiHome mengenai tawaran naik kecepatan hingga 30 Mbps TANPA TAMBAHAN BIAYA! Wuih, salut sama IndiHome yang mengapresiasi pelanggan loyalnya.

IndiHome ini juga sudah terkenal menjangkau berbagai pelosok daerah di Indonesia. Jangankan di daerah, Indiome adalah satu-satunya provider internet di area rumah om saya yang berada di Bintaro.

travelling internetnya indonesia

Buat kamu yang lagi bingung mau pasang provider internet apa, bisa langsung hubungi kontak IndiHome untuk pemasangan. Tidak cuma menawarkan bundling internet, kini kamu yang ingin berlangganan Disney+ dan Netflix juga tidak usah bingung. IndiHome menawarkan paket bundling langganan Disney+ Hotstar, Netflix, WeTV, Vidio, dan Catchplay. Tidak cuma bundling, IndiHome juga dengan loyalnya memberikan diskon biaya pemasangan sampai setengah harga!

Menarik bukan?

Mari kembali ke pengalaman saya mengenai bagaimana koneksi lancar IndiHome sangat membantu dalam perencanaan liburan bersama tiga anak.

Menggunakan pesawat, kereta api, atau mobil pribadi?

Senjata utama riset travelling tidak lain dan tidak bukan adalah koneksi internet. Cuma dengan duduk di pojokan saja, saya bisa mendapatkan manfaat internet dengan mencari tahu apapun lewat ponsel ataupun laptop. 
Kebetulan kami sudah menggunakan IndiHome sejak awal berumah tangga. IndiHome merupakan produk dari Telkom Indonesia yang merupakan salah satu pemain besar provider internetnya Indonesia. Keputusan kami menggunakan IndiHome juga diambil karena pengalaman keluarga saya yang sebelumnya sudah menggunakan provider ini sejak IndiHome diluncurkan. Pemain lama nih, boleh nih Telkom Indonesia kasih kami bonus kecepatan, hehe.

Setelah riset, akhirnya kami memutuskan naik mobil saja. Bayangkan, pulang pergi cuma butuh 1,6 juta rupiah, yakni tol 1 juta pulang pergi dan isi bensin 200 ribu rupiah sebanyak 3 kali.

Menginap dimana?

travelling internetnya indonesia

Terakhir kami jalan-jalan ke luar kota untuk liburan santai adalah tahun 2019, yakni saat anak kami baru satu. Selain cuma bertiga, anak sulung kami juga tipe yang enak diajak jalan-jalan jadi otomatis kami tidak repot sama sekali mengajak ia kemana pun.

Namun keadaan berubah sekarang. Kami sudah berlima sekarang dengan tambahan 2 batita. Jika dulu kami tidak pusing untuk urusan kamar karena bahkan memakai kasur twin pun tidak masalah, sekarang kami harus memilih penginapan dengan kriteria berikut:
  • Kasur ukuran super king size (200x200)
  • Family suite yang punya kasur twin (queen atau king size) dengan tambahan kasur single (90x200 atau 100x200)
Terima kasih IndiHome yang memiliki koneksi internet stabil! Saya jadi tahu ternyata di Solo banyak hotel yang menyediakan kamar family suite dengan harga sangat variatif. Untuk mengetahui ukuran kasur, saya harus menanyakan langsung ke pihak hotel karena di Online Travel Agency (OTA) seringnya hanya mencantumkan double bed atau twin bed saja tanpa mencantumkan ukuran.

Nah, biasanya menghubungi langsung ini menggunakan sistem BOT di website yang kalau lama tidak dibalas atau keluar dari halaman maka percakapan tidak bisa dilanjutkan.

Kebayang kan jika koneksi internet kita buruk, lagi bertanya eh malah koneksi putus. Begitu koneksi tersambung lagi, kita harus memulai percakapan baru. Gitu aja seterusnya.

Untuk koneksi internet saya yang menggunakan Indihome stabil dan lancar jaya. Saya pun tidak kesulitan mendapatkan jawaban cepat perihal ukuran kasur. Kecepatan informasi ngaruh banget lho, soalnya kami pergi tanggal 1-4 Juli dimana jadwal liburan anak sekolah! Telat booking penginapan sama artinya tidak dapat penginapan atau kalau dapat pun sudah kena harga mahal.

Kemana saja?

travelling internetnya indonesia
Setelah permasalahan akomodasi pulang pergi dan tempat menginap beres, yang harus dipikirkan adalah kemana saja selama berada di Solo. Berhubung suami bertugas selama di Solo, otomatis jalan-jalan di kota hanya dilakoni berempat bersama anak. Maka riset calon destinasi dan makan dimana juga harus dikumpulkan. Ingat, dikumpulkan ya, bukan daftar ngoyo untuk menjelajahi semuanya.

Biasanya saya menjadikan Google Maps teman setia dalam perencanaan destinasi. Saya mengecek dimana saja lokasi calon destinasi. Berapa lama waktu tempuh dari destinasi ke destinasi. Tentunya saya harus bersyukur memakai IndiHome yang merupakan Internetnya Indonesia yang disediakan oleh Provider Telkom Indonesia. Saya senang karena koneksinya yang lancar membuat riset saya pun berjalan lancar tanpa kendala.

Setelah menyimpan antar lokasi destinasi ini dan menghafal jarak antar destinasi di kepala, maka selesai pula tahap pertama dalam perencanaan travelling bersama 3 anak. Terima kasih internetnya Indonesia, IndiHome!

Tapi apakah yang akan dijalani sesuai dengan yang diriset? Tentu tidak Ferguso! Itulah menariknya travelling bersama anak-anak. Orangtua dituntut untuk adaptif dan ikhlas dalam menjalani itinerary yang telah disiapkan. 

Terlaksana ataupun tidak sama sekali.

2. Menyiapkan fisik dan mental anak

travelling internetnya indonesia

Anak kecil notabene memiliki fisik yang tidak seprima orang dewasa. Jangankan anak-anak, orang dewasa pun disarankan tidak melakukan aktivitas berat sebelum menjalani perjalanan jauh yang melelahkan.

Apalagi anak-anak. Disarankan untuk membatasi kegiatan anak seminggu sebelum berangkat. Maksudnya tidak membawa anak pergi di perjalanan melelahkan sebelum hari keberangkatan.

Jangan seperti saya. H-2 saya membawa anak tengah saya ikut ke sebuah pertemuan dan agenda lainnya mulai dari pukul 10 siang hingga maghrib! Alhasil keesokan harinya suhu tubuh si tengah menghangat dan disertai diare. Tampaknya ia kecapekan mengikuti ritme pergerakan saya ditambah dengan salah makan.

Alhamdulillah 2 anak lainnya sehat saat perjalanan pergi. Mengetahui kenyataan akan membawa si tengah dalam keadaan kurang fit, maka otomatis ia “dibom” dengan suplemen dan madu. Kami sebagai orangtuanya juga harus menyiapkan mental dengan cara siap banyak berhenti di rest area jika si tengah minta buang air besar. Selain itu, sebagai antisipasi saya juga memakaikan popok jika ia mengeluh hendak buang air besar sementara kami belum menemukan rest area.

Kami juga sudah menyiapkan obat-obatan yang dibawa selama perjalanan. Mulai dari obat demam, flu, multivitamin, madu, hingga obat diare.

Yang paling penting adalah orang tua siap. Siapkan ekspektasi sesuai dengan kemungkinan terburuk. Kenyataan di lapangan bisa dihadapi dengan santai asal orangtua adaptif dan ikhlas.

3. Adaptif

travelling internetnya indonesia

Keesokan harinya setelah kami sampai di tujuan, saya berencana mengantarkan suami saya tugas dahulu ke lapangan sembari memboyong anak-anak di mobil. Kami tinggal di rumah sewaan AirBnb karena menginginkan harga murah dengan kasur yang banyak agar tidur kami nyaman.

Terjadi hal yang tidak disangka menjelang kami berangkat ke lapangan. Si tengah muntah! Muntah mengenai sofa dan karpet rumah sewaan. Wah, langsung kami kocar-kacir membersihkan sisa muntahan. Untung kami tinggal di rumah sehingga kami bisa menjemur karpet yang terkena muntahan. Kipas angin pun kami hidupkan dan diarahkan ke sofa bekas muntahan agar cepat kering.

Setelah mengantar suami, si tengah lanjut muntah di carseat. Duh, padahal sudah dekat dengan rumah tinggal. Untung muntahannya hanya berupa air. Beruntung juga di luar cuaca cerah dan panas terik sehingga carseat langsung saya jemur di belakang.

Itinerary sudah disiapkan, tapi si tengah muntah dan mencret. Nah lho! Padahal di hari itu saya dan mertua yang kebetulan singgah ke Solo berencana menempuh perjalanan jauh ke Museum Atsiri.

“Si tengah barusan muntah, ini mau lihat kondisi dulu sampai jam 10. Kalau kondisi oke, paling kita ke Tjolomadu aja jalan-jalan.”, saya mengetik WhatsApp ke mertua.

De Tjolomadu yang merupakan bekas pabrik gula terbesar di Indonesia ini hanya berjarak tidak sampai 1 km dari rumah sewaan kami. Yes, itulah salah satu alasan saya memutuskan menyewa AirBnb ini, posisinya dekat dengan salah satu tempat wisata primer. Akhirnya tanpa pikir panjang, rencana hari itu saya ubah dengan piknik di de Tjolomadu saja dan makan di salah satu tempat hits di Solo, Grandis Barn yang jaraknya juga sangat dekat dengan rumah tinggal kami. 

So far penginapan kami memuaskan. Minusnya cuma tidak dibekali internet saja. Mungkin saya harus menulis ulasan agar memasang IndiHome kepada pemilik penginapan karena banyak sekali manfaat internet yang bisa didapatkan oleh penyewa.

Eh ternyata suami membawa berita gembira saat pulang dari dinas, ia dapat hibahan kamar hotel tipe Family Suite untuk satu malam!

Berpikir cepat, kami pun packing cepat dan memisahkan koper supaya nanti pas checkout rumah singgah dan hotel tidak ribet. Keputusan kami mengambil kamar hotel ini juga dibutuhkan adaptasi yang cepat, terutama untuk rencana keesokan harinya.

Rencananya esok hari saya dan anak-anak ke Tumurun Museum dan jalan-jalan santai di trotoar luas Jl. Slamet Riyadi. Karena keputusan kami harus menginap di hotel itu, artinya hari itu menjadi hari yang sangat sibuk!

Saya sendiri tanpa suami harus check out dari 2 tempat: Hotel dan AirBnb. Dari yang rencananya cuma mengantar suami, jalan santai, dan pulang nunggu aba-aba buat jemput sore, kini menjadi super ribet.

Mengantar suami, ke Tumurun Museum sesuai reservasi, pulang ke hotel sekalian check out, janjian makan siang sama teman, cari serabi, pulang ke rumah singgah sembari membereskan anak, checkout (lagi).

Lelah? Memang, tapi ini risiko yang saya terima dan konsekuensi untuk dapat bersikap adaptif.

Tantangan usai? Belum. Sesampainya kami malam di Semarang, si bungsu muntah di carseat. Memang sehari itu dari pagi badannya sudah hangat. Kami berusaha tenang. Karena kami sudah menyiapkan obat sehingga kami minumkan si bungsu paracetamol 4 kali sehari. Tidak lupa selama perjalanan pulang esoknya saya membawa baju ganti si tengah dan si bungsu untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan selama perjalanan.

Benar saja, dalam perjalanan pulang si bungsu mencret dan rembes ke bajunya. Bismillah, ikhlas, ikhlas, ikhlas, ga ngeluh.

4. Ikhlas

travelling internetnya indonesia

Ikhlas adalah tips kunci agar tantangan yang dihadapi selama perjalanan tetap terasa menyenangkan. Itinerary tidak sesuai? Ikhlas. Ada tempat yang tidak jadi dikunjungi? Ikhlas. Terjadi hal-hal yang tidak diinginkan? Ikhlas.

Jika ikhlas, perjalanan yang terasa sulit tidak akan terasa menyebalkan. Pun, meski sudah mengalami hal-hal diatas, kami merasa tidak kapok jika harus membawa anak-anak kami road trip berikutnya. Justru dari hal-hal yang sudah dialami meski tidak mengenakkan akan menjadi pembelajaran bagi kami.

Pembelajaran menyiapkan perjalanan keluarga yang lebih baik.