Kenangan Si Merah: Dari Proletar Hingga Sekarang

15 komentar
“Aku liat koper kita yang ukuran medium udah pada ga layak semua. Satu yang Lojel roda udah getas dan berat banget, practically ga pernah digunain lagi sejak 2018. Satu lagi udah jelek retak dimana-mana. Tapi buat perjalanan pake mobil enak banget, bisa expandable terus muat banyak. Kita beli koper baru yuk buat gantiin yang Lojel!” Ajak saya beberapa minggu silam.

 

si merah

Formasi koper ala-kadarnya

Keluarga kami bukan model yang sering travelling kesana-kemari, jadi formasi koper kami pun rada pas-pasan. Pun, keuangan kami yang baru stabil beberapa tahun belakangan ini membuat kami juga tidak melakukan reformasi koper.

Koper yang kami gunakan saat berpergian ya koper-koper lama yang sudah rutin kami gunakan sebelum menikah. Saat menikah tahun 2014 hingga 2017 kami cuma memiliki dua koper.

si merah
Perjalanan Jombang - Yogya menggunakan KAI

Yang pertama adalah koper kain warna coklat merk Paviotti ukuran cabin (20”) punya saya yang sudah menemani sejak tahun 2009. Koper ini masih model jadul banget, lupakan roda double wheel 360o, koper ini masih dua roda maju-mundur saja haha. Penggunaannnya juga cenderung abusif, bahkan pernah menjadi koper kabin 11 kg (ups) akibat berisi dua bungkus salak bali saat perjalanan pesawat Bali - Jakarta pulang dari konferensi.

Kami menggunakan koper ini sampai resleting expandable dan bagian dalam yang untuk pembatas koper copot. Maklum lah, penggunaannya abusif. Karena sudah tidak layak lagi, akhirnya kami memberikan koper ini ke ART bulan April lalu karena suami yang hendak ke Prancis berniat membeli koper cabin disana saja. Bisa dapat Delsey lebih murah coy! 

Bayangkan, baru pensiun setelah 12 tahun pelayanan.

Yang kedua adalah koper hardcase warna oren jadul non-zipper super berat merk Lojel ukuran medium (24”). Sebut saja si oren. Karena modelnya jadul, jadi materialnya masih yang berat dan bulky banget, jadi cuma bisa diisi sedikit. Meski begitu, ini jadi koper bagasi yang paling bisa diandalkan. Namun dasar usia, setelah dibawa banyak perjalanan di 2018, roda koper ini getas dan karetnya patah satu per-satu. Alhasil koper ini mobilitasnya tidak enak sama sekali. Setelah tahun 2018 itu, koper ini tidak pernah digunakan kembali.

Sisanya kami menggunakan tas kain Miniso yang bisa dilipat dan dicantelkan di gagang koper untuk barang-barang tambahan kami. Sampai tas ini rusak saat dibawa suami Chiang Mai - Pattaya Oktober 2018.

Formasi koper kami baru bertambah saat perjalanan kami ke Singapura pada Desember 2017. Kami cuma pergi membawa 2 koper di atas beserta tas kain untuk membawa belanjaan saat pulang ke tanah air.

Namun, om suami yang melihat kami bawa tas kain lusuh malah prihatin haha. Akhirnya mendadak diberikan koper merah murah meriah ukuran medium agar barang-barang lebihan kami bisa dimasukkan ke koper tersebut. Sebut saja si merah. Maka bertambahlah formasi koper kami dan menjadi koper yang tidak pernah absen saat kami berpergian.

Formasi koper kami bertambah lagi saat suami hendak pergi ke Prancis, ia mendapatkan lungsuran koper ukuran besar (30”) Rimowa hitam. No comment lah sama si hitam ini. Pertama kali menggunakan koper borjuis, isinya malah takjub sama betapa ergonomis dan thoughtful desainnya. Mobilitasnya juga sudahlah, tidak usah dipertanyakan.

Saat melepaskan si koper merah pun tiba…

si merah

Loh, kan awalnya kami mau mengganti si oren, kok tiba-tiba malah si merah yang diganti? Padahal si merah ini masih berfungsi untuk perjalanan ke luar kota di Pulau Jawa menggunakan mobil.

Jadi begini, rencana awalnya kami hendak memberikan si oren ini ke orang lain, kemudian kami membeli koper hardcase non-zipper baru untuk menggantikan si oren. Bahkan saya mulai memikirkan merk apa untuk menggantikan koper lama. Karena koper besar Rimowa, koper kabin Delsey, jadi inginnya sih koper medium beda merek. Mungkin antara Lojel lagi atau Samsonite yang sekelasnya.
“Mendingan Samsonite atau Lojel ya? Ada yang punya testi atau komparasi dari keduanya?” Ketik saya di WAG ITBMH Jaktangsel.

Kemudian pikiran saya sempat lebih sadis, yakni membuang si oren! Pasalnya saat itu saya juga sedang memesan jasa Bberes (sekarang Jagatera) untuk mengeluarkan barang-barang tidak terpakai dari apartemen dahulu. Namun suami sangat berat hati. Dia masih ingin mereparasi koper ini. Seburuk-buruknya skenario ya memberikan si oren ini ke orang lain, ke saudara lebih tepatnya. Saya juga merasa agak sayang, mengingat ini Lojel dan cuma masalah roda saja. Kalaupun tukar si oren ya mendingan trade in, ada harganya.

Tiba-tiba teman saya di WAG ITBMH Jaktangsel ngetag saya soal info program Trade in koper dari Samsonite. Alhamdulillah rejeki, untung si oren belum dibuang!

Program Trade in Samsonite

si merah

Saya menonton Reels dari akun @jktgo. Tertulis bahwa hanya dengan menukarkan koper, kita bisa membeli Samsonite tipe Niar, Enwrap, dan Volant dengan potongan 40%. Kabarnya ini adalah kerjasama dengan WWF yang akan mendaur ulang bahan polycarbonate dari koper yang ditukarkan.

Potongannya besar banget untuk ukuran Samsonite, sampai hampir setengah harga. Saya anaknya suuzon, jadi mau mastiin dulu dengan cara DM ke IG @samsonite_indonesia. Ternyata promonya tidak fishy, murni potongan 40% dengan membawa koper hardcase lama ukuran apapun, merk apapun, dan KONDISI APAPUN.

Mengetahui ketentuan MERK APAPUN dan KONDISI APAPUN, yang awalnya mau menukarkan si oren malah berpindah hati untuk menukarkan si merah. Saat mau menukarkan si merah, saya tentu biasa saja. Namanya juga mau beli koper baru yang lebih bagus dan fungsional. Namun tiba-tiba anak sulung saya minta untuk berfoto bersama si merah dengan tatapan agak sendu.

Kenangan si Koper Merah

si merah
Super early flight JKT - SUB

Ternyata dia mellow. Perlu diketahui sebelumnya, si sulung memang anaknya sensitif, rada hoarder karena dia tipe sulit melepaskan barang, hehe.

Saat menatap si sulung bersama si merah dari layar ponsel, sejenak saya tertegun, mengingat perjalanan-perjalanan ke luar kota kami yang 90% dilakukan bersama si merah.

Si merah menemani perjalanan kami dari jaman masih proletar (baca: masih residensi) hingga perekonomian cukup stabil. Mulai dari perjalanan darat, udara, hingga laut. Perjalanan dalam negeri hingga luar negeri.

Meskipun murah meriah, koper ini enak banget karena super ringan dan bervolume besar karena bisa expandable. Otomatis koper ini menjadi koper wajib bawa di setiap perjalanan keluar kota kami.

Mulai dari traveliving 2018, yakni rentetan perjalanan saya, suami, dan anak sulung kami keluar kota dengan durasi satu bulan di tiap kotanya. Sudah jelas bawaan bertiga dengan balita untuk waktu sebulan cukup banyak. Dengan menggulung pakaian seperti metode konmari, kami bisa hanya membawa tiga koper saja saat traveliving dan itu sudah termasuk beberapa buku dan mainan si sulung.

Kami melakukan traveliving pada tahun 2018 karena sepanjang tahun itu beberapa kali suami saya harus melakukan stase luar kota di tahun keempatnya sebagai residensi bedah tulang. Mumpung Hasan belum sekolah dan agar tidak terpisah terlalu lama, kami mengusahakan agar kami tetap bisa bareng-bareng saat suami mendapatkan jatah residensi luar kota tersebut.

Sekalian jalan-jalan juga donk, sebulan gitu, bisa dapat banyak haha.

Setelah 2018, perjalanan keluar kota kami terhenti akibat pandemi. Setelah pandemi agak mereda sedikit. Barulah kami pelan-pelan melakukan perjalanan keluar kota kembali. Pada saat menggunakan si merah kembali, anggota keluarga kami dari yang hanya bertiga kini membengkak menjadi berlima!

Saat sudah berlima, memang paling enak membawa si merah turut serta. Misalnya saat perjalanan kami ke Solo-Semarang Juli lalu selama 4 hari 3 malam, kami hanya membawa si merah dan satu tas kain. Terakhir saat kami ke Bandung September ini dengan durasi menginap yang sama, kami hanya membawa si merah saja bahkan! Sisanya tentengan-tentengan kecil yang berisi ransum.

si merah
Solo, 2022

Si merah juga sudah menempuh perjalanan darat, laut, dan udara.

Salah satu perjalan udara berkesan saat kami bertiga traveliving ke Chiang Mai tahun 2018. Pasalnya, kami tidak hanya membawa baju, mainan, dan buku Hasan saja, tetapi juga peralatan masak dan ransum dasar! Kami sampai membawa kompor listrik, panci, happy call, pisau, hingga piring dan alat makan. Untuk ransum dasar kami membawa beras sedikit, frozen nugget, bumbu basah, bumbu kering, hingga garam-gula.

Maklum, kami hanya menginap di penginapan yang tidak ada dapur. Sebagai sarana berhemat tentu akan lebih untung dan mudah jika memasak sendiri.

si merah
Flight JKT - BKK - CNX


Saat ke Chiang Mai, kami hanya membawa 3 koper. Koper jadul besar pinjaman yang berisi seluruh baju kami, peralatan masak dan ransum di si merah, serta barang tambahan di koper kabin. Saat pulang, komper listrik kami tinggalkan. Sebagai gantinya, si merah berisi barang jastipan Thailand saya haha.

Si merah juga menjadi koper pilihan kami saat berwisata ke Pulau Tidung selama dua hari satu malam bersama keluarga besar. Sebenarnya secara ukuran si oren lebih enak dibawa. Namun mengingat bobotnya yang berat, akhirnya kami memilih si merah. Kami bakal naik-turun kapal, pasti kami berusaha membawa koper yang enak diangkut.

Perpisahan akhirnya tiba

Dimana ada pertemuan, disana ada perpisahan. Si sulung yang sedari sampai di toko geret-geret si merah terus, kini harus menyerahkan ke pegawai toko. Setelah si merah dicek sudah kosong dan saya sendiri mengecek koper baru (Let's call it si glossy), serah terima pun terjadi.

Terima kasih si merah telah, menemani perjalanan-perjalanan keluarga kami. Meski kehadirannya sangat singkat, yakni cuma 5 tahun, namun pengalaman yang diberikan cukup berkesan dan memuaskan.

si merah

Si merah, you've done your job well. Happy Good recycle!


4 Tips Anti Ponsel Lowbat di Tengah Jalan

15 komentar
“Aduh, mau foto sama ambil video banyak tapi batere udah merah,” ujar saya saat berkunjung ke Lembang Park Zoo tempo hari.

Saya punya kebiasaan buruk dengan ponsel yang terjadi hampir tiap pergi: ponsel lowbat. Mungkin 70% setiap mau pergi, saya selalu membawa ponsel dalam keadaan baterai di bawah 30%.

anti ponsel lowbat

“Makanya kalau mau pergi itu HP malamnya sudah di cas penuh!” Ujar suami acap kali melihat kebiasaan saya bawa ponsel lowbat

Kadangkala saya cukup sadar bahwa ponsel dalam keadaan lowbat saat hendak pergi. Saya pun segera mengecasnya. Cas setengah jam juga sudah lumayan bukan?

Sayangnya, tiap saya mengecas ponsel saat sebelum pergi, 90% saya kelupaan mencabut dan membawanya pergi. Probabilitas yang tinggi ini lah yang membuat saya mengambil opsi lebih baik membawa ponsel lowbat ketimbang tidak bawa sama sekali.

Sebagai seorang blogger musiman, pegiat literasi digital masa kini juga tukang sharing instagram, bawa ponsel lowbat itu ga enak banget. Bikin ga bisa ambil foto dan video bagus. Yang mau live streaming juga tidak bisa. Bawaannya ponsel banyak dibiarkan di dalam tas supaya jika suatu saat ada kedaruratan, saya masih bisa mengakses ponsel untuk kebutuhan tertentu.

Bertahun-tahun lewat, saya belum bisa sepenuhnya menghilangkan kebiasaan membawa ponsel lowbat. Kalian jangan ikut-ikutan saya deh. Supaya ga ikut-ikutan, ini ada beberapa tips anti ponsel lowbat di tengah jalan supaya kegiatan ngonten tidak terganggu.

Check this out!

1. Cas Ponsel penuh sebelum keluar rumah

I know, ini memang tips anti ponsel lowbat paling klasik, sekaligus saran yang masih belum bisa saya amalkan sampai sekarang hehe. Tapi mengecas ponsel penuh sebelum keluar rumah itu harusnya dijadikan kebiasaan. Buktinya suami saya selalu begitu. Kayaknya dia tidak pernah mengeluh bawa ponsel lowbat.

Suami biasa mengecas ponsel di malam hari saat hendak tidur. Kalau kamu punya head colokan yang ada timer akan lebih baik karena bisa mengatur waktu arus listrik dialirkan sehingga mengurangi risiko overcharge.

Tips mengecas ponsel penuh sebelum keluar rumah ini adalah saran paling mudah dan paling tidak repot karena membuat kita tidak perlu mengerjakan saran-saran setelah ini jika hanya bepergian tidak seharian banget.

2. Bawa Powerbank

Saya lihat tips anti ponsel lowbat kedua ini termasuk yang paling populer. Namun tidak bagi saya.

Bawa powerbank bagi saya yang tipe ringkas ini malesin banget. Powerbank yang dayanya besar berat, sementara powerbank ringan dayanya rendah. Mungkin hanya sekali cas saja.

Barangkali tips anti ponsel lowbat di tengah jalan ini lebih cocok bagi yang hendak bepergian dalam waktu lama dan rentan tidak menemukan stop kontak. Misalnya berpergian ke alam liar atau mau naik pesawat ke Amerika (eh).

Ya pokoknya tips anti ponsel lowbat di tengah jalan ini merupakan tahap yang paling saya hindari.

3. Bawa 1 set casan (kabel dan adaptor)

Alih-alih bawa powerbank kemana-mana, saya lebih nyaman untuk mengerjakan tips anti ponsellowbat di tengah jalan yang ini. Bawa 1 set casan jauh jauh jauh lebih ringan ketimbang bawa powerbank di tas.

Memang pada akhirnya akan ketergantungan mencari stop kontak. Namun berdasarkan pengalaman saya mobilisasi, membawa 1 set casan ini sangat membantu dalam menjaga daya ponsel saya tanpa harus kerepotan. Soalnya biasanya tempat-tempat mampir saya di dalam ruangan juga yang gampang stop kontaknya. Selain itu, mayoritas mobilisasi saya biasanya naik mobil sehingga membawa 1 set casan ini juga sangat feasible karena…

4. Siapkan kabel casan di mobil

anti-ponsel-lowbat

Betul! Saya bisa mengecas ponsel saya di mobil. 90% mobilisasi saya belakangan ini menggunakan mobil pribadi. Rata-rata perjalanan sekitar setengah jam, jadi lumayan lah kan cas setengah jam. Nanti pas balik ke rumah naik mobil lagi dan bisa cas lagi.

Sebelum judgemental, saya ibu rumah tangga yang notabene pergerakannya seputar belanja dan antar-jemput anak. Jadi jelas lebih efisien, mudah, dan nyaman bepergian pakai mobil. Selain bisa tektok, biasanya saya bawa sekompi di mobil. Tentu lebih nyaman pakai mobil pribadi.

Gunakan kabel casan yang terpercaya

anti ponsel lowbat

Demi menyelamatkan saya dari kebiasaan buruk lupa mengecas ponsel malam sebelumnya, kini saya menyediakan kabel casan yang selalu tinggal di mobil. Menurut saya, cara ini sangat efektif. Beberapa kali saya mempraktekkan tips anti ponsel lowbat di tengah jalan dengan membawa 1 set casan, beberapa kali juga saya kelupaan bawa. Atau saat tiba di rumah dan hendak mengecas, eh casannya tinggal di mobil. Pun, jika saya berniat mempraktekkan tips anti HP lowbat di tengah jalan ketiga, saya tinggal membawa kepala charger saja di tas.

Masalahnya, dengan meninggalkan kabel casan iPhone di mobil, artinya saya harus punya kabel casan lebih dari dua. Beli kabel casan iPhone langsung di tokonya pun sudah jadi rahasia umum, mahal banget.

Kini saya tidak usah bingung lagi mencari kabel casan iPhone. Saya coba menggunakan kabel USB to Lightning Cable keluaran Lindy. Berhubung produk ini belum pernah saya dengar sebelumnya, saya sedikit skeptis dengan performanya. Maklum, barang-barang keluaran Apple itu terkenal rewel banget. Pakai aksesoris bukan keluaran dia suka ga kedeteksi lah, ga berfungsi lah, dan lain sebagainya.

Contohnya saja, tiap saya mencolok iPhone ke laptop Windows saya, kadang kedeteksi, kadang tidak. Hehehe.

Ternyata kabel iPhone keluaran Lindy ini surprisingly bagus banget! Memang sepertinya didesain untuk kebutuhan gawai keluaran Apple. Saya pakai yang panjang 2 meter, padahal kabel resmi Apple biasanya sekitar 1.5 m saja. Alhasil enak banget dipakai di mobil. Saya bisa menaruh iPhone saya sembari di cas di saku laci mobil di sebelah kanan kemudi.

anti ponsel lowbat

Nah, pengalaman saya pakai kabel (agak) abal-abal buat iPhone saya adalah tidak terdeteksi di radio mobil saya, atau kadang terdeteksi kadang tidak. Pakai kabel iPhone keluaran Lindy berfungsi 100 persen! Terdeteksi di radio dan juga daya iPhone ikutan bertambah.

Sekarang mau koleksi kabel USB to Lightning Cable tidak usah pakai mahal lagi. Lumayan kan bisa stok satu di mobil, satu di tas, dan satu cadangan di rumah. 

Say goodbye to low battery iPhone!

Kesetaraan OYPMK di Momen Kemerdekaan Ini

18 komentar
Apa yang terbayang di benakmu jika mendengar penyakit kusta? Penyandang kusta? Saatnya mengakui kesetaraan OYPMK!

“Uhh, penyakit kampung, ga mau dekat-dekat ah. Takut menular.” Begitu kata sebagian besar masyarakat

kesetaraan oypmk

Faktanya, meski kita merasakan semangat kemerdekaan membuncah di benak pada bulan Agustus, Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYMPK) masih merasa terkekang dan terdiskriminasi. Sebagian besar dari kita banyak menganggap remeh OYPMK. Pun, topik tentang kusta ini terkesan tidak menarik untuk dibahas. Selain mendapat perlakuan kurang enak di tengah masyarakat, OYPMK juga kerap  sulit mendapat perkerjaan di perusahaan. Mereka mendapatkan stigma tidak enak, padahal OYPMK yang sudah mengalami pengobatan teratur dan sudah sembuh tidak ada bedanya dengan orang biasa, mereka bisa berfungsi maksimal layaknya orang normal.

OYPMK memang dikategorikan sebagai difabel karena karakteristik dari penyakit kusta itu sendiri yang membuat bagian tubuh diamputasi jika tidak ditangani lebih awal dan tuntas. Namun, jika OYPMK berobat dini dan menyelesaikan medikasi hingga tuntas tanpa ada bagian tubuh yang harus diamputasi, mereka termasuk OYPMK yang bukan difabel.

Untuk menjawab ketimpangan stigma ini, KBR mengadakan talkshow yang bertajuk “Makna Kemerdekaan bagi OYPMK, Seperti Apa?” dengan dua narasumber yang hebat dan dimoderatori oleh Rizal Wijaya. Diharapkan talkshow ini menjadi sarana edukasi kusta bagi masyarakat luas.

Narasumber pertama adalah Dr. Mimi Mariani Lusli yang merupakan direktur Mimi Instutute. Keadaannya yang tunanetra tidak menghalangi Dr. Mimi untuk meraih mimpinya. Beliau menyandang dua gelar master dari Universitas Indonesia dan University of Leeds. Berawal dari keprihatinannya terhadap anak-anak tunanetra yang memiliki keterbatasan kesempatan, ia mendirikan Mimi Institute pada tahun 2009. Lembaga ini merupakan badan konseling bagi difabel yang juga mensosialisasikan isu kecacatan kepada masyarakat umum agar anak-anak berkebutuhan khusus tidak mendapat perlakuan diskriminasi.

kesetaraan oypmk
Sumber: Mimi Institute

Narasumber berikutnya tidak kalah hebat adalah Marsinah Dhedhe, OYMPK yang juga merupakan aktivis wanita dan difabel. Ia sudah mengalami disabilitas sebelum terkena bakteri kusta, Mycobacterium leprae.

Perempuan yang akrab disapa Dhedhe ini membagikan kisahnya yang membuat pendengar trenyuh. Saat ia terinfeksi bakteri kusta, Dhedhe rutin berobat dengan mendapatkan suntikan tiap hari Jumat. Namum semesta sempat kurang berpihak padanya. Ia mendapat perlakuan diskriminasi dari sekolah akibat sang guru memintanya untuk pulang. Mungkin, Dhedhe adalah salah satu OYPMK yang beruntung karena memiliki support system yang mendukung. Akibat perlakuan kurang menyenangkan ini, sang ayah datang ke sekolah untuk mengecam perlakuan sekolah, bahkan sampai membawa senjata!

Tidak ingin OYPMK merasakah hal yang sama seperti yang ia rasakan, Dhedhe semangat untuk mengkampanyekan kesetaraan OYPMK kepada  masyarakat untuk mengubah stigma negatif ini.

OYPMK di mata hukum

kesetaraan oypmk

Ternyata, kesetaraan OYPMK juga dipayungi oleh hukum agar mereka tidak mendapat perlakuan diskriminasi di tempat kerja. Perusahaan setidaknya  harus menerima pegawai dengan disabilitias minimal sebesar 2%. Hal ini sesuai dengan yang tertuang di Undang-undang Nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas yang berbunyi:

Pasal 53 ayat 1:
Pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, dan BUMD wajib memperkerjakan penyandang disabilitas paling sedikit 2 persen dari jumlah pegawai atau pekerja.

Pasal 53 ayat 2:
Perusahaan swasta wajib memperkerjakan paling sedikit 1 persen penyandang disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja.

Dengan demikian, jika OYPMK dan penyandang disabilitas lainnya dapat mengadukan ke lembaga hukum jika mendapat perlakuan diskriminasi dari perusahaan tempat mereka bekerja.

Kamu OYPMK? Jangan khawatir!

kesetaraan oypmk

OYPMK tidak perlu minder dan berkecil hati karena penyakit kusta bukanlah kutukan. Bakteri kusta layaknya bakteri lain, jika diobati dengan telaten, maka akan sembuh. OYPMK mungkin pede dengan keadaannya, namun tidak dengan keadaan sekitar. Beberapa hal yang bisa OYPMK lakukan saat sudah sembuh agar mendapatkan kesetaraan OYPMK:

1. Keluarga menjadi support system utama

Dhedhe menjelaskan bahwa rasa percaya diri adalah hal yang paling penting dimiliki untuk mendapatkan kesetaraan OYPMK. Keluarga sebagai support system utama juga harus saling menguatkan. Dari keluarga pula OYPMK semakin berani untuk menghadapi dunia yang diskriminatif.

2. Bersosialisi dengan masyarakat

Stigma negatif terhadap OYPMK memang masih tidak dapat dihindari. Mau tidak mau, OYPMK lah yang harus mendekati masyarakat. Speak up, memberikan pengertian serta edukasi kepada masyarakat dengan gencar. Buktikan kalau kesetaraan OYPMK itu harus dinormalisasi di masyarakat umum.

Komunitas kusta masih berjumlah sedikit, namun jika saling bahu-membahu dan aktif menyuarakan tentang kusta, diharapkan bentuk diskriminasi masyarakat luas terhadap OYPMK dan difabel berkurang sehingga lebih melibatkan mereka di berbagai sendi kehidupan.

3. Afirmasi positif di tempat kerja

Meski ada testimoni OYPMK yang memiliki cerita positif di tempat kerjanya, ternyata masih ada OYPMK yang tidak seberuntung itu. Pak Irwan dari Makassar menuturkan kisah OYPMK di lingkungannya yang banyak mendapatkan tekanan mental bahkan berujung depresi akibat mereka tidak dapat berkerja kembali menghidupi keluarganya.

Seharusnya bulan kemerdekaan ini menjadi momen mendapatkan kesetaraan OYPMK agar semakin giat berkarya tanpa ada hambatan akibat stigma negatif kusta yang melekat. Pun, kita sebagai masyarakat yang sadar harus membantu menghilangkan stigma negatif kepada OYPMK tersebut.

4. Mengutamakan pendidikan

Banyak OYPMK yang menarik diri dari sendi kehidupan seperti berhenti menempuh pendidikan saat didiagnosa terinfeksi bakteri kusta. Padahal, kemungkinan kusta menular SANGAT SULIT. Pun, saat sudah sembuh total pun para OYPMK banyak yang menerima perlakuan tidak adil.

Stigma negatif OYPMK berhenti di kamu

Sudah saatnya OYPMK hidup dengan normal layaknya manusia biasanya. Tidak ada yang salah dengan OYPMK, yang berbeda hanya mereka pernah terinfeksi oleh bakteri kusta. Tidak ada alasan untuk menjauhi mereka. Sulit sekali tertular kusta dari mereka, apalagi jika sudah sembuh total.

Mari maknai momen kemerdekaan ini sebagai kemerdekaan dan kesetaraan OYPMK untuk terus berkarya, bersosialisasi, dan menempuh pendidikan dengan layak.

Interaksi di Metaverse sebagai Literasi Digital Masa Kini

38 komentar
“Hah, kok bisa itu Wade Watts sekolahnya di OASIS, pestanya juga di OASIS. Bahkan banyak yang bisa cari duit dari sana.” ujar saya dalam hati saat menonton Ready Steady One beberapa tahun lalu.

Ready Steady One adalah sebuah film distopik futuristik besutan sutradara spesialis film sci-fi, Steven Spielberg, yang memprediksi literasi digital masa kini. Film ini adalah adaptasi dari sebuah buku berjudul sama karya Ernest Cline yang diterbitkan pada tahun 2011.

Wade Watts adalah seorang bocah payah yang menghabiskan sebagian besar waktunya di dunia metaverse OASIS karena dunia nyata sedang dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Kemiskinan merata hingga polusi udara sampai tingkat yang membahayakan. OASIS sendiri menawarkan dunia metaverse yang sangat lengkap, mulai dari sekolah, interaksi sosial, mencari nafkah, hingga berbisnis.

Saya yang menonton pada tahun 2020 saja merasa surealistik skeptis sama prediksi Ernest Cline, apalagi pembaca bukunya di tahun 2011?

Tapi ternyata prediksi Ernest Cline ini semakin mendekati kenyataan.

literasi digital masa kini

Mengenal Metaverse, (calon) dunia paralel baru

Layaknya dunia nyata, metaverse merupakan ruang digital yang memiliki dunianya sendiri. Metaverse adalah dunia 3 dimensi seperti dunia maya yang dilebur ke dalam dunia virtual. Diperlukan dukungan seluruh indera manusia ke akses virtual untuk merasakan dunia metaverse menjadi lebih nyata. Hingga sekarang, kita baru dapat mengakses metaverse melalui dua indera: penglihatan dengan menggunakan kacamata dan pendengaran dengan menggunakan perangkat jenama (headphone).

Bukan tidak mungkin beberapa tahun hingga dekade ke depan manusia dapat mengakses metaverse menggunakan kelima indera.

Layaknya di dunia nyata, kita juga dapat melakukan banyak hal di metaverse. Mulai dari berteman, menghadiri acara konser virtual, hingga jual beli dengan menggunakan uang digital. Pasti belakangan ini kamu pernah mendengar tentang real estate dan karya seni virtual yang dijual? Memahami literasi digital masa kini adalah langkah agar lebih siap masuk ke dunia metaverse.

Dipicu oleh Pandemi

Tidak bisa dipungkiri, perkembangan metaverse berada di puncaknya saat pandemi melanda. Lebih dari 92% responden menjawab hal serupa seperti survei yang dilakukan oleh Statista pada tahun 2022.

Pandemi Covid-19 yang mulai melanda di tahun 2020 menyebabkan banyak sekolah memberlakukan Study from Home (SFH) dan kantor memberlakukan Work From Home (WFH). Dari yang awalnya hanya mengandalkan aplikasi video conference seperti Zoom, Google Meet dan Microsoft Teams, kini mulai banyak aplikasi di internet yang memfasilitasi pertemuan secara daring yang membuat sensasinya terasa lebih nyata ketimbang hanya menonton pembicara dan bercakap-cakap saja.

Beberapa bulan lalu, komunitas dimana saya salah satu anggotanya diundang untuk mengisi acara konferensi bertajuk “International Adolescent Health Week” yang diadakan oleh salah satu universitas di Indonesia. Uniknya, acara tersebut diselenggarakan secara virtual tapi bukan menggunakan salah satu dari 3 platform yang saya sebut di atas, m

literasi digital masa kini

Layaknya bermain game RPG, di platform tersebut kita dapat membuat karakter sendiri. Para peserta yang mendaftar akan diberikan link dan akses untuk mengakses ruangan virtual yang telah didesain oleh panitia. JIka karakter kita kebetulan berpapasan dengan karakter lain, maka kita bisa saling melihat wajah yang terekam via kamera gawai masing-masing. Tidak hanya melihat saja, tapi kita juga dapat bercakap-cakap.

Ya, layaknya dunia nyata, kita hanya bisa berbicara dengan orang yang kebetulan berpapasan saja. Kehadiran aplikasi-aplikasi metaverse semacam ini membuat kehadiran di acara virtual terasa lebih nyata.

Saat hanya menggunakan 3 platform virtual dasar seperti Zoom, Google Meet, dan Microsoft Teams, terasa butuhnya fast internet provider karena pertukaran data akibat adanya video dan suara akan semakin besar. Tidak kebayang saya fast internet provider macam apa yang dibutuhkan untuk menyamai akses ke OASIS seperti yang ada di Ready Steady One.

Fast internet provider sebagai sarana literasi digital masa kini

literasi digital masa kini

Sebelum muluk-muluk memikirkan fast internet provider mana yang bisa memberikan akses internet ke OASIS, mungkin setidaknya kita bisa memilih fast internet provider yang sudah ada di Indonesia saat ini sebagai sarana meningkatkan literasi digital masa kini.

Saya sudah menjadi pelanggan IndiHome dari Telkom Group belasan tahun lamanya. Dengan luasnya wilayah Indonesia, keterandalan jaringan internet tidak hanya berdasarkan fast internet provider saja, tapi juga keterjangkauannya hingga ke pelosok daerah. Bukan sebuah rahasia kalau IndiHome menyediakan jaringan internet hingga ke pelosok daerah sehingga membantu literasi digital masa kini masyarakat yang ada di pelosok.

Indihome sebagai fast internet provider menyediakan kecepatan jaringan dari 10 Mbps hingga 300 Mbps dengan harga sangat terjangkau.

Metaverse tidak akan menggantikan dunia nyata

literasi digital masa kini

Setelah mengetahui kenyataan Metaverse yang sangat nyata, akankah interaksi metaverse akan menggantikan interaksi di dunia nyata?

Tenang saja, mudah-mudahan tidak ya!

Pasalnya, berinteraksi dengan keadaan saling berhadapan adalah sebuah kebutuhan dasar manusia.

Jika para musisi terpaksa konser virtual akibat pandemi, sekarang jadwal konser di dunia nyata sudah saling sambung-menyambung seperti gerbong kereta api yang tak ada habisnya.

Sebagai contoh, kegemaran saya mendatangi konferensi ilmiah bukan cuma mempublikasi jurnal dan mempresentasikannya. Coffee break adalah salah satu waktu yang saya tunggu-tunggu di konferensi karena saya bisa “pedekate” dengan orang baru dengan memulai dari topik presentasinya sebagai pemantik awal basa-basi.

Ini menunjukkan bahwa metaverse sama sekali tidak dapat menggantikan dunia nyata seperti yang ada di novel/film Ready Steady One. Untuk sekarang, keberadaan metaverse seperti pelengkap dunia nyata atau bahkan “cadangan” jika banyak hal tidak mampu dilakukan seperti puncak masa pandemi tahun lalu.

Namun itu mungkin karena keadaan dunia nyata sekarang masih jauh lebih baik ketimbang di Ready Steady One. Jika dunia semakin buruk? Bukan tidak mungkin kehadiran metaverse bagaikan dunia utama layaknya di OASIS.


Namun mari berharap agar hal tersebut tidak terjadi!

Rekomendasi Hotel di Solo untuk Keluarga dengan Family Suite

25 komentar
Apa saja Rekomendasi Hotel di Solo untuk keluarga dengan family suite?

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga

Meski ini kali keduanya kami wisata ke Solo, jujur saja, pertengahan tahun 2022 ini adalah pertama kalinya kami jalan-jalan ke luar kota berlima yang harus menginap di hotel. Sebenarnya pernah sih menginap di penginapan saat di luar kota, tapi biasanya bersama keluarga besar.

Terakhir berhotel sendiri adalah pada tahun 2019, dimana kami melakukan traveliving saat baru bertiga. Hanya saya, suami, dan si sulung saja. Saat itu kami tidak ambil pusing saat memesan hotel. Mau dapat kasur twin? Tidak masalah. Kasur cuma ukuran Queen? Juga tidak masalah.

Berbeda dengan sekarang, kami sudah berlima dan artinya tidak bisa segampang itu memutuskan menginap di hotel mana. Kami harus memilih kamar yang bisa kami tiduri berlima dengan harga semurah-murahnya.

Opsi paling gampang sebenarnya memesan kamar di hotel mana pun kemudian memesan extra bed. Namun, pilihan tidak semudah itu Ferguso! Hotel budget tidak menyediakan extra bed. Pun, memesan Extra bed di kamar biasa hotel non-budget membuat pembengkakan budget signifikan. Selain itu, untuk mengetahui harga per malam termasuk memesan extra bed harus menghubungi dahulu hotel terkait. Artinya, kita tidak bisa menyortir harga dari awal. Harus repot-repot dulu japri hotel!

Dalam prioritas pemilihan tempat menginap, kami biasanya menetapkan range harga terlebih dahulu. Setelah hotel dengan range harga yang ditentukan sudah ditetapkan, selanjutnya tinggal menimbang mana pilihan yang paling baik berdasarkan fasilitas, lokasi, hingga ulasan penginap lainnya.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka memilih kamar hotel dengan harga terbaik tanpa memperhitungkan extra bed adalah opsi paling cepat dan taktis. Berawal dari kerumitan dalam memilih hotel, maka saya pun menulis rekomendasi hotel keluarga di Solo ini agar banyak keluarga yang terbantu dan tidak bingung seperti saya.

Jika kamu adalah keluarga dengan minimal 3 anak dan menginginkan rekomendasi hotel di solo untuk keluarga dengan family suite, simak daftarnya di bawah ini!

1. Aston Solo

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga
Sumber: Aston Solo

Rekomendasi hotel di Solo untuk keluarga dengan family suite yang hampir kami pesan adalah Aston Solo. Hotel ini berlokasi di pusat kota, yakni di Jalan Slamet Riyadi yang merupakan lokasi CFD di Kota Solo. Posisinya yang di tengah kota membuat kita dengan mudah menjangkau tempat wisata dan kuliner di Kota Solo dengan mudah. Di Depan hotel membentang trotoar luas sehingga enak untuk berjalan kaki. Hotel Aston Solo ini terkoneksi dengan sebuah pusat perbelanjaan tua. Parkir bisa cukup susah dan dikenai biaya jika menggunakan jasa valet.

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga
Hasan 4 tahun lalu, Jl. Slamet Riyadi

Fasilitas Aston Solo cukup lengkap seperti sudah memiliki kolam renang sehingga cocok bagi keluarga yang ingin berenang saat liburan. Kamar berukuran 30 m2 ini menyediakan satu kasur ukuran queen (160x200) dan satu kasur single. Untuk keluarga dengan anak 3 masih bisa meski agak desak-desakan dan tidak disarankan dengan anak lebih dari itu.

Konon katanya, bagi kamu yang sensitif dengan yang “halus-halus” tidak disarankan untuk menginap di sini. Aston Solo dibangun dari mall yang dulu pernah kebakaran akibat kerusuhan tahu 1998. Beberapa orang mengatakan pernah melihat pemandangan “halus-halus” yang tidak diharapkan hihi. Tapi bagi kamu yang tidak sensitif dan tidak peduli sih hajar saja, soalnya Aston Solo ini salah satu hotel Solo dengan Family suite termurah dan terlengkap fasilitasnya.

Alamat: Jl. Slamet Riyadi No.373, Sondakan, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57147
Telp: (0271) 7882000
Harga Family Suite: Mulai dari Rp 710 ribu

2. The Alana Hotel

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga
Sumber: Alana Hotel

Rekomendasi hotel di Solo untuk keluarga dengan Family Suite yang pernah kami coba adalah The Alana Hotel. Lokasinya sedikit di pinggir luar kota Solo, yakni di area Colomadu. Salah satu tempat wisata terdekat dari hotel ini adalah de Tjolomadu, bangunan bekas pabrik gula terbesar di Indonesia yang dibangun sejak tahun 1862. Pemerintah melakukan restorasi di pabrik gula ini dan menyulapnya menjadi museum. Posisi The Alana Hotel yang berada di utara mungkin sedikit kurang menguntungkan jika ingin mengunjungi magnet kuliner di Kota Solo yang banyak berada di area pusat dan selatan. Terlebih harus berdamai dengan tata lalu lintas Kota Solo yang memiliki titik lampu merah yang sangat banyak dengan waktu lampu hijau sebentar.

Fasilitas The Alana Hotel sangat lengkap karena menyediakan kolam renang dan convention center yang sering dijadikan tempat melangsungkan acara pernikahan. Parkiran di hotel ini cukup banyak, sampai 3 lantai basement. Namun, penginap akan agak susah mencari parkiran saat ada yang melangsungkan acara di convention center.

Kamar hotel yang disediakan juga berukuran luas, yakni sebesar 29 m2 dengan satu kasur ukuran super king (200x200) dan satu kasur single (100x200). Dengan ukuran kasur yang teramat luas, tidur di kamar ini bagi kami sekeluarga dengan tiga anak cukup lega! Suami tidur di kasur single dan saya serta 3 anak di kasur super king tanpa desak-desakan. Kamar mandinya juga cukup luas, lho.

Alamat: Jl. Adi Sucipto, Colomadu, Karanganyar, Kec. Colomadu, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57174
Telepon: (0271) 7451555
Harga Family suite: Mulai dari Rp 780 ribu

3. Amaris Sriwedari

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga
Sumber: Amaris Hotel

Tidak ada Rekomendasi hotel di Solo dengan Family Suite yang memiliki lokasi terbaik dan harga termurah selain Amaris Sriwedari! Namun, booking family suite ini tidak mudah, lho. Kenapa?

Hotel Amaris Sriwedari berlokasi di jantung Kota Solo. Kamu bisa mengunjungi berbagai tempat wisata Solo mulai dari Tumurun Private Museum, CFD, Taman Sriwedari, Museum Radya Pustaka, dan banyak lainnya dengan hanya berjalan kaki.

Amaris Sriwedari adalah hotel bintang 2, jadi jangan harap fasilitas ekstra seperti kolam renang. Kamar family suite berukuran 22 m2 menyediakan satu kasur king dan satu kasur single. Lumayan bisa tidur agak lega jika kamu keluarga dengan anak tiga. Hotel Amaris Sriwedari ini cocok bagi keluarga yang banyak menghabiskan waktu di luar dan memusatkan kamar hotel hanya untuk beristirahat. Pasalnya, kamar dengan ukuran tidak terlalu besar dan memiliki jendela yang kecil ini tidak begitu nyaman ditempati jika ingin berlama-lama di kamar. Anak pun jadi kurang betah.

Jalan di depan Amaris Sriwedari ini cukup kecil. Parkirannya pun juga sedikit sehingga butuh usaha untuk penginap saat mencari parkir. Melihat posisinya yang sangat strategis dengan ketersediaan kamar yang sangat terbatas, jangan harap kamu bisa membooking family room di Amaris Sriwedari jika tidak jauh-jauh hari, terutama saat akhir pekan.

Alamat: Jl. Kebangkitan Nasional No.24, Sriwedari, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57141
Telepon: (0271) 7461627
Harga Family Suite: Mulai dari Rp 420.000

5. Novotel Solo

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga
Sumber: Accor hotels

Rekomendasi hotel di Solo untuk keluarga dengan Family Suite berikutnya adalah Hotel Novotel Solo yang berlokasi tepat di simpang jalan Slamet Riyadi dan jalan Gadjah Mada. Kamu sekeluarga bisa dengan mudah mengikuti CFD pada akhir pekan karena posisinya yang berada di depan jalan CFD. Lokasinya juga termasuk di pusat kota sehingga akan mudah mengunjungi keraton, museum, dan berbagai spot jajanan di Kota Solo.

Meski gedung Novotel Solo sudah cukup tua, fasilitasnya cukup lengkap termasuk kolam renang. Kamar hotel family suite menempati area sebesar 32 m2 untuk satu kasur ukuran single dan satu kasur ukuran double. Kamu bisa juga memesan family suite dengan tipe 3 kasur single. Parkirannya juga cukup banyak kok.

Alamat: Jl. Slamet Riyadi No.272, Timuran, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57141
Telepon: (0271) 724555
Harga Family Suite: Mulai dari Rp 707 ribu

6. Solo Paragon Hotel

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga
Sumber: Solo Paragon Hotel

Solo Paragon berlokasi tepat di atas Paragon Mall sehingga kamu akan dengan mudah mencari restoran dan berbelanja kebutuhan sehari-hari. Hotel Solo Paragon ini menjadi salah satu rekomendasi hotel di Solo untuk keluarga dengan family suite karena ukurannya sangat luas.

Solo Paragon Hotel sejatinya adalah apartemen yang juga dibuka untuk sewa harian seperti hotel. Karena berbentuk seperti apartemen, Solo Paragon cocok bagi kamu dengan anggota keluarga besar yang hendak menginap dengan jangka waktu lama karena tersedia pantry yang lebih lengkap ketimbang hotel lainnya.

Kamar family suite juga sangat luas berbentuk 2 kamar tidur dengan ruang tamu terpisah. Kamar family suite pertama menempati lahan seluas 58 m2 dengan satu kasur double dan satu kasur single. Kamar family suite lainnya menempati lahan lebih luas lagi, yakni seluas 78 m2 yang terdiri dari satu kasur double dan dua kasur single atau bisa hingga 4 orang dewasa!

Karena Solo Paragon Hotel berlokasi di gedung yang sama seperti Solo Paragon Mall, mencari parkiran juga tidak akan sulit.

Alamat: Jl. Dr. Sutomo, Mangkubumen, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57125
Telepon: (0271) 7655888
Harga Family Suite: Mulai dari Rp 900 ribu

Tips berikutnya yang tidak boleh dilupakan

rekomendasi hotel di solo untuk keluarga

Selain rekomendasi hotel di Solo untuk keluarga dengan family suite di atas, ada hal-hal lain yang tidak boleh kamu lupakan. Saat sudah membuat shortlisted hotel incaran, maka yang dilakukan berikutnya adalah membandingkan antar harga dari berbagai Online Travel Agency (OTA) hingga situs resmi. Cari harga yang paling murah. Mencari di situs resmi sering dilupakan, padahal beberapa kali saya menemukan harga lebih murah di situs resmi hotel.

Saat memiliki anak banyak, mengetahui ukuran bed juga sangat krusial. Biasanya di situs hanya tertulis ukuran double dan twin, ukuran pastinya tidak dicantumkan. Padahal ini sangat krusial mengingat antara kasur queen dan super king size bed bakal menawarkan kenyamanan yang signifikan untuk tidur bersama-sama dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, sebelum memantapkan hati dalam membuat shortlisted hotel, hubungi dahulu hotel perihal ukuran bed. Bisa menelpon langsung atau via kanal sosial media yang telah mereka sediakan.

Memiliki ukuran keluarga cukup besar, selain memesan kamar family suite bisa juga dengan mengambil opsi menyewa AirBnb. Namun karena biasanya AirBnb berupa rumah atau apartemen, posisinya relatif jarang yang berada di tengah kota. Memesan di AirBnb juga harus teliti dalam menyimpulkan harga karena banyak harga tambahan yang ditambahkan saat akan melakukan pembayaran.

Meski perjalanan ke Solo tempo hari harus diwarnai dengan anak muntah mencret, perjalanan tersebut membuat pengalaman baru bagi kami dalam memesan akomodasi.

Sudah memutuskan mana hotel yang kamu pilih untuk menginap bersama keluarga berdasarkan rekomendasi hotel di Solo untuk keluarga dengan Family Suite yang lengkap ini?

Hindari 3 Kesalahan Ini dalam Membangun Personal Brand Blogger

13 komentar
“Saya diundang jadi pembicara suatu konferensi nih. Bisa saja kesempatan ini saya berikan ke orang lain. Tapi ternyata orang tersebut tidak bisa karena cuma saya yang bisa melakukannya. Jadilah entitas unik yang tidak terlupakan.” ujar mantan atasan saya di sebuah lingkup akademisi beberapa tahun silam.

personal brand blogger

Saya pernah menjadi asisten peneliti di sebuah Universitas Negeri di Bogor selama hampir 2 tahun. Dalam hanya waktu sesingkat itu, saya sangat terkesan dengan mantan atasan saya saat itu.

Mantan atasan saya adalah tipe orang yang senang ngobrol dan kerap mendorong “anak bimbingannya” untuk terus maju. Dengan segala kerendahan hatinya, Ia juga senang bercerita tentang kisah pribadinya Mayoritas yang mendengarnya akan merasa terinspirasi.

Setelah terjun ke dunia blog dan sosial media, baru saya ketahui nasihat mantan atasan saya tersebut adalah soal personal branding agar membentuk diri memiliki personal brand blogger yang tidak terlupakan.

“Personal brand adalah apa yang orang pikiran tentang kamu setelah bertemu secara langsung atau dengan hanya mencari nama kamu di internet. Personal branding adalah apa yang kamu lakukan untuk membuat personal brand kamu menguntungkan.” Tekan Coach Muqiet

Sayangnya, banyak blogger yang melakukan kesalahan saat sedang membentuk personal brand blogger mereka. Jangan sampai kemampuan kita sebagai seorang blogger tersia-siakan karena gagal membentuk personal brand yang tepat.

3 kesalahan utama saat membangun personal brand blogger

personal brand blogger

Personal branding bisa dipelajari dimana saja dan sudah menjadi hal yang umum di dunia digital ini. Namun, ternyata tetap banyak blogger yang melakukan kesalahan dalam personal branding di dunia maya. Menurut Coach Muqiet, ada 3 kesalahan terbesar dalam membangun personal brand yang kerap tidak disadari!

1. Tanpa kisah diri

Bayangkan, jika tiba-tiba ada seseorang yang mendekatimu kemudian tanpa tedeng aling-aling langsung menawarkan produk, apa yang kamu rasakan? Terganggu pastinya.

Dalam ilmu psikologi, menceritakan kisah diri apalagi jika objek kita memiliki kesamaan pengalaman akan membangun rapport atau kedekatan. Jika rapport terbentuk maka akan semakin mudah mempengaruhi pembaca blog. Kisah diri yang dikemas dengan baik dapat membuat personal brand blogger kita menjadi sangat berkesan bahkan tidak terlupakan.

2. Tanpa value

Jadilah blogger yang memiliki nilai unik dan solid. Blogger ada banyak, tapi value yang kita usung lah yang membuat kita menjadi selalu dicari-cari.

Saya membentuk personal brand blogger dengan kualitas situs bagus, rangkaian tulisan yang memikat, dan mampu menyediakan sudut pandang teknis dengan bahasa awam karena saya yakin tidak banyak blogger yang sekaligus seorang (mantan) akademis.

3. Tanpa identitas

Di jaman serba elektronik ini, bukan sebuah rahasia kalau apa-apa kita bergantung kepada Google. Public Relation sebuah perusahaan menyaring kandidatnya berdasarkan sosial media. Faktanya, 1 milyar nama dicari tiap hari melalui Google dan 65% orang percaya dengan hasil yang mereka temukan di internet.

Pastikan kita memiliki sosial media yang mewakili identitas personal brand blogger. Sosial media bagaikan portfolio seorang blogger yang menceritakan hasil pekerjaan dan menyediakan identitas personal yang kredibel. Personal brand blogger yang kuat dan terpercaya akan membuat identitas kita menjadi dapat diakses publik kapan pun.

Untuk melakukan riset kecil soal personal brand blogger, kamu bisa mencari nama lengkapmu atau bahkan melekatkan profesi di samping nama di Google. Misal, saya bisa mencari “Zeneth Ayesha Thobarony” atau bahkan “Blogger Zeneth Ayesha Thobarony” di Google.

Puaskah saya dengan hasilnya?

Bantu Personal brand-mu dengan PamerBio


personal brand blogger


Efisiensi adalah melakukan hal baik, efektif adalah melakukan hal baik dengan benar - Peter F. Drucker

Dalam melakukan personal branding diperlukan strategi agar apa yang kita lakukan efektif. Jangan sampai kemampuan dan kualitas diri kita sia-sia hanya karena kita tidak dapat melakukan personal branding yang tepat.

Jika ada klien yang tertarik ingin mengetahui kita sebagai blogger lebih jauh, halaman mana yang akan kita tunjukkan ke calon klien?

personal brand blogger

PamerBio adalah aplikasi pemasaran online yang dapat membantu merepresentasikan diri kita di dunia jagat maya. Uniknya, PamerBio menyediakan aplikasi pameran online yang menyediakan fitur kustomisasi tanpa batas. Lupakan situs landing page membosankan lainnya. Kita dapat mengutak-atik apa saja yang ditampilkan mulai dari jenis huruf, warna huruf, hingga warna latar belakang.

PamerBio juga menyediakan berbagai pilihan domain premium dan menyediakan fitur kustomisasi lebih melimpah untuk mendukung personal brand blogger. Jangan khawatir, harga premium yang ditawarkan PamerBio juga sangat terjangkau!

Ini contoh landing page PamerBio aku.

Tertarik menggunakan PamerBio untuk personal brand bloggermu?

The Archipelago Writer's Circle, Banyak Kisah Hangat Dibalik Cara Menulis Creative Writing

26 komentar
“Ini adikku ada disini” ujar Ahmet sembari menunjukkan jarinya ke gambar laut saat menjelaskan tentang keluarganya saat proses pengungsian dari Suriah terjadi (The Boy at the Back of the Class - Onjali Q. Rauf).


Akhir bulan Juni, tepatnya Rabu, 29 Mei 2022, saya menghadiri Writer’s Circle yang diselenggarakan oleh The Archipelago, sebuah media luring komunitas internasional yang memberikan perspektif segar soal migrasi, penjajahan, dan isu pengungsi. Tidak hanya berisi tentang tulisan monoton, The Archipelago juga menghimpun tulisan berupa artikel, puisi, memoir, fiksi, hingga karya seni. Penulis dan pengarang berasal dari berbagai negara sehingga memberikan kita cerita dan sudut pandang yang mungkin belum pernah terbayangkan selama ini.

cara menulis creative writing


Mungkin pertemuan saya dengan The Archipelago seperti untaian takdir. Tiba-tiba saya melihat postingan The Archipelago (@archipelago_mag) di kanal sponsored feed saya dan hati saya tergerak untuk mengklik akun @archipelago_mag.

“Wah menarik nih, kanal media internasional yang isinya banyak menekankan soal keberagaman. Isu refugee?” ujar saya dalam hati.

Karena penasaran, maka saya semakin mengeksplorasi postingan @archipelago yang lain. Sampai akhirnya perhatian saya tertuju kepada postingan soal Writer’s Circle yang akan diadakan secara luring dan akan memberikan semacam mini workshop mengenai bagaimana menulis agar tulisan kita lebih menggugah pembaca, atau impactful writing. Tanpa pikir panjang, saya langsung mendaftar di situs terkait dengan harapan mendapatkan umpan balik positif.

Tidak sampai seminggu berselang, saya mendapatkan surel balasan! Saya diminta untuk mencantumkan contoh tulisan saya yang menjelaskan apa yang menginspirasi saya untuk tetap menulis. Intinya, saya menjelaskan bahwa saya "iri" dengan suami yang dokter. Setidaknya, sepanjang karirnya ia akan memberikan manfaat kepada orang lain. Lantas bagaimana dengan saya? Memanfaatkan kegemaran saya akan menulis sebagai wadah penyaluran pikiran saya yang ribut, saya berusaha membuat tulisan saya sebagai amal jariyah yang bisa bermanfaat bagi banyak orang.


Meski nantinya banyak tulisan saya yang memberikan kucuran dana ke dompet. But, it’s not the focus, it’s just the side effect I gain.

The Archipelago Writer's Circle

Alhamdulillah, dua hari setelah saya mengirimkan contoh tulisan, saya mendapatkan email balasan bahwa saya diterima untuk bergabung di acara The Archipelago Writer’s Circle. Yeey! Warsan Weedhsan, selaku salah satu co-founder The Archipelago menghubungi saya via WA dan berkonsolidasi soal kapan acara dilaksanakan.

Acara diadakan di D Hotel, Manggarai. Posisi yang sangat strategis karena dekat dengan rel kereta api dan jalur Trans Jakarta. Bagi saya juga posisi ini tidak terlalu jauh bagi saya karena relatif terjangkau dari rumah.

cara menulis creative writing
Sumber: Agoda

Saya membawa anak kedua yang berusia 3 tahun bersama. Ada perasaan deg-degan sebelum beranjak dari mobil.

“Siapa orang-orang asing yang akan saya temui nanti, apakah saya bisa berbaur?” tanya saya dalam hati. My introverted soul has just arised!

Dengan memantapkan langkah, saya naik ke lantai dua dimana pertemuan diadakan. Wow, there’s a lot of race and we speak English to each other. Perawakan kita berbeda-beda, warna kulit beraneka ragam, dan bahasa yang digunakan juga bervariasi. Bahkan, ada beberapa bahasa yang tidak akan pernah kamu dengar sebelumnya.

Wow, that’s a lot of language I hear in just one desk.”, pekik Eduard Lazarus, seorang Jurnalis, penulis, dan Editor yang juga menjadi penerjemah bagi The Archipelago Mag.

Acara dimulai dari jam 11 dan dibagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama berupa perkenalan dan sesi kedua berupa mini workshop.

Sesi 1: Buah apakah kamu?

cara menulis creative writing

Di sebuah ruangan berukuran menengah dengan wallpaper coklat jadul, meja disusun berbentuk U sehingga kami dapat melihat satu sama lain. Warsan yang bertindak sebagai MC meminta kami untuk memperkenalkan diri secara berurutan. Uniknya, kami disuruh untuk memilih satu buah favorit yang merepresentasikan diri masing-masing.

Saya mendengar banyak buah, mulai dari kurma, durian, mangga, semangka, hingga buah yang tidak pernah dengar karena (katanya) merupakan buah khas di negaranya. Sejujurnya saya bingung harus memilih apa, akhirnya saya memilih Buah Naga yang sekaligus buah favorit si sulung. Saya pun mendeskripsikan diri saya seperti Buah Naga, like Dragon Fruit which have different appearance apart the skin and the fruit itself, I’m kinda unexpected!

cara menulis creative writing
Setelah semuanya memperkenalkan diri, Warsan dan Kieren Kresevic Salazar sebagai co-founder dari The Archipelago Mag menjelaskan secara singkat mengenai The Archipelago dan bagaimana media ini memberdayakan semua orang dengan menitikberatkan keberagaman. Di ruangan tersebut saya banyak bersama para pengungsi (refugee) mulai dari Afghanistan, Somalia, dan beberapa negara konflik lainnya. Meski banyak pengungsi, tapi mereka tidak ingin dikenal sebagai seorang pengungsi yang rapuh.

“We’re not the refugee media, we just write about refugee and other thing”, tekan Warsan

Acara Writer’s Circle ini juga dihadiri oleh penulis Indonesia seperti Rain Chudori dan Awi Chin, editor seperti Eduardus Lazarus, serta tamu spesial Dr. Beth Yap yang merupakan penulis Malaysia-Australia.

Sesi 1 diakhiri dan masuk ke jam istirahat dimana kita bisa Sholat dan makan siang. Mushola ada di sebelah ruang pertemuan dan hall prasmanan untuk makan siang di lantai yang sama pula. 

Sesi 2: Your heart full of heartwarming stories

cara menulis creative writing

Setelah makan siang dan sholat, saya kembali masuk ke ruangan pertemuan. Kaget, ternyata meja sudah disusun ulang menjadi tiga grup kecil. Ternyata akan dilangsungkan mini workshop yang akan dipandu oleh penulis tamu. Dua meja lain dipandu oleh Rain Chudori dan Awi Chin serta Kieren dan Eduard Lazarus. Saya dan 5 rekan lain: Mozhdeh, Sakina, Taher, Rabia, dan Mariza, kebetulan berkesempatan dibimbing langsung oleh Dr. Beth Yahp yang dengan kerendahan hatinya rela terbang dari Australia ke Indonesia. Beliau merupakan seorang dosen menulis kreatif di salah satu University of Sydney dan memenangkan beberapa penghargaan sebagai penulis dan editor.

Ketimbang menggurui, saya senang dengan tone sederhana yang diajarkan oleh Dr. Beth, Ia memulai dengan cerita personalnya yang membuat kami merasa lebih dekat dengannya.

“Saya lahir dan besar di Johor Bahru, sebuah kota yang sangat dekat dengan Singapura. Ayah saya suku Cina dan Ibu punya darah Thailand. Anehnya, saya tidak bisa bahasa Cina sama sekali, hanya bahasa Inggris dan melayu pada saat itu.” Cerita Dr. Beth.

Sebagai seorang perempuan yang bukan merupakan warga asli tempat tinggalnya sekarang, Dr. Beth mengalami diskriminasi meski ia tinggal dan berkarya di sebuah negara yang katanya maju itu. Bagaimana bisa seorang yang tidak bisa berbahasa Inggris dari lahir, bukan warga negara asli, dan seorang perempuan bisa menjadi seorang pengajar di jurusan Bahasa Inggris di sebuah universitas ternama? Tapi Dr. Beth datang di waktu yang tepat. Pada saat itu, fakultas tempat ia bekerja sekarang sedang memiliki proyek penelitian kebudayaan dan sastra ASEAN sehingga menempatkan ia sebagai orang yang tepat di fakultas.

Melalui layar laptop, kami diajarkan bagaimana teknik-teknik menulis kreatif sehingga membuat para pembaca mendapatkan pesan dari apa yang ingin disampaikan oleh penulis. Dalam menulis kreatif juga harus memaksimalkan kelima indra yang dipunya: penglihatan, pendengaran, sentuhan, pengecap, dan pembau. Bahkan, ternyata ada indera keenam yang harus dimaksimalkan agar pembaca seolah-olah sedang berada di imaji yang dibentuk oleh penulis. Indera tersebut adalah menerjemahkan indera lain ke dalam perasaan.

“Coba lihat ruangan ini, kamu bisa lihat ruangan ini berwarna coklat, apa yang kamu rasakan?” tanya Dr. Beth.
Murky” jawab saya, “Because this room uses brown old school wallpaper and is not bright as it can be.

cara menulis creative writing
Mini workshop ini tidak berjalan searah, kami semua melakukan diskusi dua arah. Setelah materi selesai diberikan, Dr. Beth meminta kami menuliskan di kertas mengenai salah satu tempat yang membuat kami bahagia. Sembari kami menuliskan cerita di secarik kertas, Dr. Beth sembari menginstruksikan hal-hal mengenai indera kami sehingga kami dapat mengadopsinya dan mendeskripsikan di dalam tulisan kami.

“Siapa yang membuat kamu bahagia. Mengapa kamu senang berada di sana. Bagaimana kamu melihat tempat tersebut. Bau apa yang dapat kamu ingat saat berada di sana. Perasaan apa yang kamu rasakan selama disana.” Rinci Dr. Beth.

Kami pun menulis cerita versi kami masing-masing. Sebelumnya Dr. Beth juga sudah menyarankan agar kami jangan terlalu banyak berpikir saat menulis cerita tersebut. Langsung tulis apa yang langsung terbayang di benak. Tidak disangka, kami berhasil menuliskan cerita tentang tempat yang membuat kami bahagia dalam 2,3 hingga ada yang 4 lembar kertas.

Well, congratulations to you all! Since you write this in your second language, not you are born with, it must be hard for you. I myself am not sure can do it in a fast way like you”, puji Dr. Beth.

Dr. Beth pun meminta kami membacakan cerita kami satu persatu. Tidak hanya mendengar, kami juga diminta untuk memberikan opini terhadap cerita rekan kami.

Saya tidak menyangka, betapa hangatnya mendengarkan 5 gaya tulisan yang saling berbeda dengan pandangan memori masing-masing. Ada yang mengutarakan dengan gaya yang aneh tapi unik, ada yang punya sisi humor sangat bagus, hingga ada juga yang seperti cerita dongeng.

You describe the place in your story very accurately and feel alive. Your story is moving, I guess you must be a good writer when it comes to fiction.” saran Mozhdeh mengomentari cerita saya

Saya seperti merasa wow. Maksudnya, seumur-umur tidak pernah terbersit di pikiran untuk menulis cerita fiksi. Saya hanya tertarik untuk menulis cerita non-fiksi dan pengalaman saja, seperti yang saya tulis di blog saya ini. Well, mungkin saya harus mencoba kapan-kapan menulis cerita pendek?


Setelah kami semua membacakan cerita kami, Warsan menginstruksikan bahwa waktu tinggal setengah jam lagi. Sembari menyodorkan biskuit di meja, Dr. Beth menawarkan apakah ingin mempelajari materi lagi atau ingin berdiskusi saja. Serempak kami menjawab ingin berdiskusi. Setelah mengambil snack dan kopi di meja seberang, kami berdiskusi tentang banyak hal. Tidak hanya perihal menulis, tetapi juga tentang cerita hidup.

“Saya punya blog dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, tapi setelah saya baca keduanya, saya seperti memiiki dua kepribadian berbeda dalam tulisan tersebut. Kepribadian dalam tulisan bahasa Indonesia, dan kepribadian dalam tulisan bahasa Inggris.” Tanya saya penasaran.

Setelah sesi mini workshop selesai, Warsan mengedarkan kertas survei, menutup acara dan mengajak kami semua berfoto bersama.

An impecable experience!

cara menulis creative writing


Selain anak tengah saya yang beberapa kali terdengar minta segera pulang, siang itu berkesan sekali. Saya tidak hanya belajar hal baru, tapi juga mengenal orang baru, mendengar cerita baru, hingga mengetahui hal trivial seperti ternyata orang Afghanistan bahasanya bukan Arab.

Saya sadar betul, dalam satu ruangan tersebut banyak teman-teman pengungsi yang berasal dari puluh ribu kilometer jauhnya dari kota ini. Saya yang dari kecil hingga sekarang hidup dengan damai dan bahagia berbeda de nga beberapa dari mereka yang terpaksa mengalami suasana yang mencekam hingga terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka. Bahkan, beberapa dari mereka sempat merasakan hidup yang nyaman sampai satu waktu situasi politik memanas sehingga mereka terusir dan meninggalkan kehidupan nyaman mereka.

Saya sendiri sebenarnya sadar bahwa Indonesia kedatangan pengungsi dari negara krisis. Saya kerap membacanya beberapa kali di media daring dan cetak. Tapi berita tentang pengungsi ini sangat jarang. Kehadiran teman-teman pengungsi yang dari berbagai latar belakang dan negara membuat saya sadar ternyata banyak teman-teman pengungsi yang harus menempuh jalan hidup keras, tinggal di negara baru, belajar tekun bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, hingga setengah mati berjuang agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Setelah saya membaca buku The Boy at the Back of the Class karya Onjali Q. Rauf, saya terbayang sekaligus penasaran untuk mengetahui cerita pahit yang membawa mereka ke Indonesia. Tapi, saya tahu saya tidak pantas menanyakan hal tersebut. Biarlah itu menjadi cerita mereka sampai mereka bersedia menceritakannya kepada orang lain.

Ingat kutipan buku tentang pengalaman sang anak Suriah yang menunjukan adiknya ada di gambar laut?


*Rekomendasi Buku

Tamu-tamu spesial di The Archipelago Writer’s Circle ini saat memperkenalkan diri di sesi pertama menunjukkan buku-buku karangan mereka. Berikut saya sertakan judul buku mereka, siapa tahu kamu tertarik membacanya.

  • Eat First, Talk Later - Dr. Beth Yahp. Sebuah cerita heart-waming tentang orang tuanya yang berbeda latar belakang tapi sangat hangat.
cara menulis creative writing
Sumber: Goodreads

  • Rain Chudori - Imaginary City. Cerita sentimentil seorang wanita yang mengunjungi kembali kota dimana dia berasal dan mengalami hal-hal yang membuat ia terkenang.
  • cara menulis creative writing