Cara Memilih TK Terbaik untuk Anak

19 komentar
Memasuki kuartal keempat tahun 2022, banyak para orangtua yang bingung bagaimana cara memilih TK terbaik untuk anak.

Bukan rahasia umum, banyak sekolah di Jabodetabek yang sudah membuka pendaftaran untuk tahun ajaran 2023/2024. Bahkan, ada juga yang sudah membuka gelombang pendaftaran pertama sejak Agustus 2022. Loh, baru awal tahun ajaran baru malah sudah buka pendaftaran tahun ajaran  berikutnya.

Not to mention beberapa sekolah yang sudah waiting list sejak anak masih dalam kandungan *ups* 😏.

cara memilih tk

Survei sekolah selalu menyenangkan, sekaligus memusingkan. Terakhir kali saya lakukan saat di penghujung tahun 2018, yakni survei TK si sulung untuk tahun ajaran 2019/2020. Sebenarnya si sulung tahun 2022 ini masuk SD sih, tapi anehnya kami malah tidak melakukan survei seperti TK haha. Kayaknya memang saya sudah mengincar SD si sulung sekarang sejak baru buka cabang Lebak Bulus. Pun, sepupu si sulung sudah ada yang sudah bersekolah di sana, jadi lebih mudah untuk bertanya langsung untuk mengetahui tentang pembelajaran di SD ini.

Untuk si tengah, saya menginginkan kriteria TK yang mirip dengan TK si sulung 3 tahun silam baik dari segi rentang harga, waktu sekolah, dan jarak rumah ke sekolah. SPP si sulung di bawah 1 juta, memiliki waktu sekolah pukul 07.30 hingga 11.00, dan jarak rumah ke sekolah kurang dari 3 km.

Loh, kenapa sekalian saja si tengah dimasukkan ke TK yang sama dengan si sulung? Tidak bisa bos, soalnya kini kami sudah pindah rumah, makanya saya pun harus mengulangi kembali survei TK.

Tidak ada sekolah yang sempurna, begitu pula TK sang buah hati. Pilih yang tidak sempurna tidak apa-apa. Kenapa? Simak dulu cara memilih TK terbaik untuk anak berikut inI!

1. Berada dalam rentang harga yang disanggupi

Jujur saja, rentang harga baik uang pangkal hingga SPP bulanan pasti menajdi kriteria pertama para orangtua sebelum menentukan sekolah mana saja yang masuk ke shortlisted berikutnya. Jelas, ini berkaitan dengan kemampuan ekonomi.

Serta gaya hidup anak (dan orangtuanya).

Dalam memilih sekolah anak pastikan mempertimbangkan komponen uang pangkal (termasuk seragam, aktifitas, dan sebagainya) serta uang SPP bulanan. Kadang-kadang ada sekolah yang uang pangkalnya murah, tapi SPP bulanannya besar banget. Ada juga yang SPP bulanannya tidak terlalu mahal, tapi uang pangkalnya tidak masuk akal. Ada, ada banget di salah satu TK yang saya survei.

Kadang ada yang tertipu dengan uang pangkal murah tapi SPP bulanan. Iya mampu bayar di awalnya, tapi tiap bulannya membuat perekonomian rumah tangga ketar-ketir. Beberapa tidak mempermasalahkan sekolah dengan uang pangkal mahal tapi SPP bulanan terjangkau. Toh hanya dibayarkan sekali di awal. Tapi bagi saya ini sesuatu karena merasa tidak adil saja, kok uang pangkal sekolah A besar banget, padahal fasilitasnya kurang lebih sama dengan sekolah lain dengan uang pangkal lebih rendah.

Malahan, saya pernah membaca sebuah ulasan yang menjelaskan baiknya SPP dan uang pangkal anak sepersekian gaji kedua orangtua. Kalau dipikir ini cukup masuk akal sih, selain tidak membuat perekonomian rumah tangga ketar-ketir, pergaulan anak dan antar orangtua anak juga biar lebih "sekufu".

2. Jarak rumah-sekolah dan kemacetan

Pengalaman punya anak yang jarak TK-nya dekat? ENAK BANGET!

Bagi saya, jarak TK WAJIB dekat. Soalnya rata-rata mereka cuma sekolah 3 hingga 4 jam saja. Males banget kan kalau punya anak tapi TKnya jauh. Berangkat sekolah harus lebih awal yang artinya anak harus bangun lebih awal pula. Tahu sendiri lah, mayoritas anak usia TK sulit untuk disiapkan pagi-pagi benar. Selesai ngantar, baru duduk bentar dan beberes 1,5 jam, eh harus berangkat lagi! Pulang sekolah juga bakalan lebih lama sampai rumahnya.

No to mention the gasoline you pay for the long journey.

Saat TK, si sulung masuk jam 7.30. Karena sekolah dekat, saya baru membangunkannya pukul 6.45. Kemudian saya mandikan dan temani sarapan. Jam 7.15 sudah berangkat. Biasanya saya sampai rumah kembali pukul 8 kurang karena lalu lintas mulai padat. Lumayan saya punya waktu bersih-bersih, masak, istirahat, dan mengurus si tengah yang masih bayi selama 2,5 jam. Jam 10.45 saya sudah berangkat lagi untuk menjemput si sulung. Jam setengah 12 biasanya sudah sampai rumah dan bisa istirahat sebentar sebelum makan siang.

Kalau sekarang mungkin saya akan lebih picky dalam memilih TK si tengah. Tidak hanya jarak maksimal sekitar 3 kilometer, tetapi arahnya sebisa mungkin menyesuaikan dengan si sulung. Beberapa sekolah yang tidak searah sama si sulung masih ada yang saya pertimbangkan, asal searah dengan rumah saya karena aya tidak harus membawa si tengah ikut serta saat mengantar si sulung. Jadi setelah mengantar si sulung, saya bisa menjemput si tengah di rumah dan langsung mengantarnya ke sekolah.

Saya bisa menitipkan si tengah ke ART dahulu di rumah. Lumayan kan ia bisa sarapan terlebih dahulu saat saya mengantar si sulung ke sekolah terlebih dahulu.

Tidak cuma itu, ada juga sekolah yang meski jaraknya dekat dengan rumah, tapi waktu tempuhnya bisa cukup lama karena terjebak kemacetan.

"Lalu lintas sekarang sudah ramai banget, makanya jam masuk TK A dan TK B dibedakan." Ujar salah seorang guru di salah satu TK yang saya survei.

Mungkin setelah menetapkan shortlisted terakhir, ada baiknya para orangtua menguji kemacetan terlebih dahulu dengan cara mensimulasikan antar sekolah anak di TK tersebut di waktu masuknya. Apakah kena macet saat mengantar dan pulangnya?

Kalau pulangnya kena macet, ya sama aja sih, baru duduk bentar harus berangkat jemput lagi. Kalau bagi saya sih jadi mengurangi pembobotan poin sekolah yang nantinya akan dipilih.

3. Jam sekolah

Cara memilih TK terbaik untuk anak ini juga berkaitan dengan kemacetan yang dihadapi serta ritme aktivitas yang akan disinkronisasi dengan pengantar.

Salah satu TK yang saya survei menyebutkan bahwa anak TK A masuk pukul 8.30. Langsung saya merasa sangat berkeberatan meski TK ini dekat dengan rumah dan lokasinya dekat dengan SD si sulung. Namun jam masuk yang agak ganjil ini sangat tidak sinkron sama jadwal tahsin saya yang 2 hari seminggu. Tidak hanya itu, kalaupun saya tidak ada aktivitas, saya menyelesaikan aktivitas antar anak bakal lama sekali, yakni dari jam 6.40 sampai jam 8.50!

4. Kekurangan yang masih bisa ditolerir

Sekolah A hampir sempurna tapi kurang di x.
Sekolah B hampir sempurna sayangnya dia tidak y.
Sekolah C suka banget, tapi dia tidak z.

Pada akhirnya memang tidak ada sekolah yang sempurna, selalu ada kurangnya. Tinggal kekurangan mana yang bisa kita toleransi.

Di keluarga kami, ada spesifikasi wajib dan ada spesifikasi opsional. Beberapa spesifikasi wajib adalah sekolah Islam, dalam rentang 3 km, dan biaya yang sesuai. Untuk spesifikasi opsional seperti jam masuk, fasilitas, dan metode pengajaran.

4 tahun lalu saat saya survei TK si sulung, saya sangat ingin si sulung masuk ke sebuah TK yang bagi saya sempurna sekali dari semua aspek, kecuali harga. Harga yang cukup mahal bagi kami ini cukup menjadi poin minus mengingat pada saat itu perekonomian kami juga belum stabil. Beberapa parameter yang unggul di mata saya namun pada akhirnya saya berdamai adalah sekolah sunnah dan hafal juz 30.

Pada akhirnya kedua parameter itu menjadi kekurangan yang masih bisa ditolerir jika saya mengambil sekolah lain tanpa program dan visi misi tersebut. Bagi kami, TK belum waktunya memamkan sumber daya anggaran besar, Anak pun masih banyak dalam pendidikan saya karena jam sekolah hanya 3.5 jam. Alhamdulillah, 2 tahun TK si sulung bisa membedakan mana doa pendek yang sesuai tuntunan sunnah dan bisa menjelaskan ke gurunya kalau diajarkan doa yang lain. Selain itu, alhamdulillah si sulung bisa tamat menghafalkan Juz 30 sebelum menyelesaikan TK B.


Berkaca dari pengalaman anak pertama, saya mengambil pembelajaran yang cukup bagaimana cara memilih TK terbaik untuk anak. Bagaimana meramu semua kriteria dan kemampuan dan mengkombinasikannya dengan pendidikan di rumah demi anak mendapatkan output yang terbaik.

19 komentar

  1. Waah, kurang dari 2 tahun sudah selesai juz 30. MasyaAllah

    BalasHapus
  2. Wow 2 th udah tamat juz 30? Luar biasa lho itu mbak. TK mana jadi kepo? Aku juga anak bungsu mau survei tk lagi cari yg paling dkt sama rumah

    BalasHapus
  3. Kalau saya belajar dari pengalaman anak pertama, jadi cari TK yang pertama diperhatikan adalah jarak.
    Karena saya antar jemput anak sendiri, dan naik motor, dan saya juga harus kerja dari rumah, jadi pasti cari yang paling dekat.
    Kedua baru biaya, harus yang bisa dicapai rekening dan penghasilan, hehehe.
    Tentu saja itu bukan hanya mikirn SPP dan uang masuk, tapi juga uang tambahan setiap bulannya.
    Baru deh masuk ketiga yaitu sekolah Islam, lebih prefer masuk TK Islam atau dalam yayasan masjid, karena mamak Rey bukan guru yang sabar untuk ngajarin anak tentang agama *plak wkwkwkwkw.
    Dan masih banyak lagi :D

    BalasHapus
  4. Wahh mba tahun depan anakku juga masuk TK lalu aku bingungg mau masukin kemana wkwk karena yang deket rumah itu mahaaaaal banget kyaaaa >.< takut ga kuat aku bayar tahunannya, sedangkan di tempat yg agak jauh dia masih terjangkau biayanya trus pendidikannya jg cocok sama keluarga kami, cuma ya ituu jauuuhhh T___T

    BalasHapus
  5. jadi masukan buat saya ketika akan memasukan anak-anak ke TK, betul sekali pertimbangan di atas harus diperhitungkan ketika akan memasukan anak ke TK

    BalasHapus
  6. Artikel yg bagus banget mba.
    Sama mba, kriteria pertama, pilih TK yg sesuai dgn nilai d keluarga. TK Islam pun banyak jenisnya, sdgkn kalau saya pilih sekolah sunnah. Terakhir, baru biaya (termasuk bensin bolak balik). Semoga Allah mudahkan urusan dan melapangkan rezeki kita, aamiin..

    BalasHapus
  7. Bisa banget jadi masukan buat kakak aku nih yang lagi nyari sekolah TK untuk anaknya. Seenggaknya bisa ambil poin2 pentingnya

    BalasHapus
  8. Benar ada plus minus nya ya mb.. harus bisa memikirkan secara matang semua sisi. Karena pendidikan yang terkendala biaya buat kita juga susah nantinya

    BalasHapus
  9. Jujur aku jadi ikutan pusing mba kalau perkara sekolah. Beberapa tahun lagi si kecil bakal kek gini juga haha

    BalasHapus
  10. Iya kadang ada ortu milih sekolah karena gengsi aja. Sekolah mihil dianggap selalu relate dengan kualitasnya. Iya kalau mampu mah enggak apa-apa tapi kalau gara-gara spp yang selangit plus gaya hidupnya jadi tidak terkejar kan repot

    BalasHapus
  11. Milih sekolah anak memang super tricky.
    Kudu bijaksana bijaksini yak
    Semoga anak2 bs belajar dan sosialisasi dgn baik

    BalasHapus
  12. Iya harus cek ricek dulu, saya nyati TK anak dulu juga gitu yg dekat, biaya masih aman di kantong dan fasilitasnya cukup memadai.

    BalasHapus
  13. Masyaalloh. 2 tahun udah selesai juz 30? Kereeeen. Anak saya kemarin hanya setahun saja di TK karena pandemi. Saya ajari sendiri di rumah. Hehe

    BalasHapus
  14. Pergaulan anak dan orangtua sekufu --> ini bener banget mbak. Budget untuk menyekolahkan yang sekiranya terlalu besar bisa dimanfaatkan untuk keperluan keluarga lainnya jika memang prinsip yang diyakini seperti yang mbak tulis di atas.

    BalasHapus
  15. Benar ini
    Cari sekolah anak emang harus banyak pertimbangan ya mbak
    Selain biaya, faktor jarak juga jadi pertimbanganku

    BalasHapus
  16. sepakat mbak, saya juga mempertimbangkan hal tersebut saat memilih sekolah untuk ketiga anak saya, yang penting anak nyaman, belum waktunya juga mereka belajar dengan durasi lama

    BalasHapus
  17. Setuju sekali kak menurutku juga begitu. Ketika TK anak-anak memang lebih banyak fun ya, jadi beberapa kekurangan masih bisa lah ya diabaikan

    BalasHapus
  18. satu lagi Mbak, kalau aku pertimbangannya akhlak gurunya. Ada perasaan klik atau enggak saat survey bahkan kalau ad trial aku ikutan. karena penting banget anak usia dini akan mencotoh dan dapat sesuatu dari gurunya

    BalasHapus
  19. Survey sekolah ini memang penting banget. Agar sesuai dengan value keluarga dan pendidikan bisa balance antara sekolah dengan keluarga. Mengingat pendidikan utama adalah di rumah, maka memilihkan lingkungan belajar dan pergaulan ini menjadi tugas besar orangtua.

    Semoga dengan keputusan orangtua memilihkan sekolah yang terbaik ini bisa menjadi bekal ilmu yang bermanfaat untuk menuntun ananda selamat dunia akhirat.

    Barakallahu fiik~

    BalasHapus