Story of Hasan: Going into Labor

Tidak ada komentar
"Tumben kebangun jam setengah 2 malam", pikir saya.

Tanggal 19 Agustus dini hari. Terbangun di Cibubur dengan keadaan suami disamping saya. Tumben ya? Iya, karena tepat malam kemarinnya, 18 Agustus saya kontrol kehamilan minggu 39.



Perut berasa lagi menstruasi, tapi masih keram keram lucu gitu. Ah biarin, lanjut tidur aja ah. Sesaat setelah memejamkan mata, saya baru sadar kalo keadaan ini ga biasa. Biasanya kan klo kram posisinya diatas, lah ini kok dibawah.

"Kalo kontraksi udah 5 menit sekali, segera ke Rumah sakit.", kata Dokter beberapa jam yang lalu.

Belum pasti kontraksi. Siapa tau cuma kontraksi palsu. Tak tega rasanya membangunkan suami saya. Saya ambil hp dimeja samping. Berhitung. 10 menit jam sekali. 7 menit. 5 menit. 3 menit.

"Kok?", ujar saya dalam hati

Saya bangunkan suami saya. Disuruh behitung dalam 10 menit berapa kali kontraksi, kemudian baru dibangunkan lagi.

Sayapun mulai berhitung lagi. Betul, sudah ke tahap 10 menit 3 kali. Saya bangunkan lagi suami. Kami langsung bersiap-siap. Saya bangunkan juga orang tua saya. Kamipun bergegas membawa barang yang sudah dipersiapkan, termasuk tas bayi dan tas rumah sakit. Saya dan suami mobil sendiri, diikuti mobil orang tua saya.

Lalu lintas dini hari senyap sekaligus sepi. Ditengah jalan saya menelepon mertua kalau tampaknya pembukaan dimulai. Sesampai dirumah sakit, langsung disuruh bagian melahirkan. Ternyata tidak langsung masuk ruang lahiran, tapi ke ruangan yang berisi 2 bed untuk dipasang alat pengukur detak jantung bayi serta HIS. Jam setengah 5 suster datang memeriksa bukaan. Ternyata gitu ya rasa diperiksa bukaan. Ngilu o.o. sudah pembukaan 4 ternyata. Setelah diperiksa, setiap kontraksi saya sudah mulai sering mencengkeram tiang infus. Saya tau nanti saat mengejan butuh tenaga. Saya paksa lah tubuh saya untuk tidur.

Sekitar jam 7 saya pindah ke kamar bersalin. Rasa kontraksi semakin menjadi-jadi. Pinggang sakit banget. Saya selalu mencengkeram barang atau tangan. Tangan suami saya sampai luka. Tapi tetap saya tidak mengeluarkan suara. Diukur kembali. Bukaan 6. Bukaan 7. Bukaan 9.

Dokter datang tepat pukul 10. Saya kembali diperiksa bukaan. Ternyata masjh bukaan 8. HIS nya juga tidak terlalu bagus untuk bukaan besar. Dokter menawarkan untuk induksi. Suami memberi tahu kalo dulu mertua menghindari induksi. Kontraksinya ga berhenti2, capek dan malah nanti trauma punya anak lagi.

"Kalau ga di induksi jadinya gimana dok?" Tanya saya.
"Bisa 2-3 jam lagi. Kalo diinduksi sejam Insya Allah udah keluar."

Lama banget ya. Akhirnya saya menyetujui induksi. Rasanya? Subhanallah. Mana kata dokter sebenarnya saat kontraksi ga boleh tegang, harus rileks, biarkan dan rasakan ada yang keluar.

RILEKS GIMANA CERITANYA??!

Saya ga kuat untuk ga bersuara. "Allah!" Adalag satu-satunya kata yang terlontar. Menunggu bukaan lengkap rasanya seperti setahun. 

"Bukaannya sudah lengkap, ayo ngedan". Sayapun ngedan. Kok rasanya kayak buang air besar ya? Hehe. Ngedan kedua kali keluarlah seperti botol. Rasanya lega. Kemudia manusia mungil itu menangis dan diletakkan di dada saya untuk imd. Perasaan senang, bahagia yang membuncah. Saat imd saya dijait. Karena udah lega, rasanya seperti geli geli lucu sakit dikit. Tidak terlalu berarti.

Alhamdulillah, Hasan Khalid Reksoprodjo lahir dengan sehat pada pukul 11.00 WIB 19 Agustus 2015 dengan berat 3.45 kg panjang 50 cm. 

Alhamdulillah Allah mempermudah proses persalinan saya yang hanya sekitar 8 jam, padahal anak pertama biasanya lama.

Alhamdulillah atas semua rejeki yang Allah berikan kepada saya.

Insya Allah saya akan berusaha menjaga amanah ini :). Menjadi ibu terbaik untuk Hasan.


Tidak ada komentar