Prahara Menyelak Antrian

Tidak ada komentar

Banyak yang mengaitkan antara bangsa yang beradab dengan budaya mengantre. Semakin tertib mengantri maka semakin beradab pula lah negeri itu. Begitu pula berlaku sebaliknya. Tak pelak lagi, rendahnya kesadaran mengantri di negeri tercinta kita ini membuat berbagai sekolah dan institusi pendidikan berlomba-lomba memiliki visi misi menanamkan adab terlebih dahulu.


Dufan lagi memasuki masa semrawut dan semaput-nya yang diakibatkan oleh promo tiket masuk dari Sosro. Info jelasnya bisa dilihat disini ya! Bayangkan saja, harga normal untuk hari kerja dan akhir pekan sebesar Rp 200.000 dan Rp 295.000 di diskon menjadi harga promo sebesar Rp 120.000 dan 160.000 hanya dengan memberi 3 teh kotak merk Sosro. Potongan harga hampir setengah harga ini amat fantastis membuat segenap masyarakat Jabodetabek ambisius berbondong-bondong berekreasi ke Dufan. Dan hari ini kami ke Dufan. Minggu, 5 Agustus 2018. Akhir pekan pertama (sebagian yang kedua) setelah gajian. Akhir pekan dan tanggal kaya. Hey!

Sebenarnya saya sudah agak menduga bakal sangat ramai. Ternyata kenyataannya jauh lebih ramai! Sampai jam 9.57 (Dufan belum buka) tetapi antrean sudah sangat panjang. Belum lagi tampak bus-bus parkir berjejer. Curiga ada kantor yang melakukan wisata karyawan dan keluarganya. Jadi proses kami adalah antrean untuk menukarkan kupon potongan, antrean membeli tiket dan antrean masuk.



Setelah kami semua masuk ke arena Dufan, sontak kami langsung menuju wahana kuda putar (Merry go round) karena kami membawa anak-anak. Antrean cenderung sebentar karena masih belum banyak manusia mengantre dan sekali giliran langsung banyak yang bisa menaiki wahana. Saat mengantre saya sudah mengamati, banyak manusia berbaju polo hijau muda. Mulai dari orang dewasa hingga anak-anak. Laki-laki dan wanita. Saya perhatikan bordiran di lengannya, tampak guratan huruf KYB. Hooo,, perusahaan apakah itu gerangan.

"Itu merk helm bukan sih, KYB.", gumam saya.
"Itu KYT kali!", tandas suami.

Belakangan setelah saya cari tau via internet, ternyata KYB itu Kayaba Astra. Tampaknya semacam anak perusahaan Astra. Oh jadi jejeran bus-bus itu carterannya KYB ya. Sampai setelah beres naik kuda putar saya masih merasa ramainya cuma ramai akhir pekan minggu kaya wajar.

Ternyata mengantri halilintar memakan waktu 3,5 jam dan istana boneka yang minim faedah sampai 2 jam.

......

Tergurat jelas dalam ingatan saya, sebelumnya hanya sekali dua kali saya ke Dufan pada akhir pekan. Sisanya hari kerja. Entah kelulusan SMP (kita sudah beres ujian, anak kelas 1 dan 2 masih sekolah). Liburan SMA, dan kuliah. Alasan normatif, supaya tidak mengantri lama dan harga tiket lebih murah. Standar antrian hari kerja untuk wahana populer dan arung jeram 1 jam dan 1,5 jam. Kalau akhir pekan menjadi 1.5 sampai 2.5 jam.

Tidak ada itu 3.5 jam :(

Mungkin jaman dulu antrian selama itu masih main hajar. Masih mampu melakukan iterasi berikutnya. Kalau sekarang ditambah umur dan bertanggung jawab dengan anak, kelelahan bertambah eksponensial. Mungkin rasanya cenderung tabah tabah saja sampai,,,,

Datanglah emak-emak dengan segerombol anak-anak berbaju motif sama dengan total hampir 10 orang. Dengan muka ngotot dan menyebalkan mendorong anak-anak itu untuk memanjat pagar antrean. Sayang sekali, bapak-bapak berbaju polo hijau dengan "kelapangan hati-nya" membiarkan 3 manusia menyerobot antrian di depannya. Kami desak terus supaya si emak-emak itu tidak terus melancarkan aksinya. Eh malah mengomel dengan angkuhnya, "Tadi makan siang dulu kali!".

"KAMI DARI TADI MENGANTRI DAN TIDAK MAKAN SIANG!", Bentak kami. Sudahlah mengantri lama, pengap, panas, eh ini korek mau menyulut api.

Coba kita lihat kondisi ini sedikit lebih arif. Saya dan saudara. 2 perempuan membawa 3 orang balita. Sudah hampir sejam mengantri dari belakang dan berpeluh ria. Kemudian ada makhluk yang dengan egoisnya, membawa anak-anak yang berumur kisaran SD, menyerobot dan dengan tenangnya memaksa dan membenarkan tindakannya. Semua poin sudah salah fatal. Perbandingan usia, adab dan sikap. Kira-kira apa ya yang ada di benak mereka sampai tega dan tanpa rasa bersalah melakukan hal serupa?

Coba tanya dari diri masing-masing, apakah kita pernah setidaknya sekali saja menyerobot antrian? Apa yang ada di benak kita?

Saya jujur pernah sekali atau dua kali. Yang ada di benak saya ya cuma satu: Keegoisan.

Keegoisan untuk hanya berfikir tentang diri sendiri. Rasa superioritas kebutuhan, kalau kebutuhan kita lebih penting dibanding orang lain. Waktu kita lebih penting dibanding waktu orang lain. Keadaan saya lebih penting dibandingkan orang lain. Orang lain bodoh, kita tidak bodoh. Berlaku juga untuk antrian lampu merah. Dimana masih banyak saja yang sewenang-wenang menyerobot lampu merah hanya karena "nanggung". Atau yang seenak jidat melawan arah hanya karena dia merasa ahli dna kecil.

Hai ibu-ibu yang menyerbot tadi, lebih baik gerombolan anak SD-mu itu diajarkan ilmu yang lebih berfaedah: adab mengantri. Petaka, dirimu telah menciptakan benih-benih penyerobot di masa yang akan datang. Pemuda yang hatinya diliputi keegoisan dan minim sensitivitas kepedulian terhadap orang lain.

Tidak ada komentar