Sawan Bayi dan pesta pernikahan

Tidak ada komentar
"Umurnya berapa bulan? Wah hebatnya tenang, ga nangis sama sekali"



Pada hari sabtu dan minggu kemarin (23 & 24 Januari 2016), saya beserta keluarga besar menghadiri acara pernikahan sepupu. Sabtu akad di rumahnya di bilangan Cibubur dan Minggu resepsi di Gedung Pertemuan yang berlokasi di Saharjo. 2 hari seperti sepupu pertama, saya sudah menduga pasti bakal lelah sekali rasanya.

Hari sabtu saya berangkat jam setengah 7 pagi dari rumah mertua di Cinere menuju rumah ortu di Cibubur. Jam 8 sudah berangkat karena uwak saya mengharapkan keluarga sudah hadir jam segitu sebelum keluarga calon besan hadir. Kami pulang sekitar jam 2-an meski acara keluarga masih berlangsung.

Esok harinya kami diharapkan hadir pukul 8 untuk foto-foto namun saya memutuskan hadir belakangan mengingat Hasan pasti kecapaian. Malam kemarinnya tumben Hasan bangun hingga 2x padahal biasanya tidur lelap sepanjang malam. Paginya Hasan juga BAB nya air. Kami rata-rata baru pulang saat acara selesai, yakni jam 2.

Di acara resepsi gedung, saya menyusui atau mengganti popok Hasan di ruang rias pengantin. Berkali-kali saya mendengar orang-orang memuji Hasan tenang tidak rewel. Saya pun bingung. Perasaan biasa aja, apa anehnya? Hingga saat saya menyusui kedua kalinya disana, barulah terungkap tentang kebiasaan sawan bayi di pesta pernikahan. Sawan itu menangis terus menerus secara tiba-tiba. Dan cara mengindarinya adalah dengan meminta sedikit bedak pengantin untuk diberi ke bayi.

WAIT,, SAY WHAT? BEDAK PENGANTIN????!!!

"Mitosnya sih begitu, tapi percaya ga percaya kenyataannya gitu.", ujar salah seorang di ruangan itu.

Saya heran. Kaget. Syok. Saya emang super ga percaya sama yang namanya mitos-mitos. Karena sesungguhnya mitos-mitos itu lebih dekat dengan kesyirikan tapi tidak dekat dengan logika. Alur logika saya yang paling bodoh pun tidak bisa menemukan benang merah antara bedak pengantin dan pencegah bayi sawan.

"Sori ya mbak, bayi saya Insya Allah saya lindungi dengan kalimat-kalimat Allah. Bukan dengan BEDAK PENGANTIN.", celetuk saya dalam hati.

Saya berlindung kepada Allah, bukan mitos mitos konyol yang tidak jelas juntrungannya. Bagi saya, beberapa cara melindungi anak dari manusia, makhluk halus, dan ain adalah melalui dzikir pagi dan petang beserta kalimat taawudz. Insya Allah, Allah akan melindungi anak kita. Namun apabila anak saya terkena juga (nauzubillah min dzalik, Insya Allah selalu terhindar amin), saya lebih memilih menyalahkan diri saya sendiri akan kelalaian tidak menjaga anak saya dengan lisan Allah.

Bayi yang lelah selama perjalanan dan saat pesta pernikahan menjadi alasan yang sangat logis akan sawannya bayi ketimbang aroma tahayul. Selain itu, saat pesta pernikahan, kita ketemu banyak dan berbagai macam orang. Kita tidak tahu siapa saja yang melihat anak kita. Siapa saja yang memujinya tanpa mengutip kalimat Allah. Siapa saja yang bisa menularkan mata 'ain. Bayi yang " pertahanan dirinya" masih lemah mudah terkena hal tersebut. Oleh karena itu, wajib bagi kita orang tua untuk tidak lalai dalam menjaga bayi. Hal yang hampir serupa juga menjadi alasan saya agak malas upload foto Hasan di sosial media. Insya Allah akan saya bahas secara lebih detail mengenai pengaruh mata 'ain terhadap bayi.

Jadi, jangan gampang sekali termakan mitos apalagi yang jauh bertentangan dengan agama. Berlindunglah dari sang pencipta, Allah SWT dan bukan dari hal yang hanya berdasarkan kepercayaan nenek moyang.

Tidak ada komentar