Apakah Film Disney Turning Red menawarkan sesuatu yang berbeda ketimbang film Disney lainnya?
Film besutan Disney biasanya identik dengan film bertemakan putri-putri. Menariknya, film Disney Turning Red yang terbaru ini bukanlah tentang seorang putri yang sempurna dan kharismatik, tetapi tentang seorang anak pra-remaja biasa mencapai sebuah titik tertentu yang akan mempengaruhi hidupnya.
Film Disney Turning Red ini memiliki fokal utama tokoh bernama Meilin, seorang anak perempuan dari keluarga Cina-Kanada yang hidup di Toronto dan tiba-tiba berubah menjadi Panda Merah di usianya yang 13 tahun. Secara tidak langsung Film Disney Turning Red berkisah tentang pubertas anak perempuan.
Film Disney Turning Red memiliki rating Parental Guide (PG) yang artinya tontonan harus dipandu oleh orangtua.
Apakah film ini cocok ditonton bersama anak di rumah? Simak 6 hal yang harus orangtua perlu ketahui sebelum menentukan apakah dapat menonton film Disney Turning red ini bersama anak atau tidak.
*SPOILER ALERT*
1. Salah satu film Disney Pixar yang paling heterogen
Film Disney Pixar Turning Red juga mengisahkan kehidupan persahabatan antara Meilin dan gengnya: Miriam si gadis Kaukasus, Priya si gadis keturunan India, dan Abby si gadis keturunan Korea. Di film ini bahkan kita menemukan tanda-tanda keberagaman lain seperti satpam sekolah yang orang Sikh jika dilihat dari turbannya dan beberapa kali kemunculan perempuan dengan menggunakan jilbab.
Keberagaman tidak hanya terlihat dari Meilin dan gengnya, tetapi juga dari idol 4*Town yang mati-matian diidolakan oleh mereka. Idol 4*Town ini juga tampaknya multirasial seperti dari ras kaukasus, kulit hitam, dan Korea.
Film Disney Turning Red adalah film Pixar pertama yang memiliki tokoh utama perempuan Asia. Begitu juga dengan sutradara film ini, Domee Shi yang merupakan perempuan pertama yang menyutradarai film Pixar.
Sayangnya alih-alih merilis film ini ke bioskop, film Disney Pixar Turning Red ini hanya dirilis di Disney+.
Something fishy.
2. Realistis
Saya bukanlah penggemar Disney, salah satu alasan utamanya adalah karena saya benci dengan ketidakrealistisan yang digambarkan oleh Disney *hehe maaf.
Film Disney Turning Red berkisah tentang seorang gadis 13 tahun yang mulai memasuki masa puber dan mengalami gejolak emosi yang bahkan ia sendiri pun bingung dan tidak bisa menerimanya.
Meskipun begitu, Turning Red ini mirip sama film Disney lainnya, yaitu dimana sebuah daerah atau orang yang diliputi oleh kekuatan magis. Kalau Encanto menunjukkan wilayah yang dikaruniai kekuatan magis dan Raya and the Last Dragon adalah sebuah dunia fantasi memiliki kekuatan yang disegel pada permata-permata yang tersebar, maka Turning Red adalah sebuah generasi yang dikaruniai “kutukan” panda merah.
Kerealistisan Film Disney Turning Red juga terlihat saat para perempuan pra remaja ini mati-matian bucin dengan idol, 4*Town. Mirip kan ya sama fenomena jaman sekarang?
3. Membahas tentang menstruasi yang tabu bagi anak pra remaja
Awalnya, saya mengira film Disney Turning Red membahas tentang menstruasi yang dialami oleh gadis praremaja. Usia Meiling juga pas, 13 tahun. Banyak juga adegan yang menegaskan bahwa Meiling mendapatkan menstruasi pertamanya. Salah satunya adegan sang Ibu yang sibuk menyiapkan menstrual pad.
Film ini cukup dinamis dan memiliki roasting yang cukup lucu menurut saya. Contohnya saat sang Ibu mengendap-ngendap mematai sang anak dari luar sekolah dengan menggunakan kaca mata hitam. Saat disidak oleh satpam sekolah, sang Ibu panik dan dengan lantangnya berteriak kalau Meiling melupakan menstrual padnya sehingga seisi kelas terbahak-bahak. Padahal bukan itu masalah sebenarnya. Sontak adegan ini membuat saya tertawa.
Masalah menstruasi ini banyak menjadi momok bagi anak-anak praremaja. Banyak orangtua yang tabu untuk membahasnya kepada anak sebelum menstruasi pertama tiba. Tidak hanya kepada anak perempuan saja, orangtua sebenarnya juga harus membahas soal menstruasi pada anak laki-laki.
Apa akibatnya jika orangtua tidak membicarakan soal menstruasi kepada anak? Anak perempuan panik serta merasa malu dan anak laki-laki menertawakan teman perempuannya yang celana atau roknya berwarna merah.
4. Mengkritisi metode Asian Mom
Meiling datang dari keluarga Cina dan dibesarkan dengan gaya-gaya parenting Asia. Ming, sang Ibu mengharapkan Meiling selalu sempurna dalam nilainya. Meiling merasa Ibunya mengekangnya, misalnya tidak memperbolehkannya menonton Idol kesayangannya.
Saya merasa sangat kentara dimana Barat seperti mengkritisi habis-habisan metode parenting kebanyakan keluarga di Asia.
5. Persahabatan di atas keluarga?
Yang memicu Meilin berubah menjadi panda merah adalah letupan emosinya. Cara yang harus Meilin tempuh agar ia tidak berubah menjadi panda merah adalah menjaga dirinya dari gejolak emosi berlebihan. “Being zen” kalau kata orang-orang.
Para sahabat yang pada akhirnya mengetahui perubahan Meilin menerima kondisinya sehingga membuat Meilin merasa diterima. Dengan memikirkan para sahabat yang sangat menyayanginya serta menerima apa adanya cukup dapat meredam emosi Meilin yang hendak meledak.
6. Membiarkan anak sesuai apa yang ia mau
Meilin yang dilarang oleh Ibunya untuk menonton Idol kesayangannya akhirnya “main belakang” dengan cara kabur dari rumah dan menipu orangtuanya.
Saya sebenarnya menikmati film Disney Pixar Turning Red ini. Saya juga setuju film ini ditonton bersama anak-anak, HANYA JIKA berhenti sebelum adegan pembangkangan terjadi.
Pada akhirnya, keluarga besar Meilin beserta Ibunya Ming “menghormati” Ming untuk memillih apapun yang ia mau. Meilin sudah besar, itu menurut mereka.
Menghormati pilihan anak sangat dianjurkan, tetapi sepanjang sesuai dengan nilai dan norma yang kita pegang. Sebagai umat Islam, seluruh aspek kehidupan harus sesuai dengan landasan Al Quran dan sunnahnya.
Mengizinkan anak mengejar cita-citanya meski kurang disetujui orangtua? Silahkan. Mengizinkan anak untuk menyukai sesama jenis karena menghormati “keinginannya”? A BIG NO!
Ini adalah budaya yang dibanggai dan berusaha ditanam oleh Barat. Hargai anak sebagai seorang individu, ya itu benar. Tapi tidak untuk melepaskan anak total tanpa memiliki nilai-nilai kuat. Apa jadinya jika seorang anak tanpa memiliki pondasi yang kuat? Ya betul, generasi yang galau, tidak punya pijakan dan tidak dapat membedakan mana yang benar dan salah.
Dalam agama Islam, ini sangat ditentang karena hidup di dunia ini harus sesuai dengan manual book bernama Al-Quran. Orangtua pun tidak boleh melepaskan anak begitu saja karena nantinya akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah tentang mendidik anak.
Di film ini, saya menangkap kesan pembangkangan yang terjadi dan “memaksa” sang Ibu, Ming, untuk menerima Meilin apa adanya. Hal lain yang tidak saya sukai dan sering muncul di berbagai film Barat adalah adab anak yang sering membentak dan marah kepada orangtua dan kemudian meninggalkan mereka begitu saja.
Adakah adab seperti ini diperbolehkan di dalam Al-Quran?
What A Film..
Jujur saya sangat menikmati menonton Film Disney Turning Red ini di Disney+. Animasinya bagus, ceritanya ringan dan lucu, dan jalan ceritanya juga tidak membosankan. Aspek lain yang saya senangi adalah kekhasan everything’s perfect seperti kebanyakan Film Disney lainnya tidak saya temui disini. Meilin dan teman-temannya tidak digambarkan pintar, cantik, sempurna, dan kharismatik. They just like ordinary girls.
Pesannya banyak yang bagus, namun para orangtua tetap harus berhati-hati karena banyak sekali norma dan adab yang tidak sesuai dengan kita, terutama bagi Orang Islam.