Tampilkan postingan dengan label parenting. Tampilkan semua postingan

Aktivitas Seru di Parlor Hills Bandung

Tidak ada komentar
Bagi kami, mengunjungi Parlor Hills tiap ke Bandung (kalau sempat) tidak akan pernah membosankan karena begitu banyak aktivitas seru di sana. Memang bisa ngapain aja sih?


Kami (lebih tepatnya saya dan anak-anak) sudah dua kali ke Parlor Hills Bandung. Yang pertama, tanpa kehadiran suami karena lagi seminar. Pas cerita ke beliau, asli beliau semupeng itu. Makanya pas kami ke Bandung lagi meskipun hanya di akhir pekan, kami menyempatkan kembali mengunjungi Parlor Hills Bandung. Anak-anak pun senang sekali ketika diberi tahu akan ke sana kembali,

Memang ada apa aja sih di Parlor Hills Bandung sampai suami mupeng minta diajak kesana dan anak-anak juga tidak bosan-bosan?

Parlor Hills Bandung: All you can do there!


Parlor Hills Bandung itu bagaikan paket komplit. Mulai dari main sampai makan bisa. Balita hingga bayi juga sama-sama bisa menikmati. Yuk, mari cari tahu kenapa Parlor Hills seseru itu dan kenapa bisa banyak orang rela balik kesini berulang-ulang meski berasal dari luar Kota Bandung.

1. Lokasi Strategis


Salah satu alasan saya kenapa senang banget ke Parlor Hills adalah lokasinya yang strategis dan familiar!

Pernah 6 tahun di Bandung dengan pusat aktivitas di Dago, Rancakendal adalah daerah yang sangat familiar bagi saya. Selain dekat dengan kampus dan Kota Bandung (tentunya), dulu saya bersama teman-teman beberapa kali menghabiskan waktu di rumah salah seorang teman untuk mengerjakan tugas angkatan. Pernah juga saya dan teman mencari jerami di sawah-sawah yang terletak persis di sebelah perumahan Rancakendal ini untuk keperluan acara jurusan 😉.

Lokasinya juga dekat dengan kampus, apalagi jika melalui jalan tembus via Tubagus Ismail yang kayaknya hanya diketahui oleh warga lokal saja. Asli, dua kali kesana dari posisi pusat Kota Bandung, tidak pernah Google Maps mengarahkan kami agar melalui jalan tembus Tubagus Ismail itu meski jalan normal via Dago macet parah.

6 tahun di Bandung membuat saya tahu persis bahwa jalanan Kota Bandung di akhir pekan macet bukan main, apalagi jika mengarah ke atas (Lembang). Banyak keriaan Kota Bandung yang berada di area Lembang sehingga berulang kali kami malas berakhir pekan kesana. Lokasi Parlor Hills Bandung di Rancakendal membuatnya terasa dekat sehingga tak ragu untuk kami datangi.

2. Nongkrong Cantik


Sejujurnya kami bukan instagrammable family, bukan pula tukang hobi narsis atau tukang hunting tempat-tempat “cantik”. Meski pun begitu, mendatangi Parlor Hills sangat menenangkan karena bisa menikmati suasana pegunungan cantik dengan nuansa rumahan. Kamu bisa memilih duduk di balkon, di pelataran halaman, di loteng, atau bahkan di joglo. Oh iya, kalau kamu ke Parlor Hils untuk makan siang jangan pilih tempat di loteng atau pun di joglo yakarena,, panas dan gerah.

Namun, kalau kamu memang hobi berswafoto, banyak juga spot dimana kamu bisa mengambil foto dengan latar belakang indah. Parlor Hills Bandung bertengger di kaki bukit dengan pemandangan asri dan memiliki desain interior industrial minimalis. Kebayang kan oke-nya?

3. Makan bersama keluarga


Salah satu tujuan utama orang ke Parlor Hills ya makan dengan bersama keluarga dan teman sembari menikmati pemandangan indah. Menempati gedung setinggi 3 lantai, Parlor Hills menawarkan banyak tempat duduk dengan berbagai macam kapasitas mulai dari dalam ruangan atau luar ruangan, di kursi atau lesehan.

Meski kami sudah dua kali ke Parlor Hills Bandung, kami cenderung tidak cocok makan disana. Menu yang disajikan cenderung seperti menu kafe kekinian di kota-kota besar. Keluarga saya yang beberapa diantaranya mengikuti diet keto tidak bisa menikmati makan disini. Namun, makanan di Parlor Hills bagi anak-anak cukup menyenangkan. Ada pizza, spaghetti, burger, hingga kentang-kentangan yang bisa dipesan

Di kunjungan terakhir kami ke Parlor Hills, yang makan cuma anak-anak dan ART yang ikut. Saya dan suami lebih memilih minum sembari mengambil sisa Pizza jatah anak dan lanjut makan di Sate Hadori biar puas haha.

4. Beragam Aktifitas seru


Segudang aktifitas seru merupakan poin jual utama lainnya Parlor Hills Bandung bagi keluarga kami. Benar-benar aktifitas yang bisa dinikmati oleh semua umur.

Ada mini playground yang bisa dinikmati bayi dan balita. Ada mega playground beserta fasilitas trampolin di dalamnya yang bisa dinikmati balita hingga dewasa, ada gokart anak dan gokart dewasa, ada playground balon, ada panjat tebing yang bisa dinikmati oleh anak-anak hingga dewasa, hingga ada panahan yang bisa dicoba.
a. Mini Playground
b. Gokart
c. Mega playground + Trampolin
d. Panahan
e. Panjat tebing
f. Playground balon

Bakal balik lagi ke Parlor Hills Bandung?


Absolutely!

Aktifitas favorit kami adalah panjat tebing dan gokart! Biaya panjat tebing disini cukup murah dibandingkan panjat tebing di Jakarta. Cocok bagi kami yang belum meniatkan latihan rutin panjat tebing. Main gokart disini juga seru. Have fun lah pokoknya kesini.

Saran, kalau mau puas ke Parlor Hills datang pagi sekitar jam 10an. Bisa puas main 2 wahana total 2 jam dulu sebelum break makan siang dan sholat. Kami sih sudah cukup setelah break makan siang pulang, namun kalau kamu masih mau lanjut permainan lain juga bisa kok. Selain itu, Parlor Hills makin sore makin ramai, jadi datang pagi belum terlalu ramai adalah pilihan yang terbaik.

Kamu tertarik ke Parlor Hills juga? Bisa kunjungi Instagram @theparlorhills untuk lebih detailnya!

Review Edokko Playground: Keseruan untuk Semua Usia

Tidak ada komentar
Setelah sekian lama muncul di feed notifikasi soal Edokko Playground, benarkah review Edokko Playground seoke itu?

review edokko playground

Sudah beberapa tahun terakhir kami lebaran di Jakarta saja. Lebaran di Jakarta tentu memiliki sisi positif juga, salah satunya menikmati jalanan Kota Jakarta yang lengang. Karena di Jakarta saja, otomatis si bungsu yang libur sekolah selama 3 bulan praktis tidak ke luar kota. Apakah membosankan? 

Tentu tidak, banyak sekali tempat hiburan Kota Jakarta yang bisa dieksplorasi di Kota Jakarta. Mulai dari wisata alam, sejarah, hingga taman bermain. Setelah scrolling Traveloka, saya menemukan deal yang menggiurkan banget. Saya bisa membeli tiket Edokko untuk durasi 2 jam hanya dengan setengah harga!

Belum lagi jika ditambah dengan kupon kode di Traveloka. Jadi super murah. Bayangkan, untuk tiga anak termasuk tiga pendamping kurang dari 250 ribu rupiah! Mau dibocorin kupon kodenya apa? Sssttt, baca terus sampai bawah ya!

Lantas, apakah Edokko Playground memuaskan dan sebanding dengan harganya? Simak review Edokko Playground di bawah ini!

Yang berkesan di review Edokko Playground

review edokko playground

Area Jakarta Barat adalah area yang tampaknya paling jarang saya kunjungi secara sengaja kecuali ada keperluan, ya contohnya karena Edokko Playground di Puri Indah Mall. Meskipun lokasinya di Jakarta Barat, sangat mudah menuju ke lokasi karena relatif keluar-masuk tol saja. Saya kaget ternyata Puri Indah Mall seluas dan selengkap itu. Edokko Playground berada di lantai 3 gedung timur

Edokko Playground adalah tempat bermain yang mengusung tema Jepang. Benar saja, saat memasuki gerbang, kami melihat patung kucing Jepang besar dan disambut oleh resepsionis yang memakai kimono.

review edokko playground
Proses check in di Edokko juga sangat mudah. Saya tinggal menunjukkan layar konfirmasi pembelian melalui Traveloka dan langsung diverifikasi. Kemudian petugas memberikan nomor gantungan kunci loker dan gantungan penitipan stroller.

Memasuki area playground, kami disambut dengan suasana penuh ornamen Jepang berupa lampion Jepang, bunga sakura artifisial, hingga jembatan dan jalanan batu ala Jepang. Kami langsung menuju ke sisi kiri dimana ada gapura bertuliskan “SEKOLAH NINJA”.

Lucu juga ya, jadi seolah-olah wahana playground adalah wahana latihan menjadi ninja. Tersedia pula kimono yang dapat dipakai oleh anak untuk lebih menghayati.

Semua umur dapat menikmati

review edokko playground

Meski masih libur lebaran, suami sudah masuk kantor sehingga pendamping dewasa hanya saya dan mertua berdua. Kami bawa 5 anak (anak saya dan sepupunya) dengan rentang usia dari 2,5 tahun hingga 8 tahun.

review edokko playground


Semua bisa menikmati karena range permainan di Edokko Playground benar-benar bervariasi. Mulai dari kolam bola mini untuk anak dibawah 1 tahun hingga wahana “agak berbahaya” seperti ayunan flying fox. Anak-anak bisa memilih permainan apa yang bisa dimainkan sesuai dengan preferensi dan kemampuan mereka.

review edokko playground

2 balita gadis saya yang berumur 2,5 dan 4 tahun sangat menikmati permainan memanjat jaring, perosotan kolam bola, hingga brakiasi besar yang disebut “castle”. Brakiasi ini di dalamnya selain panjat-panjatan terdiri berbagai macam halang rintang seperti jembatan titi, kolam ruangan bola, hingga ayunan flying fox.

Berhubung 2 anak balita saya masih perlu diikuti saat bermain, naik-turun mengikuti mereka main sungguh seru dan lumayan menaikkan denyut jantung. Jujur saya pun ikut menikmati naik-turun wahana.

review edokko playground

Di sebelah kolam bola raksasa, ada “wahana” yang disebut Gunung Fuji. Jadi anak-anak memanjat “Gunung Fuji” yang katanya memiliki tinggi 3 meter lebih dan kemudian turun melalui perosotan stainless steel. Tidak semua anak berani turun melalui perosotan setelah mendaki. Tidak perlu khawatir, ada petugas yang membantu di atas dan anak bisa turun melalui tangga via akses pintu belakang.

Ada Mini game

review edokko playground


Di tengah Edokko Playground, ada sekumpulan kios-kios bernuansa Jepang yang dikelilingi oleh jalur “rel” kereta api. Oh ya, anak-anak bebas mau naik kereta api mini ini kapan pun, asal jangan lupa untuk gantian dengan yang lain ya! Orang dewasa sebagai pendamping cuma boleh satu yang ikut dari seluruh rangkaian kereta api.

review edokko playground

Ada banyak mini game yang bisa dimainkan apabila anak ingin agak istirahat fisiknya tapi tetap ingin bermain dengan cara duduk-duduk. Ada pasir kinetik, chip magnetik, atau pun main simulasi main belanja-belanjaan. 

Tidak hanya itu, pendamping dewasa yang sudah mulai bosan bisa sembari berjalan-jalan dan berfoto dengan latar suasana Jepang. Lumayan kan, menikmati suasana ala-ala Jepang tanpa harus jauh-jauh ke Jepang. Hitung-hitung pemanasan sebelum ke Jepang, hehe.

review edokko playground
review edokko playground

Ada live interaction

review edokko playground

Tepat sebelum jadwal sesi kami selesai, tiba-tiba terdengar suara halo-halo dari Microphone di jam setengah 1. Ternyata ada sesi live interaction di dekat gerbang masuk gapura bertuliskan “Sekolah Ninja”.

Saat kami menuju area, saya melihat seorang MC berpakaian kimono Jepang, seorang yang berpakaian ninja hitam, dan satu orang lagi berpakaian biasa yang menjadi asisten. Ternyata MC mengajak anak-anak untuk seru-seruan bareng menangkap sang ninja yang (ceritanya) kabur. Anak-anak juga antusias mengikuti jalannya acara.

Beristirahat sejenak

review edokko playground

Di sisi ujung, tepatnya bersebelahan dengan restoran, terdapat bangunan dengan suasana rumah tradisional Jepang. Bangunan dengan koridor teras, pintu geser, tatami, meja rendah, dan alas duduk di lantai. Persis kayak yang kamu lihat di komik-komik.

Ruangan ini difungsikan untuk pendamping dan anak yang hendak beristirahat. Di bagian sini juga terdapat toilet dan diseberangnya juga ada restoran. Buat yang beli tiket untuk seharian, lumayan kan tidak usah keluar dari Edokko Playground untuk susah-susah cari makan siang. Tinggal duduk manis di restoran bergaya Jepang dan memesan yang kamu suka.

Review Edokko Playground: Yang harus dibenahi

Jujur, berkesan sekali pengalaman (menemani) anak-anak main di Edokko Playground. Namun saya melihat beberapa sisi yang perlu diperhatikan oleh manajemen Edokko Playground demi menciptakan pengalaman bermain yang lebih aman, nyaman, dan menyenangkan. Apa saja yang perlu dibenahi?

1. Safety feature kurang memadai di beberapa aspek

review edokko playground

Sebelum pergi ke Edokko, saya terbiasa melihat ulasan terlebih dahulu, salah satunya ulasan dari Traveloka karena memang kebetulan saya membeli tiket disana.

“Aku lihat flying fox-nya ada yang kurang safety, makanya aku lebih nyaranin anak yang berusia cukup tua yang main di Edokko.”

Akhirnya saya melihat juga “flying fox” mana yang yang dimaksud oleh sang ibu ini. Lokasi Flying Fox ada di atas “istana”. Tidak panjang dan ada jaring-jaring di bawahnya. Namun flying fox ini tidak ada safety belt pengikat dengan pegangan atau tempat duduknya. Memang sih mereka berinisiatif memasang jaring-jaring agar jika ada (semoga jangan pernah ada!) yang jatuh, maka akan tertangkap jaring-jaring. Namun, saat flying fox berhenti di ujung paling bawah, akan ada sentakan yang mana jika anak akan jatuh jika fisiknya tidak siap. Meski pun tertangkap jaring-jaring, tetap ada risiko cedera yang cukup berarti.

Saat saya menemani (baca: mengekor) kedua anak gadis, saya pun bertanya ke mba yang bertugas membantu anak naik flying fox.

“Mba, ini anak saya yang 4 tahun boleh naik ga?”

Dengan muka sedikit ragu dan tidak langsung menjawab, ia mengatakan,

“Boleh aja, asal anaknya yakin.”

Lah, jadi menyerahkan feeling begitu saja kepada anak? Harusnya pihak Edokko punya SOP minimal berat badan/tinggi badan/usia anak yang boleh menaiki wahana.

Sebenarnya saya lihat sih ketentuan seperti ini di dekat perosotan gunung Fuji, minimal tinggi 100 cm. Tapi sepertinya hanya disitu saja!

Mungkin akan lebih baik jika Edokko menyewa konsultan safety playground untuk menciptakan pengalaman aman, nyaman, dan menyenangkan di Edokko Playground. Bingung cari ke siapa? Bisa hubungi saya ya, nanti saya beri tahu rekomendasi tenaganya!

2. Ornamen terlepas yang kurang diperhatikan

review edokko playground

Saya bukanlah pengunjung rewel yang menjujung kesempurnaan penampilan. Apalagi semata cuma penjualan dengan gimmickinstagrammable”.

Di tangga yang berada di area minigame dan selfie di Edokko Playground, saya menemukan pengaman ujung kaki tangga yang terlepas. Tangganya cukup curam, saya memahami itikad baik pihak Edokko Playground untuk minimalisir cedera bagi yang terpeleset di tangga ini.

Namun sayang sekali, saya melihat banyak pengaman ujung tangga yang terlepas disini. Sungguh menaikkan potensi bahaya. Pihak Edokko kurang tanggap menyikapinya. Padahal tinggal mengelem kembali. Tidak sulit.

Pun, untuk orang dewasa yang minim risiko cedera di area tangga ini juga tidak menguntungkan. Padahal posisi tangga ini cukup instagrammable. Eh karena banyak pengaman tangga belepotan, langsung keliatan jelek banget.

Sayang banget kan?

Akankah kami kembali lagi ke Edokko Playground?


Yes, of course!

Edokko Playground sejauh ini adalah salah satu playground yang unik dan menyenangkan meski menurut saya harganya cukup lumayan. Di Edokko Playground, semua usia bisa menikmati. Mulai dari bayi, balita, anak-anak usia sekolah dasar, hingga orang tuanya sekali pun!

Edokko Playground membuat kami ingin kembali ke area mall yang sebelumnya tidak bakal kepikiran deh akan disambangi karena cukup jauh dari rumah kami.

Kamu penasaran ingin main di Edokko Playground juga tapi tidak jadi-jadi karena harganya (terasa) mahal? Ikuti langkah di bawah ini:
  1. Buka aplikasi Traveloka
  2. Klik Xperience
  3. Search “Edokko Playground”
  4. Pilih tiket sesuai jadwal dan banyaknya pengunjung
  5. Arahkan ke menu pembayaran
  6. JANGAN LUPA masukkan kode promo “XPWITHZENETH”
  7. Selamat menikmati tiket Edokko diskon hingga 20%! Belum lagi kalau harga awalnya sudah diskon, seperti kami yang bagaikan membeli tiket Edokko diskon 60% hehe.

Sampai jumpa kembali di Edokko ya!



15 Tempat Wisata Ramah Anak di Jakarta Selama Liburan Lebaran

Tidak ada komentar
Tidak usah khawatir kalau kamu bukan termasuk tim mudik saat lebaran karena ada banyak tempat wisata ramah anak di Jakarta selama liburan Lebaran.

tempat wisata ramah anak

Berbeda dengan keluarga suami yang sedari kecil tidak mudik saat lebaran, saya menempuh pengalaman mudik tiap tahunnya saat masih kecil. Dulu kami tiap tahun mudik ke Medan tempat keluarga Ibu saya dan ke Tegal tempat keluarga Ayah saya. Bahkan saya dan suami pun masih merasakan momen mudik selama liburan lebaran di tahun-tahun awal pernikahan kami. Momen mudik selama liburan lebaran ke Medan tidak kami alami lagi semenjak atok dan nenek (orang tua dari pihak Ibu) meninggal. Pun, mudik ke Tegal juga beriringan tidak lagi karena eyang (Ibu dari Ayah) sudah tinggal bersama orangtua saya ataupun tante saya.

Praktis setelah semua nenek-kakek saya meninggal, kami tidak merasakan momen mudik selama liburan lebaran. Kebalikannya, akhirnya saya mengalami nikmatnya lalu lintas Jakarta selama liburan lebaran yang lengang! Momen lebaran sekarang dihabiskan di Jakarta saja, mengunjungi sanak saudara dari pihak suami dan ayah saya yang tinggal di Jabodetabek. Kunjungan ke rumah orangtua saya juga biasanya seminggu setelah lebaran karena mereka biasanya umroh saat lebaran.

Momen liburan lebaran biasanya berbarengan dengan libur sekolah anak. Tidak usah takut anak kebosanan selama liburan lebaran di Jakarta karena banyak sekali tempat wisata ramah anak di Jakarta. Apa saja?

Tempat Wisata Ramah Anak untuk Alam dan Hewan

Meski Jakarta merupakan kota Metropolitan, ternyata banyak spot kunjungan menikmati alam dan hewan yang merupakan tempat wisata ramah anak.

1. Kebun Binatang Ragunan

kebun binatang ragunan

Menempati luas 140 hektar, Kebun Binatang Ragunan adalah Kebun Binatang tertua di Indonesia yang didirikan sejak tahun 1864. Koleksi hewan di Ragunan sangat banyak, termasuk spesies hewan langka dari burung kakatua, orangutan, gajah, gorila ,dan anoa. Tidak hanya menyimpan koleksi spesies hewan langka, Kebun Binatang Ragunan juga menjadi lokasi penelitian primata di Indonesia yang berada di Pusat Primata Schmutzer yang berada di satu komplek dengan Ragunan.

Tempat wisata ramah anak di Jakarta ini memiliki tiket masuk yang sangat murah dan berada sangat strategis dengan akses banyak transportasi umum. Tidak heran Kebun Binatang Ragunan menjadi destinasi liburan favorit keluarga selama liburan lebaran!

2. Sea World Ancol

sea world ancol

Ancol menawarkan banyak tempat wisata ramah anak di Jakarta selama liburan lebaran. Salah satunya adalah Sea World. Pengunjung dapat menikmati berbagai macam aneka ikan mulai dari kolek hiu hingga ikan piranha.

Saat memasuki arena Ancol, dikenakan tiket masuk motor dan mobil seharga Rp 15.000 dan Rp 25.000. Seluruh tiket bisa dibeli langsung di website resmi Ancol atau melalui OTA (Online Travel Agency)

3. Jakarta Birdland

jakarta birdland

Jakarta Birdland adalah tempat wisata ramah anak terbaru di Ancol yang menjadi favorit para orangtua dan anak selama liburan. Koleksi burung di Jakarta Birdland sangat lengkap mulai dari Kakatua, Hornbill, hingga koleksi burung perairan. Burung dibiarkan bebas di “sarang besar” dimana pengunjung dapat berinteraksi seperti memberi makan. Selain itu, terdapat beberapa jadwal Mini Show sehingga pengunjung dapat bersantai sembari mendapat pengetahuan baru seputar burung.

Jangan lupa cek harga tiket di situs resmi karena sering ada promo diskon, lho!

4. Pantai Ancol

pantai ancol

Pantai Ancol adalah pantai terdekat dari Jakarta. Tanpa harus ke Anyer, kamu bisa menikmati suasana pantai di Pantai Ancol mulai dari main pasir hingga main air. Jika kamu tidak berminat kotor-kotoran pasir dan air pantai, kamu bisa berjalan-jalan di pinggiran pantai sembari menikmati pemandangan yang indah, terutama saat matahari terbenam.

5. Jakarta Aquarium

jakarta aquarium

Akuarium tapi lokasi di mall? Jangan kaget, meski berada di dalam mall, Jakarta Aquarium juga memberikan suguhan atraksi yang tidak kalah menarik dibandingkan Sea World Ancol. Koleksi ikan cukup banyak, termasuk beragam atraksi yang ditawarkan mulai dari kolam sentuh, Sea Explorer, hingga Aqua trekking.

Lokasinya juga strategis, lebih gampang dicapai dari area Jakarta manapun. Selain itu,lokasinya di mall membuat ada banyak pilihan tempat makan siang saat sudah selesai mengeksplorasi Jakarta Aquarium.

6. Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

taman mini indonesia indah

Wisata ke TMII identik dengan tempat wisata yang usang dan jadul. Namun sejak revitaliasi beberapa tahun lalu, TMII berubah menjadi lokasi wisata yang bonafid sebagai tempat wisata ramah anak di Jakarta. Sejak revitalisasi, tidak semua wahana TMII dibuka. Beberapa wahana TMII yang sudah bisa dikunjungi seperti Taman Burung, Museum Fauna, dan Dunia Air Tawar & Dunia Serangga. Selain tiket masuk wahana, dikenakan juga tiket masuk kendaraan di gerbang TMII sebesar Rp 25.000.

Menempati area seluas 259 hektar, kamu bakalan puas berkeliling menggunakan gondola. Cocok juga dijadikan untuk tempat piknik sore dan jalan santai bersama keluarga.

7. Mangrove Ecoutourism

taman wisata mangrove

Jakarta punya taman Mangrove yang asik dieksplor juga, lho! Tempat wisata ramah anak ini menempati area seluas 99 hektar dikenal juga dengan Taman Wisata Alam (TWA) Mangrove Angke Kapuk. Pohon Mangrove adalah habitat alami yang menjadi ciri badan air pantai. Tanpa Pohon Mangrove, bencana erosi akan menghantui.

Selain jalan-jalan santai, kamu juga bisa ikutan wisata air mengarungi kanal-kanal air di TWA Mangrove Angke Kapuk ini.

Wisata Sejarah dan edukasi sebagai tempat wisata ramah anak

Wisata sejarah dan edukasi adalah pilihan tepat jika kamu menginginkan liburan ke tempat wisata ramah anak yang sepi di musim liburan. Sebagai keluarga pecinta sejarah, kunjungan wisata sejarah adalah hal yang tidak boleh kami lewatkan. Pun, wisata sejarah dan edukasi di Jakarta merupakan pilihan murah meriah karena tiket masuknya sangat murah.

1. Museum Nasional – ImersifA

museum nasional imersifa

Museum Nasional disebut juga Museum gajah karena patung berbentuk gajah yang khas berdiri di depan pintu museum. Patung gajah ini sendiri merupakan sumbangan dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand.

Sebagai salah satu museum tua di Jakarta, sangat disayangkan jika tidak mengunjungi Museum Nasional. Instalasi yang dihadirkan mulai dari senjata Indonesia jaman batu sampai Keris. Arca yang dipamerkan disini sebagian asli dan hanya beberapa yang merupakan imitasi.

Museum Nasional memiliki wahana baru berjudul ImersifA dimana seluruh dinding dan lantai diproyeksikan gambar bergerak yang dilengkapi dengan tata suara. Satu sesi berlangsung selama 30 menit dan ada 8 sesi dalam satu hari. Pembelian tiket Museum Nasional dan ImersifA bisa langsung di situs resmi Museum Nasional.

2. Museum Satria Mandala

museum satria mandala

Museum Satria Mandala adalah tempat wisata ramah anak yang dikelola oleh TNI AD. Lokasinya di pinggir kota, ditandai dengan instalasi pesawat-pesawat yang dengan mudah terlihat dari pinggir jalan Gatot Subroto.

Terdapat banyak diorama cerita dari jaman pra-kemerdekaan hingga setelah kemerdekaan. Dipamerkan juga senjata puluhan senjata yang dipakai di masa peperangan itu. Puluhan pesawat dipamerkan mulai dari Mustang hingga helicopter. Sebagian menggunakan atap, sebagian pula terpampang di halaman Museum Satria Mandala.

3. Monas

monas

Siapa yang tidak kenal dengan ikon kota Jakarta ini? Monas merupakan tujuan utama wisatawan luar kota Jakarta. Faktanya, masih banyak lho warga Jakarta yang belum pernah mengunjungi Monas.

Lokasi monas yang tepat di tengah kota identik dengan lokasi Car Free Day di akhir pekan. Banyak pedagang membuka lapak di komplek Monas. Pun, banyak pengunjung menjajali lantai bawah monas. Bagian gedung monas yang bisa dikunjungi meliputi dua bagian : Lantai dasar dan puncak monas. Biaya masuknya pun berbeda-beda. Lantai dasar merupakan museum monas yang terdiri dari berbagai diorama sejarah kemerdekaan Indonesia. Sementara untuk puncak monas dibandrol harga yang berbeda. Pengunjung naik menggunakan lift dan dapat menikmati pemandangan Kota Jakarta dari atas.

Oh ya, kabarnya puncak Monas terbuat dari emas, lho!

4. Kota Tua dan Museum Fatahillah

museum fatahillah

Tidak lengkap rasanya jadi penduduk Kota Jakarta kalau belum jalan-jalan di Kota Tua. Area Kota Tua ini cenderung ramah pejalan kaki sehingga cocok digunakan untuk jalan santai bersama anak sekaligus menjadi lokasi yang cocok untuk berfoto.

Nah, kunjungan kota Tua tidak lengkap jika tidak mampir ke Museum Fatahillah yang dulunya merupakan Balai Kota Batavia. Bangunan ini menyerupai Istana Dam di Amsterdam. Nama Museum Fatahillah ini juga dikenal dengan Museum Sejarah Jakarta. Museum ini terkenal dengan gedung khas kolonialnya dan berisi instalasi dan cerita seputar sejarah Kota Jakarta.

5. Perpustakaan Cikini

perpustakaan cikini

Selamat datang ke surganya para pecinta buku. Perpustakaan Cikini awalnya bernama Perpustakaan Jakarta Pusat karena dimiliki oleh Pemda. Semenjak dipugar dan diarsiteki oleh Andra Matin, popularitas Perpustakaan Cikini mendadak meledak.

Bentuk bangunan yang ikonik, interior dan eksterior yang menawan, hingga koleksi buku yang sangat banyak.

Rasanya jika hanya berdua bersama si sulung, bisa menghabiskan waktu seharian deh! Oh ya, kamu juga bisa dengan mudah bikin keanggotaan perpustakaan ya, tinggal minta bantuan petugas.

Taman Hiburan Sebagai Tempat Wisata Ramah Anak

Datang ke Taman Hiburan adalah pilihan mayoritas keluarga saat masa liburan. Karena Jakarta adalah kota Metropolitan, pilihan taman hiburan pun cukup banyak. Apa saja?

1. Dufan

dufan

Dufan adalah taman hiburan paling favorit di keluarga Indonesia dengan wahana Jet Coaster Halilintar yang paling populer. Namun, permainan di Dufan sebagian besar baru bisa dimainkan oleh anak dengan tinggi badan minimal 120 cm. Untuk anak yang lebih kecil, pilihan arena bermain tidak terlalu banyak.

Tiket Dufan bisa dibeli di situs resmi Ancol. Bagi kamu yang berencana sering ke Dufan dalam setahun, kamu bisa membeli Annual Pass dengan harga yang sangat terjangkau.

2. Pondok Indah Waterpark

pondok indah waterpark

Pondok Indah Waterpark adalah salah satu tempat wisata ramah anak di Jakarta Selatan yang kerap terlewatkan, padahal kehadiran Pondok Indah Waterpark ini termasuk pelopor waterpark di Jakarta. Lokasinya persis di samping Pondok Indah Mall. Pondok Indah Waterpark pernah sempat ditutup sementara untuk pemugaran. Kini Pondok Indah Waterpark tampil dengan lebih modern.

Wahana air yang disajikan juga cukup banyak, mulai dari kolam arus selancar hingga perosotan ular.

3. Kidzania

kidzania

Anak mana yang tidak senang dengan playground profesi bernama Kidzania?

Kidzania yang berada di lantai paling atas Pacific Place merupakan area dengan puluhan simulasi profesi orang dewasa. Mulai dari pemadam kebakaran, polisi, pilot, sampai pegawai pabrik roti. Kidzania disarankan untuk anak berusia minimal 6 tahun karena orangtua tidak boleh ikut masuk kedalam “wahana profesi”. Pun, anak dengan usia 6 tahun ke atas sudah mulai faham dengan apa yang dikerjakannya di tiap “wahana profesi”.

Mau mengunjungi tempat wisata ramah anak di Jakarta yang mana?

Meski tidak mudik, banyak tempat wisata ramah anak di Jakarta yang bisa dikunjungi bersama si kecil. Mulai dari taman hiburan, museum, hingga wisata alam. Meski tinggal di Jakarta, masih ada beberapa tempat wisata ramah anak di daftar ini yang belum kami kunjungi.

Tempat wisata ramah anak yang akan kamu kunjungi bersama keluarga di liburan lebaran kali ini?

Persiapan Traveliving bersama Tiga Anak

16 komentar
Ribet ga ya kira-kira persiapan traveliving bersama tiga anak?

Tidak terasa, keberangkatan Traveliving 2.0 (Traveliving bersama tiga anak) kami tinggal 3 bulan lagi! Traveliving sendiri artinya traveling selama sebulan. Tentu saja artinya kami traveling sekaligus living disana.

persiapan traveliving

Traveliving 1.0 di tahun 2018 hanya dijalani bertiga karena pada saat itu kami baru punya si sulung saja. Persiapan perjalanan tentu lebih ringkas, begitu juga pengkondisian saat di lokasi traveliving. Traveliving 1.0 kebanyakan di dalam negeri, artinya lingkungan sudah familiar dan tidak perlu banyak adaptasi. Traveliving 1.0 ke luar negeri pun hanya ke Thailand, tidak jauh dari Indonesia serta memiliki kultur, iklim, hingga biaya hidup yang hampir sama dengan di Jakarta.

Bagaimana dengan Traveliving 2.0, yakni traveliving bersama tiga anak? Tidak hanya jumlah anak saja yang membedakan dengan traveliving 1.0, tapi kali ini kami pergi lebih jauh, yakni melintasi 6 zona waktu. Untuk durasi waktu tinggal kurang lebih sama, sebulan.

Kalau 5 tahun lalu persiapan maksimal hanya 2 minggu sebelumnya, persiapan Traveliving bersama tiga anak sudah mulai disiapkan sejak 8 bulan sebelum keberangkatan! Apa saja yang lakukan pada tahapan persiapan traveliving bersama tiga anak?

1. Hunting tiket dan penginapan


2 bulan terakhir di tahun 2022 kami habiskan untuk hunting tiket pesawat dan penginapan. Kok buru-buru amat? Ternyata memesan tiket dan penginapan lebih cepat merupakan persiapan travelling bersama tiga anak paling pertama.

Kami melakukan traveliving 2.0 tepat di puncak liburan warga di negara setempat. Diprediksi, harga tiket pulang (kembali ke Jakarta) akan meningkat pesat jika kami menunda pembelian tiket. Benar saja, saat saya mengecek tiket pulang karena survei tiket untuk ortu yang akan menemani kami pulang, harganya sudah melambung hampir 4 juta lebih mahal!

Pun, berhubung kota tujuan kami bukan kota Metropolitan (meski kota terbesar ketiga di negara itu), pilihan maskapai juga sangat terbatas. Tercatat hanya penerbangan menggunakan Turkish Airlines dan Emirates Airlines yang hanya satu kali transit. Lainnya dua kali transit dan jelas jauh lebih mahal.

Karena kami membawa tiga anak, tentu kami ingin transit sedikit dan sebentar mungkin. Penerbangan juga sebisa mungkin disesuaikan dengan jam tidur anak. Akhirnya kami memilih penerbangan menggunakan Turkish Airlines karena selain relatif sesuai jam tidur anak juga tercepat dan termurah!

Penerbangan jam 9 malam dan sampai subuh waktu Turki, hopefully bocah tidur sepanjang jalan. Yah, walaupun bangun juga tidak lama-lama selama perjalanan. Dengan waktu transit yang relatif cepat, penerbangan tinggal memakan waktu 3,5 jam di pagi hari.

Lantas bagaimana dengan penginapan? Kenapa kami cepat sekali booking?

Berdasarkan pengalaman memesan Airbnb suami tahun lalu disana, cukup sulit mendapatkan penginapan selama sebulan dengan harga terjangkau. Hanya satu penginapan yang sesuai budget meski, yah, jaraknya jauh dari kota, tapi setidaknya relatif dekat dengan tempat internshipnya.

Kami berharap dengan booking lebih cepat maka kami mendapatkan pilihan penginapan yang lebih baik dan tentu dengan harga yang lebih bersahabat pula. Akhirnya rezeki kami menemukan penginapan yang cukup murah untuk tipe sejenis. Dekat dengan jalur metro (kereta bawah tanah), dekat dengan kota, banyak pusat perbelanjaan, cukup luas untuk ditempati berlima, dan memiliki fasilitas untuk sehari-hari yang lebih dari cukup. Kekurangannya cuma terletak di lantai 2 (2 kali naik tangga) tanpa lift serta kulkas yang kecil. Selebihnya tampak direkomendasikan, sesuai dengan testimoni bintang lima dari pengguna yang sudah ratusan.

Keputusan tepat kami memesan Airbnb lebih cepat, saya cek sekarang saja sudah relatif penuh bookingannya. Ternyata benar selaku itu! Yah, semoga menjadi tempat tinggal yang nyaman untuk kami sebulan disana ya.

2. Les Bahasa asing


Bukan bakal kali pertama kami traveliving di negara bukan berbahasa Inggris dan Indonesia. Sebelumnya kami sudah pernah traveliving di Chiang Mai. Berbeda dengan Bangkok, Ibu kota yang setidaknya lebih memudahkan wisatawan asing, orang-orang di Chiang Mai hampir tidak ada yang bisa berbahasa Inggris kecuali semacam pegawai hotel.

Meski mereka tidak berbahasa Inggris dan saya pun hanya mentok berbahasa Thailand berupa angka-angka saja, perasaan saya santai dan tidak gentar selama di sana.


Berbeda dengan traveliving 2.0 nanti, meski sebenarnya mereka lebih banyak yang bisa berbahasa Inggris ketimbang di Thailand, tapi tetap saya dan suami harus mempelajari bahasa setempat.

“Kamu cari yang bisa ngasih les privat Prancis yang bisa datang ke rumah akhir pekan buat ngajarin kita ya!” Pinta suami.
Maka les bahasa asing adalah tahapan yang harus dimulai sedini mungkin dalam persiapan traveliving bersama tiga anak.

Akhirnya kami mendapatkan guru privat Bahasa Prancis yang bisa mengajarkan kami berdua, baik grammar maupun percakapan. Pas awal-awal si sulung juga ikut belajar agar bisa berbicara sederhana seperti menyapa dan membelikan adik-adiknya croissant dan macaron di toko roti setempat.

Kami mulai les sejak awal bulan Januari 2023. Lumayan, semoga setengah tahun les privat bisa memberi kami bekal berbahasa disana untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Sebenarnya suami tahun lalu sudah mengambil les Prancis IFI sampai selesai A1. Setahun berlalu tentu ia sudah lupa kemampuan Bahasa Prancis yang masih dasar itu.

Jujur sebenarnya saya deg-degan menjelang keberangkatan traveliving 2.0, bisa tidak ya saya beli ini-itu disana, “nyambung” tidak kalau nanti ada yang mengajak saya bicara, bisa tidak saya mengutarakan kebutuhan saya saat sedang membutuhkan sesuatu.

“Walaupun agak (pakai) isyarat, tapi mereka senang benar kalau kita ngomong bahasa sana.”

Lyon, kota yang akan kami tinggali sejenak bukanlah kota metropolitan sebesar Paris. Tentu saja yang mampu berbahasa Inggris lebih sedikit. Meski begitu, menurut pengalaman seorang teman lama yang mengambil doktorat disana, warga Lyon lebih hangat menyambut orang asing yang berbahasa Prancis meski tidak fasih.

Perasaan sedikit lebih lega. Ah bodo amat, yang penting mau memanfaatkan semaksimal mungkin berbahasa Prancis disana. Urusan bisa langsung mencerna percakapan balik itu urusan belakangan, hehe.

Berhubung saya yang bertanggung jawab terhadap anak-anak saat suami kerja, maka persiapan traveling bersama tiga anak ini harus benar-benar diseriusi.

3. Sounding ke anak



Sounding ke anak adalah persiapan traveling bersama tiga anak yang tidak boleh dilewatkan dan tentunya harus dilakukan sejak jauh-jauh hari.

Kalau traveliving 1.0 cuma membawa satu anak usia tiga tahun yang sangat kooperatif, maka traveliving 2.0 harus membawa tiga anak yang salah duanya adalah balita. Tentu sounding ke anak sejak jauh-jauh hari adalah syarat mutlak persiapan traveliving bersama tiga anak.

Perjalanan traveliving tengah tahun nanti merupakan perjalanan pertama menggunakan pesawat bagi kedua balita kami. Sekalinya naik pesawat langsung belasan jam ya, haha. Saya rutin sounding ke anak bahwa nanti akan ada perjalanan pesawat panjang, supaya mereka sabar, sehat-sehat, dan tidak saling berantam. Kepada si sulung pun saya menceritakan tentang perjalanan belasan jam tersebut. Bahwa akan ada entertainment on-air berupa tv pesawat yang bisa digunakan untuk nonton dan main game agar tidak kebosanan serta menjelaskan agar ia bisa kooperatif serta membantu kami orangtuanya dalam menenangkan adik-adiknya agar tidak kebosanan.

Tidak hanya soal perjalanan ke Prancis saja, tetapi juga soal selama ada di Prancis. Menerangkan kepada tiga anak seperti pekerjaan rumah apa saja yang bisa dilakukan untuk membantu saya disana hingga menjelaskan soal lingkungan dan bahasa yang bakal berbeda dibandingkan kehidupan kita di Jakarta.

Sounding sudah kami lakukan sejak awal tahun dan berulang-ulang saat secara tidak sengaja percakapan kami mulai menjurus ke traveliving 2.0 nanti. Semoga sewaktu saatnya tiba, mereka sudah lebih siap, ya. Aamin!

4. Menyiapkan Visa


“Daftar Visa yuk!” Ajak suami di pertengahan Januari kemarin.
“Loh, kita berangkat hampir setengah bulan lagi lho, daftar sekarang , kemudian Febuari baru dipanggil, dan Visa mungkin baru kelar paling lambat Maret. Apa ga kecepatan tu?” Pikir saya.

Ternyata setelah daftar Visa melalui web resmi dan mengajukan jadwal wawancara di situs TLS (lembaga resmi pembuatan Visa Prancis), kami baru mendapat jadwal di pertengahan April!

Loh kok? Hahaha.

Tampaknya berbondong-bondong orang hendak ke Prancis pasca pandemi. Kalau tahun lalu suami hanya menunggu pengajuan wawancara TLS tidak lebih dari sebulan, kalau kami sekarang bisa tiga bulan! Akhirnya saya baru paham cerita mertua saat travel temannya re-route jadwal tur Eropa via Polandia karena ramai sekali antrian wawancara Visa Prancis. Kalau dihitung, pengurusan Visa bisa memakan waktu 4 bulan mulai dari pengajuan hingga Visa selesai, alias turis biasa yang mepet mau berangkat tidak bisa buru-buru.

Kalau semua lancar, diharapkan akhir April kami sudah mendapatkan Visa. Visa didapatkan 2 bulan sebelum keberangkatan Insya Allah lebih dari jarak aman.

Pendaftaran Visa kami lakukan sendiri, sejujurnya lumayan jereng juga ya sekali mengurus Visa 5 orang di situs resmi Visa Prancis. Setelah keluar dokumen pendaftaran Visa, pendaftaran wawancara via TLS jauh lebih sederhana karena detil yang dimasukkan relatif sedikit.

Kami sudah mulai menyiapkan dokumen pendukung sejak pertengahan Maret ini dengan alasan agar menjalani ibadah Ramadhan lebih tenang. Dokumen pendukung dasar seperti akte dan kartu keluarga tinggal cetak dari Google Drive. Dokumen pendukung seperti reservasi tiket dan penginapan juga tinggal cetak. Sisanya adalah pembelian asuransi perjalanan dan pencetakan rekening koran.

Alhamdulillah dokumen kami lengkap, tapi kami agak deg-degan mengingat tahun lalu hasil pengajuan Visa suami yang kurang memuaskan. Dulu dia mengajukan tiga bulan (karena tiga bulan internshipnya) dan hanya mendapat izin perjalanan sebulan saja. Sekarang kami pergi berlima, tentu pertimbangan dari pihak yang mengeluarkan Visa lebih besar. Namun bedanya sekarang agak lebih tenang karena suami mengajukan Visa business dengan surat undangan sebagai acuan. Kami yang pengajuannya di bawah suami artinya juga berangkat dibawah business Visa meski jenis Visa yang kami ajukan adalah jenis Tourist Visa.

Yah, semoga semua berjalan lancar dan mudah. Tinggal 2,5 minggu lagi nih! Tidak disangka mengajukan permohonan Visa merupakan persiapan traveling bersama tiga anak ke Prancis yang harus disiapkan dari berbulan-bulan sebelumnya.

5. Menabung dan merencanakan keuangan


Menabung adalah persiapan traveliving bersama tiga anak yang sangat krusial. Memang sejauh pengalaman kami traveliving 1.0, tidak ada lonjakan biaya hidup bulanan kami. Apalagi hampir semua traveliving kami di kota kecil Pulau Jawa dimana biaya hidupnya lebih rendah dibandingkan di Jakarta. Biaya hidup di Chiang Mai meski beda negara juga relatif sama, bahkan lebih murah. Lonjakan pengeluaran berarti paling berupa sewa tempat tinggal dan biaya keinginan cafe hopping serta berwisata.

Namun bagaimana dengan traveliving 2.0? Kami akan ke negara yang kami prediksikan biaya hidupnya 2-3 kali lebih besar dibandingkan di Jakarta. Termasuk pula biaya sewa tempat tinggal yang di traveliving 1.0 hanya maksimal 2 jutaan namun di traveliving 2.0 yang ah sudahlah berkali-kali lipatnya 😏.

Belum lagi fakta bahwa selama 3 bulan suami internship disana tidak ada pemasukan. Tidak hanya suami yang menabung, tapi saya juga menabung Euro via rekening Jenius tiap bulannya sejak  akhir tahun 2022. Saya berharap dengan tabungan saya itu bisa menambah sumber pengeluaran kami selama traveliving itu sekaligus sebagai sumber dana buat jajan pribadi.

Dengan lonjakan pengeluaran ekstra di tengah tahun, tentu kami harus merencanakan keuangan, baik sebelum berangkat, saat disana, dan saat kami pulang traveliving (suami masih tinggal dua bulan disana). Saya juga sudah mulai merencanakan teknik-teknik dan strategi traveliving bersama tiga anak agar tidak boncos.

Gimana caranya? Tunggu ya di tulisan blog berikutnya!

6. Menyiapkan peralatan dokumentasi (dan menyusun rencana konten)


Berbeda dengan traveliving 2.0 dimana saya hanya mengandalkan peralatan dokumentasi berupa kamera HP, kini saya ingin menggunakan peralatan yang lebih baik. Ditambah lagi fakta kalau sekarang kami harus sambil membawa tiga anak saat sedang traveliving, tentu saya menginginkan peralatan yang memudahkan dokumentasi selagi menjaga bocah-bocah sebagai persiapan traveliving bersama tiga anak.

Saya bukan travel blogger/vlogger, hanya seorang momblogger yang ingin mendokumentasikan perjalanan pribadi sekaligus kecil-kecilan dibuatkan konten. Maka daftar rencana peralatan dokumentasi kami hanya ini saja.


Setelah mendapat racun dari teman, DJI Osmo Pocket adalah most wanted list saya. Saya pun menabung dan merencanakan untuk membeli seken agar lebih murah di bulan April/Mei. Alhamdulillah, ternyata suami sangat murah hati dan membelikan DJI Osmo Pocket 2 dari rencana DJI Osmo Pocket 1. Kebetulan DJI Osmo Pocket 2 seken yang kami beli harganya sangat terjangkau dengan bonus sangat banyak. Bonusnya termasuk memory card 256 MB, tripod kecil, hingga wireless dual mic. Alhamdulillah mengurangi pengeluaran dokumentasi.

Tidak hanya peralatan dokumentasi, sepertinya sebelum berangkat saya juga harus mulai bikin rencana jadwal konten termasuk kapan harus dishoot. Pengalaman traveliving 1.0, banyak hal yang ingin saya tulis di blog dan posting di Instagram. Namun karena overwhelming, akhirnya hanya sekedar rencana saja di otak. Sayang kan? Saya harap dengan membuat perencanaan konten, saya tidak overwhelmed dan bisa berbagi konten travelling bersama anak yang bermanfaat bagi para orangtua lain.

7. Mencicil barang bawaan yang kurang



Karena kami melakukan traveliving dan bukan traveling belaka, maka barang-barang yang akan kami bawa tentu akan membludak. Tidak sekedar pakaian, alat mandi, serta obat-obatan dasar juga, tetapi  kami juga harus membawa beberapa perlatan dapur tambahan, starter pack food, hingga mainan dan buku anak-anak.

Untuk pakaian pun berasa ada yang kurang karena harus pergi panjang. Entah celana panjang anak kurang lah karena robek, kurang jaket lah, kurang kaos lah, pokoknya macem-macem. Starter pack food juga penting, apalagi untuk perjalanan jauh. Meski lokasi supermarket dan restoran halal dekat, pasti awal-awal sampai bakalan mager keluar. Belum lagi kami punya tiga buntut. Akan lebih simpel untuk menyiapkan starter pack food seperti beras, chicken nugget, kornet, sayuran frozen, dan lain-lain.

Peralatan dapur juga harus dibawa beberapa, contoh yang paling krusial ya rice cooker kecil. Meskipun di AirBnb sewaan kami ada dapur, kecil kemungkinan bakal ada rice cooker di dapur orang non Asia.

Perlengkapan-perlengkapan yang kurang ini jika dibeli sekaligus akan membutuhkan lonjakan dana yang cukup lumayan. Oleh karena itu kami menjadwalkan pembelian barang-barang yang kurang ini di beberapa bulan sebelum keberangkatan. Misalnya persiapan terkait barang dapur dan ransum yang kurang baru akan saya lengkapi sebulan terakhir tentunya.

8. Packing!


Aaaand,, it's almost there!

Packing harus sudah mulai direncanakan sebulan terakhir sebelum keberangkatan. Saat mulai packing, maka mulai terasa barang-barang apa saja yang kurang sehingga akan lebih mudah melengkapinya sebelum keberangkatan tiba. Minimal persiapan sih dua minggu sebelum keberangkatan sebenarnya, setidaknya sudah mulai pilih-pilih baju.

Meski secara defacto jatah koper kami bisa sampai 30 kg x 5 (orang) atau bisa sampai 5 koper besar, tapi tidak elok ya berangkat kayak mau minggat 😝. Jadi kami berencana bawa 1 koper besar, 2 koper sedang, 2 koper kabin, dan 1 twin stroller.

Koper tambahan nanti beli saja lah disana kalau ternyata barang bawaan pulang terlalu banyak haha.

Are you ready?

Keberangkatan tinggal beberapa bulan lagi. Jujur rasanya makin excited sekaligus rada overthinking. Bisa mulus tidak di perjalanan nanti? Bakal nemu kendala apa saja? Bagaimana kalau nanti selama disana ada dari kami yang tidak fit? Apakah kami bisa lancar melancong tanpa kendala bahasa?

Dan seribu pertanyaan lain.

Yah, yang penting sudah direncanakan supaya persiapan lebih baik kan? Antisipasi hal juga sudah dilakukan. Tinggal berdoa semoga diberi kemudahan dan kelancaran dari Allah 😀.