Kusta dan Paradigmanya yang Salah Kaprah

18 komentar
Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kusta membuat penderita dan mantan penderita Kusta mengalami perlakuan diskriminatif. Bagi masyarakat, penyakit kusta menjijikkan dan merupakan penyakit kutukan. Penderita kerap diasingkan. Anak dikeluarkan dari sekolah, orang dewasa di pecat dari pekerjaannya. Bahkan tidak jarak sesama penderita kusta saling menikah karena merasa senasib sepenanggungan. Padahal penyakit ini dapat disembuhkan jika cepat diobati dan telaten pada saat masa penyembuhan.

Terlambatnya penanganan akibat minimnya pengetahuan masyarakat perihal gejala kusta menyebabkan kusta yang tidak terobati dan menyebabkan disabilitas. Apabila pasien datang dalam kondisi seperti ini, bisa dikatakan sudah telat. Tindakan yang bisa dilakukan berikutnya adalah agar kusta ini tidak mengakibatkan disabilitas yang lebih parah.

stigma kusta


Mengenal Kusta

Kusta adalah penyakit tropis terabaikan karena sudah ada sejak tahun 1400 SM dan masih belum terberantas hingga saat ini. Kasus kusta di Indonesia stagnan pada 10 tahun terakhir. Bahkan, Indonesia menempati urutan ketiga total kasus kusta di dunia. Kusta dapat menular melalui pernafasan karena paling banyak terdapat di mukosa hidung. Meski begitu, penularannya tidak mudah. Yang tertular biasanya yang memiliki kontak erat dan terpapar dalam waktu lama seperti keluarga serumah.

Kemenkes menargetkan untuk mengeliminasi kusta pada 2020. pada kenyataanya, pada tahun 2021 tercatat 17.000 kasus kusta baru di Indonesia dengan besar 9,14% pada anak. Ada 7 provinsi yang belum bebas dari kusta, yaitu: Papua barat, Papua, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, dan Gorontalo. Nilai prevalensinya ada di atas 1, dibutuhkan nilai prevalensi dibawah 1 untuk bisa dikatakan sudah eliminasi. Prevalensi adalah jumlah kasus di akhir tahun dibagi dengan jumlah penduduk per 10 ribu. Jumlah absolut kasus kusta paling tinggi ada di pulau Jawa, namun karena jumlah penduduk tinggi mengakibatkan nilai prevalensinya rendah dan sudah tergolong eliminasi.

Penyakit kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang di kulit dan syaraf. Gejala awal kusta berupa bercak kulit yang mati rasa. Bercak bisa berwarna keputihan seperti panu atau kemerahan. Gejala lainnya adalah adanya penebalan saraf tepi dan gangguan fungsi saraf. Fungsi saraf yang terganggu meliputi fungsi motorik, sensorik, dan otonom. Selain gejala di atas, penyakit kusta bisa dikonfirmasi melalui ditemukannya bakteri pada hasil lab. Namun, terkadang bakteri yang ditemukan negatif pada tipe kusta tertentu. 

Ada 2 jenis penyakit kusta:

  • Kusta kering atau dikenal dengan PB (Pausi Basiler)
  • Kusta basah atau dikenal dengan MB (Multi Basiler)

stigma kusta


Proses penularan kusta

Kuman Mycobacterium leprae memiliki masa inkubasi yang sangat lama, yakni 2-5 tahun bahkan bisa sampai 10 tahun. Penularannya pun tergantung daya tahan tubuh individu. Misal dari 100 orang, yang tertular hanya 5 orang. Dari 5 orang ini, yang menjadi sakit hanya 2 orang. 

Kuman kusta mati oleh cahaya matahari. Oleh karena itu, sanitasi dan pencahayaan matahari pada tempat tinggal sangatlah penting untuk meminimalisir proses penularan kusta dalam ranah keluarga.

Pengobatan Kusta

Seperti penyakit TBC, pengobatan kusta memakan waktu yang cukup lama. Kusta kering dan kusta basah dapat diobati selama 6 bulan dan 12 bulan. Pasien dapat meminum MDT (Multi Drug Treatment) yang dapat diambil secara bulanan di puskesmas secara gratis. Setelah minum obat, biasanya kusta menjadi tidak menular lagi. Bahkan, dalam waktu 2 minggu saja bakteri kusta sudah banyak yang mati.

Dengan lamanya pengobatan ini, diharapkan pasien telaten dan tidak terputus konsumsi obatnya. Pengobatan yang tidak telaten dapat menyebabkan pembasmian bakteri yang tidak tuntas dan efek yang tidak sembuh total.

Selain obat bagi penderita kusta, tersedia juga obat pencegahan penularan kusta. Obat ini biasanya diberikan kepada orang yang memiliki kontak erat dengan penderita kusta.
stigma kusta

Keberhasilan pengobatan kusta tergantung kepada penemuan dan pengobatan secara dini, kepatuhan penderita untuk berobat teratur, dukungan keluarga dan masyarakat, serta ketrampilan petugas dalam upaya pencegahan kecacatan. Penderita kusta yang telah sembuh memiliki kemungkinan tertular kembali meski sangat kecil.

Kusta dan Diskriminasi

Penyakit kusta masih menjadi polemik diskriminasi sosial yang pelik bagi penderitanya. Banyak yang merasa terpuruk sehingga mencoba untuk bunuh diri, dikucilkan, diceraikan oleh pasangannya, hingga lebih suka menikah dengan sesama penderita kusta. Karena merasa dikucilkan, pasien yang sedang mengkonsumsi obat hingga sudah sembuh lebih suka tinggal di penampungan dan enggan untuk kembali ke keluarga. Stigma penyakit kusta sebagai penyakit kutukan dan menjijikkan ini masih sangat melekat di masyarakat. Padahal, penyakit ini sangat mungkin disembuhkan tanpa meninggalkan bekas. 

Kusta tidak diturunkan ke plasenta sehingga bayi perkawinan sesama kusta belum tentu terkena kusta. Jika ortunya sudah berobat otomatis kusta ini tidak ditularkan. 

Kesadaran akan Kusta

Dengan minimnya pengetahuan masyarakat akan kusta, Berita KBR melakukan kupas tuntas soal kusta dengan tajuk "Melihat Potret Kusta di Indonesia. Acara disiarkan langsung melalui 104,2 Mstri FM atau dapat menyimak rekamannya di situs resmi KBR  atau channel yotube berita KBR 

Talkshow menghadirkan Dr. Udeng Daman selaku Techincal Advisor progam pengendalian kusta NLR dan Monica Shinta selaku Team Leader CSR PT United Tractor (UT).

NLR adalah sebuah organisasi non-pemerintah yang didirikan di Belanda pada 1967 untuk menanggulangi kusta dan konsekuensinya di seluruh dunia dengan tiga pendekatan yaitu zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas) dan zero exclusion (nihil eksklusi). Saat ini NLR beroperasi di Mozambique, India, Nepal, Brazil dan Indonesia. Di Indonesia, NLR mulai bekerja pada tahun 1975 bersama Pemerintah Republik Indonesia. Pada 2018 NLR bertransformasi menjadi entitas nasional dengan maksud untuk membuat kerja-kerja organisasi menjadi lebih efektif dan efisien menuju Indonesia bebas dari kusta. Bersama Aliansi NLR Internasional, moto NLR Indonesia adalah: Hingga kita bebas dari kusta. NLR juga berkerja sama dengan pemerintah, komunitas lokal, organisasi masyarakat, dan CSR perusahaan.

UT berkomitmen untuk menjadi perusaan inklusi yang tetap mempegawaikan disabilitas. Mulai dari advokasi internal, melakukan adaptasi lingkungan kerja inklusi, perekrutan khusus inklusi, uji coba magang, hingga pengangkatan pegawai tetap. Untuk menghilangkan stigma, 3 tahun terakhir UT meyakinkan karyawan bahwa disabilitas dapat memiliki performa kerja yang baik CSR UT juga melakukan pelatihan peningkatan skill kepada teman-teman disabilitas.Pemerintah mengeluarkan UU no. 8/2018 yang  menganjurkan perusahaan swasta menerima pegawai disabilitas sebesar 1%.

Monica memberikan beberapa tips bagi disabilitas untuk dapat bersaing di dunia kerja:

1. Meningkatkan kompetensi dan mengetahui core competency

2. Mempersiapkan soft skill, memiliki attitude dan behaviour yang bagus

Penyandang disabilitas termasuk disabilitas akibat kusta tidak perlu berkecil hati karena sama-sama memimliki kesempatan yang sama untuk dapat berkarir seluas-luasnya.

stigma kusta

paradigma kusta

Bagaimanakah kusta di pikiranmu setelah membaca ini? Mari sebarkan seluas-luasnya betapa tidak latennya penyakit kusta dan betapa besar kemungkinan dapat disembuhkan. Jangan biarkan stigma sosial diskriminatif terhadap kusta menggerogoti masyarakat

18 komentar

  1. Ya Allah serem juga nih penyakit kusta. Semoga Indonesia yang masih memiliki kusta di beberapa daerah segera hilang penyakitnya dan tidak menular lagi.

    BalasHapus
  2. Nah, kita mesti banyak membaca literatur yg valid seputar kusta ya mba
    supaya engga misleading dan salah paham, ceunah.
    makasi sharing-nya mba

    BalasHapus
  3. Nah, penanganan yang cepat seharusnya menjadi prioritas para penderita kusta dan pihak yang berwenang ya agar kusta tetap bisa sembuh. Paradigma yg buruk di masyarakat akan membuat para penderita kesulitan menjalani hidup layaknya orang normal.

    BalasHapus
  4. Penyakit kusta ternyata masih ada ya hari gini padahal kunci untuk terindar dari penyakit kusta hanya perlu sanitasi bersih, gaya hidup bersih dan daya tahan tubuh yang tinggi ya mbak

    BalasHapus
  5. Aku baru tahu lo kalau kusta itu ternyata masih ada di Indonesia. Sebelum nonton acara KBR beberapa waktu lalu, kupikir kusta itu udah jadi penyakit yang hilang. Ternyata... malah banyak yang kena diskriminasi. Tugas kita sebagai blogger kudu sharing seluas2nya info ini ya mbak, biar makin banyak yang aware.

    BalasHapus
  6. Tetapi sependek pengetahuan saya, kusta ini sejenis penyakin menahun. Balum pernah saya temui penderitanya sembuh total. Bahkan cendrung penyakitnya nempel seumur hidup. Mudah-mudahan,dengan adanya pengetahuan tentang kusta semakin sedikit jumlah penderitanya,

    BalasHapus
  7. Ngomong2 ttg kusta, teman saya cerita tetangganya di Purworejo masih ada yg kena kusta. Tapi di puskesmasnya sendiri nggak ada loh obat kusta. Padahal kata'y gratis kan dari puskesmas, teman saya yg kerja di puskesmas aja nggak tau kalau ada obat kusta 😅

    BalasHapus
  8. Cukup sulit mengubah stigma masyarakat, tapi kalau informasi semacam ini disebarluaskan, lambat laun akan mengubah sudut pandang masyarakat terhadap kusta, terutama terhadap para pengidapnya. Semoga masyarakat semakin melek informasi

    BalasHapus
  9. Tampaknya musti digalakkan lagi gerakan mengedukasi masyarakat mengenai penyakit ini ya. Sedih 'kan kalo terabaikan padahal sebenarnya masih banyak yang menderita penyakit ini.

    BalasHapus
  10. Pernah lihat orang mengalami kusta waktu di kendaraan umum. Bagian tangannya sudah enggak utuh akibat kusta. Innalillah... kasihan banget :( memang harus ditangani cepat ya... supaya enggak berakibat permanen.

    BalasHapus
  11. Kusta ini memang penyakit sejak dulu kala ya mbak, masih belum teratasi karena masih tebatasnya informasi seputar kusta di kalangan masyaarakat
    artikel seperti ini bisa menjadi sarana edukasi tentang kusta

    BalasHapus
  12. Ternyata masih ada penyebaran kusta ya di Indonesia, ditemukan juga di kota besar. Harus mengenali gejalanay supaya cepat bisa ditangani & bisa sembuh ya

    BalasHapus
  13. Terima kasih artikelnya informatif mam. Semoga masyrakat bisa semakin teredukasi dn Indonesia bisa bebas kusta.

    BalasHapus
  14. Terima ksih, MMbak. Informasinya sangat lengkap. Semoga kita srnua selalu sehat. Aamiin

    BalasHapus
  15. Kusta ini masih ada ya sampai kini, aku termasuk jarang banget dan hampir gak pernah ketemu sama penderita. Tak ada orang yang ingin mengidap suatu penyakit tapi mengucilkannya bukanlah solusi.

    BalasHapus
  16. Kalau orang gak tau kusta, gejalanya saja dianggap remeh. Jika sudah semakin parah, semua orang menjauhi. HUhuu...sedih banget.
    Semoga kita bisa saling memanusiakan manusia dan saling bantu.

    BalasHapus
  17. Edukasi seperti ini nih yang sebaiknya kita ketahui bersama perihal penyakit kusta. Yaa biar gak salah kaprah aja, dan lebih aware sama penyakit kusta.

    BalasHapus
  18. Aku merinding setiap membaca tentang kusta. Etapi sepertinya tidak semenyeramkan itu, ya. Ternyata bisa disembuhkan juga asal dideteksi lebih awal 😊

    BalasHapus