Cara agar Anak Tidak Defensif

12 komentar
Tidak semua anak punya "bakat" defensif, namun bagaimana cara agar anak tidak defensif apabila si kecil punya "bakat" itu?

Di kalangan orang-orang terdekat, terutama keluarga, saya dikenal sebagai sosok yang defensif. Ketimbang mendengarkan nasihat saat berbuat salah, saya cenderung “menutup” telinga dan berusaha kabur dari momen diceramahi. Pun, hanya perkara masalah waktu saya menumpuk semuanya sehingga saya menjadi pribadi yang tidak terbuka dengan keluarga inti.

Saya tumbuh di keluarga yang tentram dan cenderung tidak ada masalah. Namun perlu diakui bahwa saya kurang memiliki kedekatan secara emosional terhadap keduanya.

Yah, terkadang suka iri melihat teman-teman yang kok kayaknya bisa cerita banyak ke orangtua masing-masing, sementara saya rasanya berat untuk bercerita. Apa sih yang saya pikirkan sampai rasanya malas bercerita ke orangtua?

anak tidak defensif

Atensi terhadap cerita kurang dan cenderung memotong cerita dengan buru-buru memberikan “masukan”, hingga tidak merasa berada di level yang sama saat kami sedang mengobrol.

Itu dalam suasana ceria ya, alias saat sedang tidak ada masalah atau keonaran yang saya buat. Kebayang jika ada kesalahan yang saya buat seperti apa respon dan ceramah yang saya dapatkan?

Perasaan saya tidak divalidasi, cerita saya tidak didengarkan. Pun, saya langsung di-counter dengan ceramah panjang kali lebar. Apakah saya mendengar? Tentu tidak. Adanya saya merasa momen-momen dinasehati ini menjadi arena tidak menyenangkan dan kerap membuat saya ingin “kabur” secepatnya.

Dengan kata lain, saya jadi kurang betah di rumah. Sebisa mungkin di rumah hanya aktivitas rutin sehari-hari tanpa ada emosional yang terlibat.


Kami dua bersaudara. Meski yang kami hadapi sama, hanya saya yang defensif. Abang saya cenderung lebih terbuka dan lebih mau mendengarkan. Saya tidak tau sejauh apa terbuka dan mendengarkannya, apakah seperti yang saya bayangkan atau tidak. Yang jelas, abang saya lebih baik interaksinya ketimbang saya

20 tahun lebih hidup, saya clueless dengan apa yang terjadi. Sampai akhirnya saya membaca sebuah buku.

How to Talks so Kids Will Listen, sebuah buku dari Adele Faber

anak tidak defensif
Mungkin takdir membawa perhatian saya ke buku ini sehingga memasukkannya ke radar “Wants to Read” di Goodreads. I was an avid reader. Dari dulu sampai sekarang kalau ditanya hobinya apa, pasti saya jawab membaca. Namun karena mulai kemunculan media sosial di masa perkuliahan, lama-lama medsos menjadi distraksi  dalam membaca buku sehingga sebuah keberuntungan saya menamatkan 6 buku dalam setahun pada saat itu. Sungguh kemunduran literasi mengingat saya yang dengan gampangnya melahap buku semenjak kecil.

Di tahun 2018, tepatnya saat kami bertiga (saya, suami, dan seorang anak) melakukan traveliving 1.0. Karena bakal ada di kota kecil lain selama sebulan, saya kebayang jangan-jangan bosan akan menghantui saya disana. Kemudian saya mulai menyusun daftar buku yang akan menjadi bacaan selama disana. Eh keterusan, alhamdulillah hobi membaca buku saya berangsur kembali sehingga saya sekarang kembali bisa menamatkan hingga puluhan buku dalam setahun meski dalam kondisi mengurus tiga anak.

How to Talks so Kids Will Listen adalah buku yang menjadi incaran bacaan saya di tahun 2018 itu. Betapa tertohoknya saya karena akhirnya saya mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang menghantui saya selama ini.

Pertanyaan di dalam diri kenapa saya bisa menjadi se-defensif ini dan sulit menerima masukan dari orang lain.

Cara agar anak tidak defensif

anak tidak defensif

Saat si sulung memasuki usia prasekolah, saya baru sadar bahwa tampaknya ia memiliki “bakat” yang sama dengan saya. Saya tidak ingin berjarak jauh dengan si sulung. Saya juga tidak mau menganggap saya cuma Ibu dengan kedekatan emosional yang minim.

Saya mencoba mengaplikasikan tips agar anak tidak defensif ala Adele Faber melalui bukunya “How to Talk so Kids Will Listen”. Apa saja tips agar anak tidak defensif yang sampai sekarang masih saya usahakan agar selalu konsisten dilakukan?

1. Memvalidasi perasaan anak

Memvalidasi perasaan anak adalah tips agar anak tidak defensif pertama dan harus dilakukan pertama kali. Apalagi di usianya yang masih dibawah 10 tahun ini, terkadang anak masih sulit menafsirkan emosinya dari apa yang sedang ia hadapi.

"Ma, tadi tanganku luka karena pegang gunting."
"Pasti sakit ya?"

Dengan membantu anak menafsirkan emosi dari apa yang sedang dihadapi akan membuka kedekatan kepada anak (rapport) karena ia merasa didengarkan. Anak yang semakin terbuka akan membantu kita memahami permasalahan anak dari berbagai sudut pandang. Mereka yang sudah menganggap orangtua sebagai teman berceritanya juga akan lebih mudah menerima masukan dari orangtuanya.

2. Tidak memotong saat anak bercerita

anak tidak defensif

Jujur saja, sampai sekarang saya sering tergelitik untuk "memotong" saat anak bercerita. Saat ia bercerita atau mengungkapkan perasaannya, yang dipikiran saya malah ittenary agar dia melakukan hal-hal berikutnya yang harus dia kerjakan.

"Ma, liat ini Hasan baru bikin jembatan dari blok kayu yang baru dibeli...."

ketimbang merespon soal hasil karyanya, saya malah merespon,

"Oh ya, Hasan jangan lupa abis main langsung mandi terus makan malam ya!"

What a lousy parent am I.

Padahal ia menginginkan untuk didengar dan diapreasi, apalagi love language Hasan adalah sentuhan fisik dan afirmasi. Bisa defisit tanki cintanya apabila saya tidak rutin mengisi tanki cintanya terutama melalui dua bentuk bahasa cinta itu.

Setelah saya merenung cukup lama, ternyata dahulu saya sering direspon seperti itu. Respon yang dilakukan puluhan tahun di bawah alam sadar terserap oleh saya dan saya aplikasikan ke pada anak-anak.

3. Berlaku setara

anak tidak defensif

Cara agar anak tidak defensif berikutnya adalah berlaku setara. Pastikan saat berbicara dengan anak, kita memposisikan sebagai "teman" dan pendengar yang baik, bukan di posisi superior karena akan membuat anak mengeluarkan tamengnya dan enggan mengeluarkan isi hatinya. Lebih baik lagi kalau kita berbicara sejajar dengan mata anak.

Salah satu teknik membuat anak membuka diri adalah membentuk rapport atau kedekatan. Kita bisa bercerita hal serupa dengan yang anak alami sehingga anak merasa "senasib sepenanggungan". Teknik rapport ini pertama kali saya kenal saat membaca webtoon Dr. Frost. 

Hahaha,, what a fun way to know something,

4. Mengapresiasi anak

Mengakui sebuah kesalahan dibutuhkan keberanian yang besar. Dengan mengapresiasi anak karena ia telah mengaku akan membuat ia merasa dihargai. Ia kemungkinan besar tidak akan segan-segan untuk mengakui hal lainnya tanpa harus merasa terpuruk.

Ia tahu itu salah, karena itu ia bercerita karena siap menerima konsekuensinya.

"Terima kasih ya nak, udah bercerita."
Saya mengingat dahulu jika belum apa-apa sudah dicecar, yang ada saya malah ingin kabur. Ketimbang mengakui kesalahan, lebih baik saya alih-alihkan topik supaya itu tak terbahas. Tidak terbahas syukur, terbahas rasanya agak traumatik. Ini lah beberapa hal yang membuat saya defensif.

Bisa jadi kalian menganggap saya kerdil. Namun, bagi saya itu adalah ketakutan yang terus dipupuk. Saya tidak ingin anak-anak tertutup sama kami orangtuanya. Apapun yang terjadi, bagaimanapun kesalahannya, kami akan terima. Dengan merasa mendapat penerimaan, anak-anak akan lebih gampang dinasihati dan diajak bicara empat mata.

5. Mengajarkan soal konsekuensi

Every fault comes with consequence
Salah satu alasan yang membuat anak-anak tidak mengakui dan bercerita atas kesalahan yang dibuat adalah karena mereka takut akan konsekuensinya. Mereka takut dihukum. Oleh karena itu, orangtua wajib mengajarkan anak perihal konsekuensi.

Ketahuan melakukan kesalahan itu pengalaman tidak mengenakkan. Pengajaran soal konsekuensi kesalahan akan sulit sampai kepada anak apabila anak belum berada di tahap "menerima". Oleh karena itu, sebelum mengajarkan konsekuensi, pastikan anak sudah dalam fase "terbuka". Konsekuensi dan kesalahan adalah satu paket dan jangan sampai mereka abai terhadap itu.


Apakah saya berhasil menerapkan semuanya?

anak tidak defensif

Oh, tentu saja tidak.

Salah satu cara agar anak tidak defensif yang harus saya lakukan adalah mengenal diri sendiri. Mencoba berandai-andai, bagaimana rasanya jika saya mendapatkan perlakuan seperti itu. Perasaan divalidasi, didengarkan, dan diapresiasi sebelum ditunjukkan kesalahan dan diajarkan soal konsekuensi dan bagaimana berlaku lebih baik.

Tentu saja, saya sering merasa di tengah jalan tidak mematuhi poin-poin di atas. Terkadang alih-alih saya validasi perasaannya, saya sudah duluan menyalahkannya. Dia belum selesai cerita, sudah saya potong dengan alasan masih ada urutan kerjaannya yang belum dilaksanakan,

Tiap salah tahap, saya kerap menyesal. Namun yang saya tahu pasti, perlahan saya lebih mendengarkan anak ketimbang saat ia masih kecil. Semoga kami para orangtua dan anak-anak memiliki ikatan orangtua-anak yang bagus dan tidak label orangtua-anak tidak hanya status.

Mambruk Hotel Anyer, Hotel Favorit di Anyer yang Underrated

30 komentar
Banyak penginapan berjejer di sepanjang Pantai Anyer, salah satunya Mambruk Hotel Anyer.

mambruk hotel

Anyer menjadi salah satu lokasi wisata favorit masyarakat Jabodetabek yang menginginkan wisata pantai karena jaraknya relatif dekat jika ditempuh dengan perjalanan mobil. Sebenarnya ada tiga pilihan lokasi pantai populer bagi warga Jabodetabek: Ancol, PIK, dan Anyer. Ancol dinilai terlalu ramai sehingga kebersihannya kerap dipertanyakan. PIK ditutup akses pantainya dan hanya diperbolehkan menikmati pemandangannya saja dari sudut-sudut jalan setapak saja. Maka tinggallah opsi pantai Anyer karena di area sana terdiri banyak hotel dan cottage yang bisa menjadi pilihan untuk menghabiskan liburan dengan cara bermain pantai.

Kami pun sebenarnya tidak sering-sering amat ke Anyer. Paling hanya sekali dalam setahun. Desember 2022 kemarin kami akhirnya berkesempatan menjajal Pantai Anyer kembali. Bermula dari si tengah dan si sulung yang tiba-tiba minta ingin main pantai.  Akhirnya kami ke sana lagi pada Desember 2022 setelah mencocokkan jadwal dengan suami.

Sebenarnya akhir tahun bukan lah waktu ideal mengunjungi Pantai Anyer, musim hujan dan harga kamar yang lebih mahal dari biasanya.

Mengunjungi pantai saat musim hujan sebenarnya bukan ide terbaik karena ombak pantai akan lebih ganas. Belum lagi kemungkinan hujan besar, padahal kita kan maunya main pantai di cuaca cerah. Sementara, harga yang tinggi dipicu dengan liburan akhir tahun dan liburan sekolah anak. Semua hotel serempak menaikkan harga. Beruntung kunjungan kami di 1 akhir pekan sebelum libur sekolah dan akhir tahun. sehingga hanya dikenai tarif akhir pekan biasa.

Opsi ada di 4 penginapan: Novus Jiva, Kadena Glamping Dive Resort, Aston Anyer, dan Mambruk Hotel. Novus Jiva memiliki akses pantai yang harus menggunakan buggy terlebih dahulu karena menyebrang jalan sehingga tidak cocok untuk kunjungan singkat kami yang hanya dua hari satu malam. Kadena Glamping Dive Resort kabarnya harus pesan minimal 3 bulan sebelumnya sehingga mustahil bagi kami mendapatkan reservasi. Akhirnya kami pun memilih Mambruk Hotel karena suami menginginkan suasana yang lebih “cottage”.

Setelah menginap semalam di Mambruk Hotel, saya sangat merekomendasikan hotel ini sekaligus (ada beberapa aspek) yang tidak kami rekomendasikan. Apa saja?

Kenapa pilih Mambruk Hotel Anyer?

mambruk hotel


Sebenarnya kami cukup puas menginap semalam di Mambruk Hotel Anyer. Sangat puas malah. Berikut alasan kenapa kami sangat merekomendasikan Mambruk Hotel Anyer.

1. Lokasi paling depan

mambruk hotel

Kalau kamu jalan ke Anyer, maka Mambruk Hotel Anyer adalah hotel bagus yang kamu temui pertama kali, alias paling dekat dari Jakarta! Tentunya ini menjadi poin plus apabila jika masuk peak season, kita jadi tidak perlu bermacet-macet ria menyusuri bibir pantai Anyer.

Apalagi yang berniat hanya menginap semalam, lumayan tidak buang-buang waktu kan?

2. Baru renovasi

mambruk hotel

Saya cukup kaget saat tahu bahwa Mambruk Hotel adalah salah satu hotel paling lama di jajaran bibir pantai Anyer. Bagaimana mungkin, sebab menurut penelusuran awal saya via internet pertama kali, interior dan eksterior hotel berbintang empat ini sangat modern. Lebih tepatnya industrial minimalis.

Ternyata Mambruk Hotel Anyer baru saja direnovasi sekitar 2 tahun lalu. Kebayang kan bakal “segar” banget menginap hotel yang masih “baru”?

“Iya net, soalnya pernah ada pekerjaan konstruksi di laut sunda, nah kontraktornya pada nginap di Mambruk Hotel, dijadikan mess karyawan.” Ujar seorang teman mengomentari.

3. Suasana cottage

mambruk hotel

Di sepanjang Anyer terdapat berbagai macam jenis penginapan. Ada yang berbentuk gedung hotel dan ada juga yang berbentuk pondok-pondok alias cottage. Kebetulan suami lebih memilih yang bentukannya cottage karena ingin merasakan suasana lebih “pantai”.

Seluruh tipe kamar di Mambruk Hotel Anyer bergaya cottage. Maksimal ada di lantai dua di beberapa bagian. Salah satu keuntungan tinggal di penginapan berbentuk cottage adalah eksplor pantai dan halaman yang lebih mudah.

4. Halaman luas

mambruk hotel
Mambruk Hotel Anyer yang menempati lahan 7 hektar membuat hotel ini sangat nyaman dieksplorasi. Karena luasnya area, terdapat banyak parkiran mobil dan halaman yang luas. Saking luasnya bahkan sampai banyak anak-anak yang menjadikan halaman tengah untuk bermain sepak bola. Ada juga outdoor mini playground yang bisa dinikmati si kecil

Di sepanjang bibir pantai terdapat trotoar setapak yang menghubungkan 4 anjungan menjorok ke pantai yang bisa digunakan sebagai spot untuk berfoto, terutama saat matahari tenggelam.

5. Lokasi kolam renang dan bibir pantai

mambruk hotel
mambruk hotel


Bagi saya, Mambruk Hotel Anyer adalah hotel to the point yang tidak bikin kita terlalu banyak jalan untuk menikmati kolam dan pantai.

Berhubung kami memesan kamar yang dekat dengan pantai, jalan sedikit sudah ketemu kolam dan restorannya. Di depan kolam juga langsung pantai. Enak sekali, tidak usah jalan jauh. Jadi sehabis main pantai, langsung bilas di area peralihan kolam-pantai, kemudian bisa langsung nyebur ke kolam.

Karena lokasi kolam yang benar-benar sampingan dengan pantai, pengunjung tidak usah bingung karena bisa menaruh barang-barang di kursi di sekeliling kolam renang. Oh ya, tiap sore bakal ada bean bag dan payung-payung kecil yang disiapkan untuk bersantai menikmati matahari tenggelam.

Not to mention, ini adalah pantai pribadi (hotel)! Jadi aman dan tidak ramai. Kalau ingin menikmati olahraga pantai seperti Banana Boat, tinggal jalan sedikit ke arah bibir pantai yang lain.

Kekurangan Mambruk Hotel Anyer

mambruk hotel
Dibalik segala keunggulannya, Mambruk Hotel Anyer  memiliki kekurangan yang cenderung krusial bagi kami yang memiliki anak tiga ini. Apa saja? 

1. Ukuran kasur

Berhubung kami keluarga dengan anak 3, pemilihan hotel berdasarkan kasur sangat krusial. Bahkan saya baru pertama kali langsung japri hotel untuk menanyakan lebar kasur saat sudah beranak 3.

Menyewa 2 kamar bukan pilihan bagi kami saat ini. Anak-anak masih suka “ngungsi” jadi kurang bonafid. Pun, kami bukan tipe keluarga yang menganggarkan biaya menginap cukup besar. Kami berfokus pada pengalaman, tidak perlu berlebihan hotel experience, asal kami bisa tidur cukup nyaman saja.

Pilihan kami yang memiliki anak 3 ini perihal kasur:
  • Kalau ukuran kasur 180 cm, minta extra bed
  • Kalau ukuran kasur 160 cm, minta extra bed
  • Kalau lebar kasur 200 cm, bisa langsung booking, dengan catatan maksimal menginap 2 malam saja
  • Kalau tahu ukuran kasur 180 cm atau bahkan hanya 160 cm saja, langsung minta kamar tipe twin bed dan menanyakan apakah bisa digabung atau bahkan apakah bisa model hollywood style
  • Kamar tripel bed

Sangat disayangkan, Mambruk Hotel tidak menawarkan kamar dengan tipe kasur lebih dari satu. Maksudnya model-model two-bedroom apartment.

Salah satu poin paling minus buat Mambruk Hotel Anyer adalah ukuran kasurnya!

Kasur tipe double bed hanya queen saja. Mau pilih kamar tipe twin bed eh malah tidak bisa digabung. Pesan extra bed pun mengecewakan. Loh memang kayak apa banget sih extra bed-nya?

2. Extra bed yang kurang memuaskan

Extra bed yang saya tahu di hotel-hotel lain adalah kasur minimal lebar 90 cm dengan ambalan yang mumpuni.

“Mau pesan satu atau dua extra bed-nya?”, tanya mbak Front Desk.

Hah dua, pikir saya. Memang cukup?

Ternyata extra bed di Mambruk Hotel Anyer hanya berupa kasur tipis debar 80 cm dan tanpa ambalan! Untuk beberapa orang pasti tidak akan nyaman disitu dan akan merasa kedinginan akibat kontak langsung kasur dengan lantai.

Sudahlah kasur tipe queen, kasur extra bed kentang pula!

Pilihan terbaik untuk saat itu

mambruk hotel

Kami hanya memiliki 3 pilihan hotel untuk menginap yang memenuhi ambang batas minimum kami pada saat itu. Hotel mewah dengan pantai menyeberang jalan, hotel dengan bentukan gedung, dan Mambruk Hotel yang menawarkan suasana cottage. Hotel mewah tidak butuh extra bed, hotel bentuk gedung harus memesan tipe kamar triple bed, dan Mambruk Hotel yang harus memesan extra bed. Ketiga pilihan memiliki harga kurang lebih sama.


Pilihan kami jatuh pada Mambruk Hotel Anyer dengan menimbang short stay dan suasana cottage. Apa kami akan menginap kembali di Mambruk Hotel Anyer di kali berikutnya? Belum tentu! Mambruk Hotel Anyer adalah hotel yang tidak cocok bagi kunjungan keluarga besar.

Tentu kami akan mencoba opsi menginap di hotel lainnya. Hotel yang mana lagi ya kira-kira?

mambruk hotel



Kumpulan SD yang tidak Butuh tes Calistung

Tidak ada komentar

Banyak SD yang memberlakukan tes calistung masuk SD sebagai syarat seleksinya. Namun, bijakkah prasyarat calistung SD?

Melihat si kecil yang sudah mampu belajar calistung di usia dini memang menyenangkan sekaligus bikin orangtua bangga. Namun, jangan sampai memaksa si kecil untuk belajar calistung jika dia belum menunjukkan kemampuan ke arah sana. Jika orangtua terlalu terburu-buru menyuruh  si kecil untuk belajar calistung, ini akan membawa dampak negatif calistung pada anak usia dini.

Seperti yang dilansir di Kompas, memberikan materi calistung pada anak-anak usia dini akan membuat semangat belajar memudar ujar Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Anak akan mengalami fade out effect dimana nanti semangat belajar mereka saat kelas 3-4 SD akan terganggu. Ini sebabnya tes calistung masuk SD lebih baik ditiadakan karena membuat orangtua memiliki mindset agar anak segera mampu menguasai calistung SD.

Menurunkan semangat belajar si kecil

Ternyata perihal menurunnya semangat belajar si kecil akibat dipaksakan juga dilakukan oleh sebuah riset di Amerika Serikat. Ada hasil yang signifikan terkait anak usia dini yang diberikan materi calistung dan yang tidak diberikan. Anak yang cenderung lebih “dibebaskan” memiliki semangat belajar yang naik terus.

Seharusnya lembaga PAUD yang memiliki kualitas bagus memiliki visi meningkatkan semangat belajar anak usia dini, bukan mengejar ketercapaian saja tanpa memikirkan apakah akan merusak mental si kecil atau tidak. Jika mental dan semangat belajar si kecil rusak, akan sulit untuk dikembalikan. Bagaikan kaca rusak maka akan sulit dibetulkan dan dikembalikan utuh.

Salah satu upaya yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan adalah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.

Peran PAUD untuk perkembangan anak

PAUD memiliki peran penting untuk pengembangan sosial dan emosional anak. Selain itu, PAUD juga sebagai lembaga untuk mengasah perkembangan kognitif dan pertumbuhan fisik anak.

Melalui PAUD, anak akan belajar tentang cara-cara dasar berpikir dengan cara bermain. Saat  bermain anak tidak sekedar bermain, tetapi juga belajar problem solving, bersosialisasi, dan pelajaran-pelajaran dasar lainnya.

Bahkan beberapa pakar psikologis menganggap bahwa bermain adalah pekerjaan utama anak-anak. Pengembangan sosial emosional dapat diberikan melalui pengawasan dan bimbingan. PAUD juga bisa mengajari anak cara bereaksi yang dapat diterima dan menyenangkan. Anak-anak lebih mudah menerima pemahaman yang diberikan. Melalui PAUD, anak juga dapat berkembang dengan kepribadian sosial dan belajar menjalin pertemanan dengan baik.

Dampak negatif calistung pada anak usia dini

Kewajiban menguasai calistung SD kerap membuat orangtua resah karena dapat membuat orangtua “memaksakan” anak agar segera bisa calistung untuk menghadapi tes calistung masuk SD. Ternyata ini membawa dampak negatif pada anak. Apa saja?

1. Merusak tatanan otak

Dampak negatif calistung pada anak usia dini yang pertama adalah kemungkinannya yang dapat merusak tatanan otak karena terjadi tuntunan yang tidak terarah dan selaras. Hal yang paling tepat dilakukan untuk anak usia emas ini hanyalah sekedar membuat garis lurus, menggaris, menggambar bangun dan sebagainya. Belajar calistung dini demi mempersiapkan tes calistung masuk SD tidak termasuk dalam tujuan tersebut. Jika si kecil terlalu fokus belajar calistung, dikhawatirkan kegiatan lainnya yang secara tumbuh kembang lebih tepat malah tidak dilakukan.

2. Kurang mampu menyelesaikan persoalan

Si kecil kurang mampu menyelesaikan persoalan karena ia sudah terdistraksi untuk belajar calistung demi tes calistung masuk SD. Otaknya yang seharusnya dilatih secara terarah menjadi acak karena tidak sesuai urutan perkembangan otak.

3. Bermain kurang leluasa

Tahukah Ibu kalau hakikat periode emas anak adalah bermain? Ini termasuk bermain terarah dan bebas. Dengan fokus belajar calistung demi mempersiapkan tes calistung masuk SD, kegiatan bermain si kecil menjadi kurang leluasa. Meskipun banyak beranggapan bisa belajar calistung sambil  bermain, tetapi tetap tatanan otak anak tidak sesuai urutan perkembangannya.



SD tanpa tes calistung masuk SD

Kabar baik, ternyata masih banyak SD di area Jabodetabek tanpa tes calistung masuk SD. Simak daftarnya di bawah ini seperti yang dikutip dari Instagram Keke Kania!

Jakarta timur

Al Falah, Cipayung

Global Mandiri, Cakung

Global Islamic School (GIS), Kramat Jati

Mentari Ar-Ridho, Cakung

Jakarta Barat

Citra Azzahra, Joglo

Victory Plus

SD Notre Dame, Puri Indah

Jakarta Selatan

Al-Ikhlas, Cipete

Al-Izhar, Pondok Labu

Al-Wildan, Lebak Bulus

Al-Jabr, Andara

Cikal, Cilandak

SD BM 400  Pondok Indah

Sekolah Kembang, Kemang

SD Kreativitas Anak Indonesia (SDKAI), Jagakarsa

Tetum Bunaya, Jakarta Selatan

Tangerang

Kiara Karitas Montessori School

Depok

Lazuardi Global School, Cinere

Bogor

Causa Prima

Tangerang Selatan

CIKAL, Serpong

Tara Salvia, Ciputat

Madrasah Pembangunan UIN, Ciputat

Pembangunan Jaya, Bintaro


Setelah mengetahui dampak negatif belajar calistung demi tes calistung masuk SD, seharusnya orangtua lebih sadar bahwa walaupun anak dibiarkan bermain pada masanya, jangan jadikan kegiatan bermain mereka dijadikan obsesi orangtua agar anak lebih pintar. 

Orangtua juga tidak usah khawatir dengan tidak mengajarkan calistung, maka si kecil akan kesulitan untuk mengerjakan tes calistung masuk SD. Faktanya, banyak sekolah di sekitar Jabodetabek yang tidak memberlakukan tes calistung sebagai prasyarat masuk SD.

Dua Cerita Pendek tentang Aliran Rezeki tak Terduga

17 komentar
Manusia kerap menerjemahkan aliran rezeki hanya perkara material. Padahal rezeki memiliki arti yang sangat luas. Mulai dari keluarga yang baik, kemudahan hidup, kesehatan, lingkungan keluarga yang suportif, kepastian bisa makan tiap hari, hingga nikmat iman.

Aliran rezeki pun tidak sekaku perkara gaji bulanan yang rutin didapatkan saja. Lagi ingin jajan martabak tiba-tiba dibeliin suami martabak tanpa harus bilang juga termasuk rezeki. Lagi butuh uang tiba-tiba nemu seratus ribu nyelip di saku celana juga termasuk rezeki.

Aliran rezeki juga tidak sesempit apa yang murni kita usahakan saja. Kita disunnahkan untuk menyisihkan sebagian uang untuk sedekah secara rutin. Sedekah bagaikan bertransaksi dengan Allah dimana tidak akan pernah rugi. Bahkan dilipat gandakan. Eits, tapi jangan sampai niat utama bersedekah itu karena ingin “diganti berlipat-lipat” apalagi dalam bentuk uang, lho! Bersedekah itu harus ikhlas.

Tidak hanya itu, kita memperlancar hidup orang lain juga termasuk pintu masuk rezeki dan menambah aliran rezeki kita.

aliran rezeki

Cerita dibalik sebuah stroller pinjaman

Alkisah beberapa tahun lalu saat anak kami baru satu dan masih berusia balita, orangtua saya mengajak kami sekeluarga besar ramai-ramai ke Taman Safari. Karena rumah orangtua lebih dekat dengan Taman Safari, kenapa kami tidak sekalian menginap disana.

Semua juga tahu kalau Taman Safari memiliki area yang sangat luas. Meski beberapa area dilakukan dengan perjalanan mobil, area yang ditempuh dengan berjalan kaki juga tidak kalah luas. Pasti lah stroller menjadi barang yang tidak boleh terlupakan.

Sayangnya, saya baru ingat kelupaan membawa barang maha penting ini ketika sudah sampai di rumah ortu. Padahal, sebelum berangkat sudah saya patri di otak saya agar jangan sampai lupa terbawa.

Qadarullah, kami pun harus bersikap adaptif. Saya berusaha mencari rental stroller di sekitar Cibubur (area rumah orangtua) namun tidak kunjung ketemu. Akhirnya terbersit di pikiran saya untuk mencari pinjaman stroller hanya untuk sehari saja di beberapa Whatsapp Group (WAG) yang saya tahu ada beberapa yang berdomisili di Cibubur. Tidak lama kemudian saya mendapat balasan seperti ini.

“Gw tinggal di Apartemen Cibubur, gw ada stroller tipe x. Mau pinjam?”

Pucuk ulam tiba, saya pun menyambut tawaran tersebut. Karena agak sibuk saya memutuskan mengambil barang tersebut melalui Gocar. Biaya Gocar juga tidak mahal karena lokasinya yang relatif dekat.

Betapa stroller memudahkan perjalanan kami saat membawa si sulung di Taman Safari. Tepat dugaan saya, banyak jalan antar wahana kandang di taman safari yang menanjak. Tidak kebayang rasanya jika harus menggendong anak balita, sepanjang perjalanan, meski menggunakan gendongan sekali pun.

“Makasih ya, asli strollernya berguna banget. Minta waktu bentar ya mau cari londrian dulu.” Ketik saya di Whatssapp.
“Ga usah, dibalikin langsung juga ga masalah kok, hehe.”

Asli saya merasa tidak enak. Udah lah dipinjam gratisan, yang punya juga menolak agar stroller dicuci dahulu. Memang saya sudah meminimalisir sedemikian mungkin agar stroller tidak jorok selama perjalanan. Tapi tetap saja kan, apalagi sempat hujan di Taman Safari. Kebayang kan lumpur yang lengket paling tidak di roda stroller?

Saya pun segera memesan Gocar dan mengembalikannya ke teman saya itu. Sampai tiba-tiba saya mendapat balasan WA yang mengejutkan.

“Asli ga nyangka banget, begitu gw minjamin stroller, tiba-tiba suami gw dapat rejeki tidak terduga!”

Wah, ini kah salah satu contoh memudahkan orang lain dibalas dengan aliran rezeki instan lainnya?

Cerita dibalik makanan katering


Kali ini contoh cerita aliran rezeki tak terduga bukan saya yang mengalaminya. Tetapi ustadz (guru sekolah) si sulung.

“Ma, Hasan mau ikut catering kayak teman!” Pinta Hasan.

Si sulung biasanya membawa bekal makan siang dari rumah. Namun, karena beberapa temannya ikut katering, tentu saja ia ingin merasakan makan katering bersama teman-temannya. Makanya tiap seminggu per-bulannya si sulung langganan katering. Kebetulan penyedia katering adalah ibu dari salah satu teman Hasan. Jadinya enak komunikasi memesan kapan saja si sulung mau katering.

Biasanya saat akhir pekan saya menawarkan kapan si sulung mau katering di bulan tersebut. Namun Qadarullah, di bulan Februari ini saya lupa sekali menawarkan si sulung. Sampai di suatu hari senin ia mengatakan kapan ikut katering karena merasa sudah lama tidak ikutan.

Maka saya langsung pesan katering sampai senin depannya (biar genap lima hari) kepada ibu temannya Hasan.

Qadarullah, esoknya Hasan sakit panas. Saya lupa bilang soal katering ini kepada ustadz Hasan agar disalurkan saja jatah Hasan kepada yang membutuhkan. Sampai saya mendapat pesan Whatsapp ini.

“Ummu, katering Hasan boleh saya makan?”

Tentu saja saya memperbolehkan. Tahu ia butuh, mending saya langsung sampaikan agar langsung konsumsi saja. Lagian saya pikir esok hari Hasan sudah masuk lagi melihat riwayat ia sakit yang hanya sebentar. Ternyata dugaan saya salah. Hasan izin sakit sekolah sampai 4 hari! Alias hampir seminggu saat menyatakan ia ingin katering esok harinya.

Alhamdulillah, artinya saya mentraktir ustadznya Hasan makan siang selama 4 hari ya, haha. Tentu saja saya tidak berkeberatan, unik saja kalau diingat-ingat. Secara tidak langsung ustadz si sulung mendapat aliran rezeki tak terduga dari orangtua salah satu muridnya berbentuk makan siang.

Insya Allah si sulung masuk senin nanti. Namun kasihan juga ya, dia minta katering tapi hanya menikmati sehari. Tampaknya saya akan memperpanjang katering si sulung sampai hari Jumatnya, alias nambah empat hari.

Sebuah rezeki tambahan untuk ibu temannya si sulung bukan?

Di momen seperti ini menjadi waktu yang tepat juga mengajarkan si sulung soal aliran rezeki tak terduga. Saya juga menceritakan soal makanan kateringnya yang saya putuskan untuk dikonsumsi ustadznya saat dia tidak masuk. Insya Allah si sulung ikhlas dan tidak  berkeberatan.

Insya Allah rezeki kami semua selalu berkah, melimpah dan terbuka aliran rezeki tak terduga dari banyak pintu. Aaamin ya rabbal ‘alamin.

Jujur dalam Minta Izin kepada Anak

14 komentar

 "Ayo cepat pergi sekarang, mumpung anak lagi nonton TV dan tidak sadar ibunya pergi."

Ada yang pernah mendengar ujaran saran semacam itu?

minta izin kepada anak

Kebetulan, kami dikaruniai 2 dari 3 anak yang memiliki sifat attachment yang tinggi terhadap orangtuanya, terutama saya ibunya. Ini juga berlaku pada si sulung meski usianya sudah 7,5 tahun. Satu lagi adiknya yang memiliki rasa attachment yang tinggi hampir berusia 4 tahun. Melihat gaya anak kami yang seperti itu, sering sekali saya mendengar sekeliling saya berkata agar segera meninggalkan mereka saat mereka sedang tidak melihat saya yang hendak pergi tanpa mereka.

Perkataan ini sering terdengar dari mulut ART saya. Memang sepertinya gaya parenting "kabur selagi anak tidak melihat" itu populer di parenting jaman dulu ya. Karena tidak hanya keluar dari mulut ART, tapi beberapa "orang tua" jaman dulu.

"Biarin anak nangis, yang penting izin pergi di depan mukanya, bukan menghilang tiba-tiba." Tekan mertua saya.

Memang "kabur selagi anak tidak melihat" adalah jalan super instan saat hendak pergi meninggalkan anak yang memiliki rasa attachment  yang kuat kepada orangtuanya. Tapi nyatanya perilaku seperti itu lambat laun hanya akan menimbulkan luka trust issue kepada orangtuanya yang semakin dalam. Semakin mereka tumbuh, luka ini akan semakin menganga dan akan menimbulkan banyak masalah hubungan antar orangtua - anak nantinya.

Efek meninggalkan anak tanpa izin yang benar

Ada banyak sekali efek meninggalkan anak tanpa izin yang mungkin tidak terlihat di awalnya dan BARU akan terlihat di tahun-tahun mendatang. Jangan sampai kita meninggalkan anak tanpa izin yang benar dengan dalih agar kita bisa pergi dengan tenang dan mereka tidak menangis meraung-raung. SELALU jujur dalam minta izin kepada anak dengan benar saat meninggalkan dengan benar sebelum terjadi beberapa masalah di bawah ini.

1. Kehilangan orang tua

Anak memiliki ekspektasi bahwa orangtuanya ada di sekitarnya meski ia sedang menoleh atau asik kepada arah lain. Begitu ia menoleh, eh orangtuanya hilang. Ekpektasi dan realita berbeda jauh. Tentu mereka akan sangat panik dan bukan tidak mungkin alih-alih mereka tenang saat kita pergi malah menangis meraung-raung dan baru akan berhenti saat orangtua muncul kembali di hadapan mereka.

Anak akan merasa sangat panik menghadapi situasi ini. Jangankan anak-anak, apa yang kita rasakan sebagai orangtua saat sedang pergi bersama anak ke mal namun tiba-tiba saat menoleh kembali sang anak tidak ada?

Panik? Takut? Tentu saja. Berbagai pikiran berkecamuk di pikiran kita. Kemana sang anak? Apakah mereka aman? Apakah mereka tersesat? Apakah ada orang jahat yang menculik mereka?

Sama. Seperti itu jugalah yang mereka rasakan.

2. Trust issue kepada orang tua sendiri

Saat orangtua mereka hilang tiba-tiba tanpa pamit, mereka akan merasa sangat dikhianati.

Kenapa mereka menghilang tanpa sepengetahuanku? Anak merasa tidak dianggap oleh orangtua sendiri saat orangtuanya hilang tiba-tiba. Padahal anak adalah entitas yang bahkan perasaannya harus kita perhatikan selayaknya manusia seutuhnya. Anak merasa orangtua tidak memvalidasi perasaan dan keberadaan mereka.

Lambat laut luka mereka semakin menganga seiring waktu. Anak semakin tidak percaya kepada orangtuanya.

Bagaimana perasaan kita saat mengetahui anak kita nanti tiba-tiba kabur dari rumah tanpa sepengetahuan kita? Apa yang kita rasakan? Tentu rasa pengkhianatan dan pendurhakaan akan menghantam kita dalam-dalam.

3. Merasa tidak aman

Anak memiliki naluriah alami bahwa orangtua adalah tempat teraman bagi mereka. Menghilang tiba-tiba akan membuat perasaan aman mereka bolong dan mereka pun akan merasa sangat "terancam" dengan lingkungannya. Banyak anak kecil merasa bahwa mereka aman sebab ada orangtua dan orang yang mereka percayai ada di sekitar mereka.

Begitu mereka tahu orang tua mereka hilang tiba-tiba? Tentu mereka panik dan takut dengan lingkungan mereka.

Jujur dalam minta izin kepada anak 

Setelah sekian tahun sejak memiliki anak, rasanya saya dan suami belum pernah pergi ke luar kota berdua saja. Saat suami berkesempatan tugas operasi di Palembang di sebuah akhir pekan, langsung terbersit di pikiran saya untuk sekalian ikut pergi bersama suami. Toh sudah lama kami tidak berpelesir kedua. Hitung-hitung quality time bersama suami tanpa "gangguan" anak.

Kami pun berencana menitipkan ketiga anak kami di rumah orangtua saya. Saya langsung mengantar anak-anak dan ART ke rumah orangtua sepulang sekolah si bungsu. Tentu orangtua saya senang sekali karena bakal bermain bersama cucu. Jarang-jarang juga kan menitipkan mereka disana menginap selain saat saya melahirkan. Rencananya anak-anak akan kami jemput di Hari Senin, kebetulan saat itu sedang tanggal merah.

Beberapa sebelum keberangkatan kami, saya sudah sounding ke anak-anak, terutama ke si sulung. Tentu ada sedikit penolakan, apalagi si tengah yang masih benar-benar tidak ingin lepas. Benar saja, saat kami berada di rumah orangtua, si sulung sudah mulai galau. Sepanjang hari sampai mobil saya meninggalkan rumah ia terus galau. 

Saya pun selalu memeluk si sulung saat ia galau dan terus validasi perasaan dan afirmasi bahwa tidak mengapa ia sedih, kami hanya sementara saja meninggalkan ia. Meski saya meninggalkan ia dalam keadaan galau, tidak lama kemudian ipar saya mengkonfirmasi ia kembali ceria dan bermain bersama sepupunya.

Si tengah hanya menolak saat saya memasukkannya ke mobil orangtua saya yang akan kembali ke rumah. Namun, Ibu saya berkata hanya beberapa menit di mobil, si tengah kembali ceria.

Bagaimana dengan si bungsu? Wah tidak ada perubahan, malah ia asik mendadahi saya dan sibuk ngemil sesampai di rumah orangtua saya hehe.

Saya yang mengetahui semua kabar itu sesampai di rumah merasa lega. Betul saya sudah mempersiapkan hal ini dan memprediksi gejolak sementara emosi mereka. Alhamdulillah, semua berjalan dengan lancar.

KEB 11 Tahun, Semakin Matang dengan Berjejak dan Berbagi

17 komentar
KEB 11 tahun, jujur saya sedikit kaget. Pasalnya, saya cenderung mengenal KEB agak lebih belakangan, padahal KEB adalah salah satu komunitas blogger yang muncul di awal. Bahkan, Komunitas Blogger perempuan pertama di Indonesia.

keb 11 tahun

Setelah dilanda Pandemi kurang lebih 2 tahun, KEB akhirnya mulai mengadakan kembali berbagai acara luring sejak tahun 2022, salah satunya KEB Roadshow yang diadakan di beberapa kota besar di Indonesia termasuk di Jakarta. Sayangnya, beberapa kali saya belum rejeki menghadiri acara luring Kumpulan Emak Blogger karena beberapa kali juga jadwalnya bentrok.

Begitu ada informasi via grup Whatsapp soal akan diadakannya selebrasi KEB 11 tahun secara luring, tentu tanpa pikir panjang saya segera mendaftar pasca mendapat izin dari suami. Kebetulan juga acara diadakan di Jakarta Selatan dan merupakan area yang sudah familiar bagi saya.

Sudahkah kamu mengenal KEB? Sudah bergabung? Kalau belum yuk kita mengenal KEB bersama-sama. 

Kalau tidak kenal maka tak sayang.

Mengenal KEB

keb 11 tahun


KEB memiliki kepanjangan Kumpulan Emak Blogger. Dari namanya saja sudah ketahuan bahwa komunitas ini beranggota 100% perempuan. Berawal dari perkumpulan kecil yang terdiri dari Mira Sahid, Indah Julianti Sibarani, Sary Melati, dan Nike Rasyid yang merupakan kumpulan emak yang hobi blogging. Kemudian tercetus oleh Mira Sahid, mengapa tidak melanjutkan saja menjadi bentuk yang lebih serius. Maka terbentuklah KEB pada tanggal 18 Januari 2012.


Eh berawal dari sedikit iseng-iseng, ternyata keterusan dan sekarang KEB sudah menapaki usianya yang ke-11 tahun. KEB menganggap bahwa kemajuan masa depan bangsa dan negara banyak dipengaruhi oleh “campur tangan perempuan”. Blog menjadi wadah bagi perempuan Indonesia untuk bersuara dan berbagi inspirasi, sesuai dengan visi misi KEB. KEB ingin berkembang menjadi wadah perempuan Indonesia untuk mengembangkan dirinya di berbagai aspek kehidupan.

KEB 11 Tahun, Berjejak dan Berbagi

keb 11 tahun

KEB memiliki tradisi unik, yakni memiliki sebuah tema dan jargon yang berbeda di tahunnya. Menjejaki usianya yang di 11 tahun ini, KEB memiliki teman KEB berjejak dan berbagi. Selisih 10 hari, dilakukan selebrasi kecil-kecilan KEB 11 tahun pada tanggal 28 Januari di Restoran Bali Notes Terrace yang berlokasi di Jl. Prof. Sutono SH No. 15, Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Acara dimulai dari pukul 12.00 siang dengan total peserta kurang lebih 50 orang Kumpulan Emak Blogger. Dimulai dengan makan dengan sajian yang disediakan oleh Bali Notes Terrace dengan menu nasi kebuli, ayam bakar serta ayam goreng, sayur, dan puding. Waktu sejam digunakan oleh peserta untuk berbincang dan berjejaring.

Acara mulai tepat di pukul 1 siang dengan ditandai dibuka oleh MC.

“KEB 1 tahun, Berjejak dan Berbagi!” teriak MC dengan lantang mengumandangkan yel-yel acara di hari itu. Sekaligus memfamiliarkan tema KEB 11 tahun ini sebagai KEB Berjejak dan Berbagi.

MC pun memanggil founder Mira Sahid ke depan untuk berbicara mengenai KEB 11 tahun. Ia pun satu-persatu memanggil para co-founder ke depan dan memperkenalkan mereka juga yang dikenal dengan makmin ke depan audiens. Tak terasa suasana pun menjadi sedikit mengharu biru.

keb 11 tahun


Mira Sahid juga menegaskan bahwa KEB mendukung dan berpartisipasi kepada Gerakan Nasional Literasi Digital yang diprakarsai oleh Siberkreasi. Hal ini sangat berkesinambungan dengan KEB sebagai kumpulan emak blogger yang memiliki visi memberdayakan para emak untuk bersuara dengan blog sebagai medianya.

Memasuki jam setengah 2 siang, acara KEB 11 tahun dilanjutkan dengan acara utama mini workshop yang mengundang dua narasumber yang namanya sudah tidak asing lagi, yakni Oktora Irahadi yang merupakan CEO dan INFINA dan Ali Muakhir yang telah menghasilkan belasan hingga puluhan buku.

keb 11 tahun

Oktora Irahadi atau yang dikenal dengan nama gaul Tora (bukan Sudiro) membawakan mini workshop yang berjudul cara cuan bagi emak. INFINA sendiri sebagai sebuah perusahaan yang membantu para UMKM Indonesia dan membantu mereka menghubungkan mereka dengan pemengaruh sehingga didapatkan paparan bisnis dan produk yang diharapkan. Tora sendiri memiliki latar belakang malang melintang di dunia agency. Pengalamannya yang banyak ini membuat ia pede mendirikan INFINA.

Tora menghadirkan di layar beberapa data hasil riset pasar yang dilakukan ia dan timnya.

Social commerce adalah calon bintang masa depan di dunia digital, catat perkataan saya ini.” Tekan Tora.

Dari materi yang dibawakan oleh Tora saya banyak mendapatkan insight perihal dunia pasar di Indonesia serta bagaimana trennya. Ada yang cukup menggelitik dimana diterangkan orang akan sangat terbuai dengan live streaming orang jualan seperti yang sering dilakukan di Tiktok. Meski disebutkan ini merupakan salah satu lahan basah masa depan, saya sangat tidak tertarik sama sekali melakukannya. Pun, saya juga tidak tertarik menyaksikan Live streaming jualan semacam itu.

keb 11 tahun

Mini workshop berikutnya dilanjutkan dengan materi yang bertajuk “Menulis Kisah Inspiratif dengan Metode EMAK” yang dibawakan oleh Ali Muakhir. Bagi saya, nama Ali Muakhir ini tidak asing, terbukti dengan cerita beliau yang dengan sangat produktif menghasilkan berbagai banyak buku. Narasumber menjelaskan kiat-kiat menulis kisah inspiratif dengan singkatan EMAK.

keb 11 tahun

Rangkaian Mini workshop yang dibagikan oleh dua orang narasumber yang hebat ini membuat Kumpulan Emak Blogger semakin bersemangat untuk terus berkarya menghasilkan karya inspiratif yang disajikan dengan target audiens yang sesuai.

Ternyata KEB 11 tahun ini tidak cuma selebrasi haha hihi saja. Kumpulan Emak Blogger juga melakukan peluncuran e-book yang ditulis oleh makmin dan para Kumpulan Emak Blogger dengan judul “Warna-warni Dunia Blogging dan Cerita di Balik Dapur Komunitas”.

2 minggu sebelum diadakan selebrasi acara KEB 11 tahun ini diadakan juga acara #KEBCharityRun yang dilakukan Kumpulan Emak Blogger. Acara ini merupakan bagian dari #KEBPeduli dan di acara KEB 11 tahun ini dilakukan penyerahan secara simbolis sebesar Rp 2.500.000 kepada RA Miftahul Jannah yang kebetulan berdomisili di Noborejo, Salatiga.

keb 11 tahun

Kemeriahan acara KEB 11 tahun belum berakhir, KEB memperkenalkan komunitas PPBN (Putra Putri Batik Nusantara) yang berusaha mempopulerkan batik kembali sebagai sebuah mode yang bisa digunakan oleh siapa saja dan untuk berbagai kegiatan. Selama ini batik dan baju nusantara dikenal cuma sebagai baju formal saja.

Para anggota PPBN yang terdiri dari berbagai rentang usia, fisik, dan latar belakang melakukan short runaway ala model yang tentunya membuat decak kagum para peserta KEB 11 tahun lainnya.

Acara belum berakhir. Mungkin belum lengkap selebrasi tanpa acara potong tumpeng. Maka secara simbolik Mira Sahid selaku founder Kumpulan Emak Blogger memotong tumpeng dan membagikannya kepada orang-orang penting yang berjasa untuk dirinya dan Kumpulan Emak Blogger.

Seolah-olah kebahagiaan tidak berakhir disitu juga, di acara KEB 11 tahun ini juga dibagikan berlimpah kado dan hadiah kepada banyak peserta. Mulai hadiah bagi peserta yang duduk di kursi dengan tulisan “hoki” di bawahnya hingga para peserta yang bisa menjawab pertanyaan terkait acara dan KEB 11 tahun.

Acara pun ditutup pada pukul 4 sore dan tidak lupa semua peserta, panitia, hingga tamu berfoto bersama di depan restoran Bali Notes Terrace.

keb 11 tahun

Bagaimana? Sudah lebih mengenal Kumpulan Emak Blogger atau yang dikenal dengan KEB? Yuk mari bergabung dan berdaya bersama. Siapa saja bisa ikut kok!




Syukuran KEB 11 tahun didukung oleh Siberkreasi, Kominfo RI, INFINA, dan Bali Notes