5 Rekomendasi Produk Kecantikan Dasar

Tidak ada komentar
Pada dasarnya, saya tidak terlalu senang menggunakan make up jika keluar rumah. Pun, kulit muka saya yang sensitif membuat saya tidak bisa dengan entengnya mencoba merk baru sana-sini. Jadi biasanya sekali ketemu yang nyaman ya bakalan tidak coba-coba yang lain. Sebagai contoh, cuma memakai face sheet mask Lululun dan Innisfree saja muka saya langsung bruntusan. Kulit saya yang sensitif ini juga membuat saya sering memakai produk kulit yang direkomendasikan dokter. Hanya sedikit produk kecantikan umum yang bisa saya pakai dan membuat kulit muka saya tidak berulah. Selain itu, saya menganut pemahaman kalau wanita dilarang ber-tabaruj di luar rumah. Jadi, produk-produk yang saya pakai pun sekarang ini tidak ada yang semacam produk-produk make up. Berikut berapa produk kecantikan dasar andalan saya yang beredar di pasaran.



1. Wardah Sunscreen Gel SPF 30

Salah satu sunscreen favorit saya setelah mencoba berbagai macam jenis. Saya memiliki tipe kulit berminyak. Biasanya tiap pakai sunscreen membuat kulit saya berminyak tidak enak. Nah pakai Sunscreen Wardah ini tidak begitu berasa berminyak. Yang saya senang adalah selain bersifat SPF 30, juga mengandung Aloe Vera yang membuat sensasi sejuk menthol di kulit. Wardah ini produk kecantikan lokal yang termasuk bagus. Harganya juga sangat terjangkau. 1 kemasan harganya cuma 30 ribu-an.

2. Clinique Brightening BB Cream

Kalau butuh buat kondangan dan pemakaian sehari-hari keluar rumah, BB Cream milik Clinique ini penolong sekali. Teksturnya ringan dan tidak berminyak sangat saya suka. Tone warna muka juga tidak jadi ngejreng berlebihan. Ini penting soalnya suami suka protes kalau pakai bb cream dan muka saya mendadak memutih berlebihan haha. Sayangnya BB cream clinique tidak terlalu menyamarkan noda muka. Tapi kalau memakai ini lagi dalam kondisi muka bagus, cuma ditutupin bedak aja bentukannya udah rapi. Suka! Muka saya yang sensitif juga termasuk aman memakai ini. Tidak breakout! Saya sangat menghindari breakout karena sekali kejadian lama hilangnya dan bekasnya cenderung awet 😔. Kekurangannya cuma harga yang agak mahal. 1 kemasan isi 30 ml seharga 450 ribu rupiah. Saya mengetahui produk ini dari sepupunyang kulitnya juga sama-sama sensitif berjerawat. Oh ya BB cream ini juga sudah mengandung SPF 29.

3. Pavettia Mineral Loose Face Powder

Produk lokal favorit lainnya yang saya suka! Pavettia ini menggunakan mineral yang telah bersertifikasi ecocert. Tersedia 3 pilihan warna: Rosy yang berwarna pinkish cocok untuk kulit putih, Latte berearna creamish cocok untuk kulit kuning langsat, dan Mocha berwarna brownish cocok buat kulit agak gelap. Saya pertama kali coba warna Latte. Kesan pertama suka banget. Coverage-nya natural, halus dan menyatu sekali dengan kulit meski tidak memakai BB cream. Bedaknya juga ringan di kulit dan tidak berminyak. Kekurangannya harganya agak mahal. Saya pertama mencoba edisi 5 gr seharga 115 ribu, sementara yang 12 gr lebih masuk akal harganya, 245 ribu rupiah.

4. Kiehls Butterstick Lip Treatment

Jika menginginkan pelembab bibir yang memberi warna natural dan meninggalkam kesan enak di bibir, Kiehls Butterstick lah jawabannya. Saya sudah mencoba banyak merk lip balm dan kebanyakan membuat bibir berminyak dan aneh. Butterstick ini minim meninggalkan kesan tidak enak tetapi rasanya bibir terhidrasi terus. Selain itu, butterstick ini memberikan tambahan warna sedikit untuk mencerahkan bibir. Jadi semacam pakai lipstik tetapi masih warna alami. Ada 6 pilihan warna: Naturally Nude, Simply Rose, Touch of Berry, Pure Petal, Pop of Peony dan Untinted. Saya pertama coba yang Pure Petal. Warna pink alami dan cerah. Saya suka! Sekali merasa cocok dengan Kiehls Butterstick, rasanya ingin mencoba warna yang lain. Mungkin berikutnya Simply Rose. Produk ini enak untuk pemakaian dalam dan luar rumah. Kekurangannya adalah harga yang sedikit mahal. 235 ribu 1 kemasannya.

5. Garnier Micellar Water



Pertama kali mencoba dari review blogger kecantikan inkaparamita.com yang mengulas bahwa Micellar Water ini make up cleanser yang biasa dia bawa-bawa kalau bepergian. Ternyata saat saya coba kulit saya cocok menggunakan varian untuk wajah berminyak. Tidak breakout. Teksturnya yang ringan kayak cuma mengilap dengan air saja. Kapas muka yang sudah diteteskan micellar water ini juga tidak usah diilap keras-keras. Cuma ditepuk make up langsung menempel. Benar-benar effortless. Biasanya saya 2 kali membersihkan. Sekali seluruh muka untuk membersihkan dan yang kedua kalinya untuk membersihkan sisi yang terlewat. Harganya juga murah, sebotol hanya 20 ribuan.

Cerita Hantu tidak Seram Masa SD

1 komentar
Saya tidak memiliki pengalaman masa kecil yang terlalu membekas. Tidak ada yang terlalu bahagia, terlalu sedih atau terlalu memalukan. Bukan berarti semuanya biasa-biasa saja, hanya dampaknya tidak terlalu berlebihan. Bahagia ya bahagia, sedih ya sedih, memalukan ya memalukan. Jika saya diharuskan memikirkan mana pengalaman masa kecil yang harus saya angkat menjadi cerita, bagaimana kalau saya mengangkat cerita pengalaman aneh saja atau cerita hantu. Sebenarnya tidak seram-seram amat sih, mana saya sampai sekarang tidak memiliki tabiat penakut. Malah kalau lagi sendirian malam-malam mati lampu saja suka baca cerita horor. Cuma rumor yang ada ditambah pola pikir saya yang masih aneh sewaktu masih kecil menciptakan jalinan pengalaman yang cukup membuat mengernyitkan dahi.


Hantu di Bukit Belakang Sekolah

Mantap ya sekolah saya, seperti sekolahnya Nobita yang memiliki bukit belakang sekolah. Padahal sebenarnya cuma bukit kecil yang berukuran tidak tinggi. Dari setelah lahir sampai saya berusia 10 tahun alias sampai tamat kelas 5 SD, kami sekeluarga tinggal di kota kecil di Kabupatan Aceh Utara, Lhokseumawe. Kami tinggal di perumahaan komplek yang berlahan sangat luas, namanya juga di daerah kan. Komplek ini memiliki sekolah-sekolah sendiri dari jenjang TK sampai SMA. TK ada 5 buah, SD ada 4 buah, SMP ada 2 buah, dan SMA ada 1 buah. Yang bersekolah disini mayoritas anak-anak pegawai perusahaan, sisanya anak-anak pegawai perusahaan sebelah dan anak Lhokseumawe lainnya yang orang tuanya bukan pegawai kedua perusahaan tersebut. Saya bersekolah di SD 3, merupakan salah dua SD besar dengan halaman yang luas bersama dengan SD 1. Sekolah saya itu bahkan memiliki lapangan sepak bola dan lapangan-lapangan kosong lainnya yang kerap kali jadi tempat main anak-anak. Posisi SD 3 terletak persis di batas gerbang antara komplek dan lingkungan luar komplek.

Saat saya duduk di kelas 2 SD, saya mendengar rumor heboh yang menggegerkan seseantero murid SD 3. Katanya, di bukit belakang sekolah ada kuburan Belanda, bahkan disamping kuburan itu disinyalir ada pohon angker yang dipercaya sebagai tempat gantung diri si penghuni kubur. Jadi maksudnya si orang Belanda itu gantung diri terus mati lalu tiba-tiba nyemplung ke lobang dan jadi kuburan gitu? Aneh banget kan! Logika darimana pula itu haha.

Kemudian tiap pulang sekolah, alias masih siang menuju sore, si hantu-nya keluar menampakkan wujud dan menakuti-nakuti orang. Akhirnya saya ikut ke belakang sekolah untuk membuktikan dengan mata kepala saya sendiri.

“Itu tuh, yang hitam-hitam di atas bukit. Nanti tangannya dia masukkan ke dalam tanah, terus nanti tangannya nangkapin kaki anak-anak yang dekat-dekat kesana!”, ujar seseorang yang entah siapa memberikan kesaksian saat pertunjukan sedang terjadi.

Memang saya melihat hitam-hitam berbentuk orang disana. Anak-anak serempak lari mendekati bukit itu, lalu serempak pula pontang-panting lari cerai-berai menjauhi bukit. Kayaknya itu pada lari karena liat si “makhluk” memasukkan tangan ke tanah terus mereka khawatir kaki mereka tertangkap 😅. Coba, kurang aneh apa cerita ini. Saya dari kejauhan hanya cuma bisa menyaksikan wahana main anak-anak ini sambil manggut-manggut keheranan. Sampai isu ini selesai masih menjadi misteri tersendiri sebenarnya apa dan siapa itu hitam-hitam di atas bukit sekolah.

Penculikan Anak di Toilet oleh Hantu

Ini tidak kalah anehnya, meskipun tidak seaneh makhluk hitam-hitam diatas. Masih sama saat saya kelas tiga SD, tidak lama setelah isu makhluk bukit belakang sekolah usai, kini muncul prahara isu baru. Yakni HANTU PENCURI ANAK DI TOILET!

Isu yang saya dengar sih begini, jadi di suatu toilet SD saya, ada seorang anak yang minta izin kepada guru kelasnya untuk buang air kecil. Setelah lama waktu berjalan, kok si anak tidak kunjung balik ke kelas. Kemudian sang guru menghampiri toilet dan mengecek semua bilik, sang anak tak kunjung ditemui. Akhirnya ditelepon lah ke rumah si anak. Orang tuanya juga melaporkan bahwa sang anak tidak kembali ke rumah. Gegerlah se-seantero sekolah. Munculah isu setan penculik anak di toilet. Anak-anak yang mau menggunakan toilet bermasalah itu jadi banyak minta ditemani oleh guru atau mereka datang berdua atau bertiga bersama temannya agar tidak ikut-ikutan hilang diculik oleh hantu. 

Sialnya, toilet ini adalah toilet terdekat dari lokasi kelas saya. Di tengah-tengah sang guru menjelaskan pelajaran, rasa kebelet kencing menghampiri saya. Bergegas saya langsung berdiri untuk meminta izin kepada guru supaya bisa ke toilet. Tapi kemudian tiba-tiba terbersit di kepala saya soal isu hantu penculik anak. Urung, saya pun kembali duduk dan menahan mati-matian supaya bisa tidak pipis. 2 menit kemudian, kantung kemih saya tidak kuat menahan gejolak tekanan air seni. Pelan tapi pasti celana saya basah dan sayup-sayup saya mendengar bunyi mendesis dari lantai dibawah kursi saya. Masih berharap tidak ketahuan, saya berusaha sekuat tenaga mempertahankan laju kencing supaya tidak menimbulkan suara berisik. Apa boleh buat, otot pelvik belum begitu kuat. Akhirnya suara aliran makin nyaring dan membuat salah seorang teman sadar dan berteriak
“Ih ngompol!”
Rasa malu menghujam sekujur tubuh. Akhirnya guru yang mengajar sadar dan menghentikan kegiatan belajar mengajar. Kemudian orang tua saya ditelepon untuk segera menjemput saya. Saya pun dengan setengah mati berusaha membersihkan sisa ompolan dan tergopoh-gopoh membereskan barang bawaan saya ke tas dan dengan gontai melangkahkan kaki keluar kelas untuk selanjutnya bebersih di toilet. Sisa kekacauan yang saya sebabkan kemudian dibersihkan oleh pegawai kebersihan. Sial, dasar hantu penculik anak, kali ini saya benci setengah mati karena telah membuat saya malu merah padam.

5 Keinginan di Akhir Tahun (dan Belum Tercapai)

1 komentar
  
Akhir tahun sudah mendekati hilalnya, well, saya bukan orang yang berpedoman akan awal dan akhir tahun. Tetapi kadang-kadang suka terbersit beberapa keinginan yang ternyata sampai detik ini belum tercapai. Tidak semuanya ngotot harus tercapai di tahun depan, ada yang berharap keras ada juga yang berharap santai. Ada kesempatan mari, tidak ada dan bukan jalannya juga tidak masalah. Ini beberapa keinginan yang semoga tercapai secepatnya.


1. Haji


Jujur saja, dari 2-3 tahun lalu saya suka baper tiap baca thread soal daftar haji atau bahkan akan pergi haji. Sudah banyak teman-teman seangkatan yang sudah mendaftar haji reguler, bahkan teman yang tidak jauh umurnya juga sudah bisa mendaftar haji plus! Mana semakin kesini saya mendengar banyak cerita betapa panjangnya antrian haji reguler khususnya daerah Jakarta. Uang pangkal untuk mendaftar haji reguler saja kami belum ada rezeki, apalagi haji plus hehe.

Mendekati musim keberangkatan haji saya tidak kalah bapernya. Ada yang masih muda, tapi karena kerja bahkan hanya kuliah di luar negeri jadi bisa langsung dapat jatah haji tanpa perlu mengantri. Dalam hati saya berpikir, enak banget ya yang tinggal di luar negeri, sudah hidup lebih menantang, haji pun bisa dilaksanakan tanpa harus memikirkan antrian. Di tahun ini tentunya membuat saya tidak kalah baper, ternyata ada sekitar 2-3 ibu-ibu di grup mengabarkan akan berangkat haji. Dari tanggal keberangkatan dan diperkuat dari kepulangan saya tahu, mereka berangkat menggunakan haji plus. Saya tahu karena pada saat itu orang tua saya juga berangkat dengan haji plus. Wah, tajir-tajir sekali ya kenalan saya!

Tapi sudahlah, tidak usah dikaji. Kan tiap orang punya rejekinya masing-masing. Lagian, haji dan umroh itu masalah terpanggil atau tidak. Ada yang hartanya berlimpah, terapi tak kunjung haji. Ada yang hartanya kekurangan, malah bisa berangkat entah bagaimana caranya. Keadaan sekarang juga belum tentu bisa dijadikan acuan. Kejutan selalu ada, keadaan sekarang dengan nanti juga belum tentu sama. Yang penting dibanyakin saja doanya ☺️.

2. Travelling Bucket List


Dari dulu saya senang dengan yang namanya menjelajah, tetapi rejekinya memang saya tidak banyak jalan-jalan haha. Mungkin baru setahun belakangan ini saja saya terkesan banyak jalan-jalan karena kebetulan mengikuti suami saya tugas keluar kota di pelbagai tempat di Pulau Jawa. Bahkan kami sempat sekali mencicip luar negeri selama sebulan, Chiang Mai! Banda Aceh, Purwokerto, Surabaya,
 Jombang, Mojokerto, Bandung, Yogyakarta, Solo, Klaten, Semarang dan Insya Allah nanti Pemalang dan Cirebon. Mungkin bagi sebagian orang cukup remeh-temeh, tapi bagi saya yang pecinta eksplorasi kota dan mendapatkan kesempatan eksplorasi selama sebulan di beberapa kota diatas rasanya wow bersyukur sekali. Saya sungguh-sungguh menikmatinya meskipun katakanlah, kampung, tidak berpengaruh bagi saya. Ada banyak sisi-sisi kehidupan yang bisa dipelajari dan dinikmati.

Meskipun sudah pernah tinggal di luar negeri selama sebulan, tetapi tinggal di luar negeri minimal setahun menjadi bucket list saya semenjak 10 tahun yang lalu. Kenapa minimal setahun? Karena saya bukan tipe yang ingin membesarkan keluarga secara permanen di luar negeri, terlebih membesarkan anak di negara non-muslim. Saya ingin merasakan hidup yang benar-benar saling mengandalkan dengan suami, perbedaan kultur dan alam, rasa kangen terhadap yang tersimpan pada tanah air, mengambil kursus dan sertifikasi yang tidak ada di Indonesia, dan bercampur baur serta berkomunitas dengan orang-orang yang berbeda sama sekali dari kita. 

Daftar yang lain adalah merasakan musim dingin. Entahlah, tapi saya selalu suka dengan musim dingin dan ingin merasakannya dibanding musim yang lain. Palingan musim yang lain hanya minor seperti menyaksikan bunga sakura mekar di musim semi, atau bunga-bunga kemerahan di musim gugur yang berpadu dengan udara dingin. Sementara kalau musim dingin sih, ingin dimanapun itu juga haha. Musim dingin di Moskow apalagi 🙈. Padahal sebenarnya saya sudah beberapa kali merasakannya di Jazirah Arab dan sekali di salah satu negara bagian paling selatan di Amerika. Tetapi karena daerahnya di garis sub tropis, jadi jangan harap ada salju. Naik sedikit ke negara bagian yang lebih utara juga tetap tidak ada salju meski akhirnya ketemu dan merasakan salju pakai perjuangan perjalanan darat 1.5 jam haha. Ke Moskow juga pernah, meski cuma transit. Benar-benar salju bulan Januari disana, cuma lewat garbarata saja dinginnya masih terasa meski sudah pakai jaket yang tidak terlalu tebal. 

Sudah pernah melakoni jalan darat dari Aceh sampai ke Batu membuat saya menjadi maniak jalan darat sampai sekarang. Nomor satu impian sih tetap, road trip di Amerika. Kebanyakan nonton film mungkin, rasanya seru saja mengunjungi berbagai negara bagian dan ke-khas-annya serta didukung fasilitas jalan yang memadai. Yang menarik lainnya road trip di Inggris, ini juga gara-gara memantau perjalanan darat seorang teman dekat sampai ke Glasgow tempo lalu pas kebetulan sedang tugas disana. Pemandangan Inggris pinggir kota memang juara sih. Yang belakangan sering muncul di IG adalah roadtrip di New Zealand, tapi entah kenapa saya tidak begitu tertarik. Perjalanan kereta api juga menarik, terutama saya ingin merasakan overnight train yang memakai kasur. Soal kereta yang mana, tidak lain dan tidak bukan selain Trans Siberia menjadi urutan pertama saya! Bayangkan, Rusia yang menjadi negara dengan arsitektur dan sejarah favorit saya ditambah dengan perjalanan dari Asia menuju Eropa.

Bucket list yang lain adalah kunjungan ke negara dan tempat wisata yang bagi banyak orang sungguh aneh. Istilahnya anti-mainstream. Misalnya Korea Utara atau negara pecahannya Uni Sovyet. Saya tertarik Korea Utara semenjak baca dan melihat foto dari perjalanan seorang blogger Prancis yang tinggal di Jepang, Jordy meow. Sungguh menarik sepertinya masuk ke negara terisolir dengan gaya kehidupannya yang aneh serta suasana kota yang jadul. Dahulu saat seorang teman bercerita tertarik menjelajahi negara-negara pecahannya Uni Sovyet, tidak pernah terbersit ketertarikan sama sekali di pikiran saya. Tetapi entah mengapa semenjak melihat Opening Asian Games (lah apa hubungannya?) malah jadi sangat tertarik. Arsitektur Eropa yang bercampur dengan Mongol dan Asia ditambah dengan pemandangan Islam yang tidak terlalu ramai dibumbui oleh orang-orang yang berbahasa Rusia.

Belakangan ini saya malah suka kepikiran ingin ke daerah reservasi Suku Indian di Amerika dan mengunjungi kota-kota di sepanjang Sungai Mekong. Entah saya tidak kepikiran atau tidak sempat minta atau tidak ada waktu cukup, ya kenapa dulu saya tidak ke Reservasi Indian padahal menurut google reservasi terdekat hanya memakan 1.5 jam perjalanan darat dari tempat kami tinggal. Padahal waktu saya Texas saya sudah khatam buku Winnetou, sebuah trilogi buku mengenai kehidupan Indian Apache serta orang Eropa kepercayaannya karangan Karl May. Saya tergiur mengunjungi Vietnam sambil wisata sejarah juga gara-gara percakapan random dengan seorang bule Australia di kedai kopi di salah satu pelosok Kota Chiang Mai yang baru saja menyusuri kota-kota disekitar Sungai Mekong bersama anak lelakinya. Ditambah sewaktu saya disana, saya melihat Viet jet baru buka rute penerbangan baru Chiang Mai - Ho Chi Minh dan promo dengan harga 65 ribu rupiah! Jadilah saya susah move on sampai sekarang haha.

3. Menerbitkan Buku


Ketawa aja lah saya sama diri sendiri hehe. Sebenarnya keinginan ini sudah ada dari lama sekali. Baru 2 tahun belakangan saja saya baru kepikiran buku apa. 2 tahun loh dan saya belum melakukan progres apa-apa. Beberapa bulan lalu teman saya menawarkan sebuah kelas dan bimbingan online berbayar sekitar sejuta yang dalam sebulan sudah bisa diterbitkan menjadi buku. Ia berkata beberapa ITBMH sudah ada yang sukses menerbitkan buku dari kelas online itu. Dia yang sebelumnya pernah ikutan mengatakan benar-benar diperas habis tenaga. Eh, sebelum saya mengkonfirmasi dia langsung memberi nomor kontak saya kepada si pemilik  kelas online. Sial haha. Akhir bulan November saya mendapat WA mengenai akan dibukanya kelas baru mulai tanggal 8 Desember. Saya merasa tidak mampu karena sebulan terhitung setelahnya saya banyak keluar kota. Mungkin kalau batch berikutnya sebelum lahiran saya akan ikut. Mulai disiapkan saja bahannya, karena buku yang saya ingin tulis beul-betul membutuhkan riset dan data. Semoga segera terealisasikan ya dengan adanya tenggat waktu.

4. Penggunaan Carseat Masuk Peraturan dan Jadi Pengulas Berpengaruh


Saya sudah banyak melakukan riset mengenai baby gear semenjak hamil hasan. Pada akhirnya saya benar-benar tergugah untuk mendalami keselamatan berkendara pada anak yang menggunakan carseat merupakan salah satu tahapannya. Saya prihatin dengan kultur yang ada di Indonesia serta banyaknya keadaan fatal bagi anak akibat kecelakaan mobil. Beruntung 2 tahun lalu saya menemukan sebuah komunitas yang memiliki kepedulian yang sama. Komunitas Safekids Indonesia (SKI) sudah berafiliasi dengan Safekids Internasional. Bersama SKI kami memiliki mimpi untuk memasukkan penggunaan carseat serta aspek-aspek lainnya kedalam perumusan perundang-undangan keselamatan berkendara. Jalan masih panjang, terapi semoga segera terbuka jalannya.

Karena saya senang melakukan riset dan menulis ulasan, saya benar-benar ingin menjadi pengulas yang diakui. Yang diakui ini konteksnya menjadi narasumber. Saat saya “menjual diri” saya sadar ternyata saya bukan apa-apa dan masih menjadi anak kemarin sore hehe. Tapi tidak masalah, saya juga baru memulainya. Jalan masih panjang, jadi santai saja. 😎

5. Doktoral

Hehehehehehehehehehe



Loh kok ketawa?
Saya pernah menuliskan tentang ini pada blog saya yang berbahasa inggris disini. Berdasarkan di deskripsi atas, ini termasuk keinginan yang ada rejeki ayuk, tidak ada juga tidak masalah. Mengingat saya sudah 3.5 tahun meninggalkam dunia akademisi, mimpi ini menjadi terasa tidak valid lagi. Tapi apa salahnya toh jika masih menginginkannya, lagian juga tidak ngotot harus terkabul. Memang saya merasa menjadi akademisi pada saat itu sangat cocok bagi saya. Saya senang mengajar, saya senang berpikir, dan saya senang menulis. Benar-benar passion saya.

Sekarang keadaan sudah berbeda. Riset saya sudah basi, saya sudah tidak update terhadap perkembangan ilmu, dan saya sudah lama sekali tidak sempat membaca jurnal. Jikalau pun sampai sekolah lagi ya mungkin ambilnya S2 saja lagi.

Akibat Tidak Melek Finansial Selama 4 Tahun

Tidak ada komentar
Bisa saya bilang, mengikuti seminar Family Financial Check up yang diadakan oleh Circle of  Young Mom (COYM) bekerja sama dengan Panin di Bursa Efek Indonesia saat 2 minggu lalu adalah salah satu keputusan terbaik yang saya ambil dalam tahun ini. Pada saat diumumkan tentang acara ini di awal november, saya masih agak tidak tertarik, lagipula pada awal Desember saya sudah tidak ada di Jakarta untuk sementara waktu. 2 minggu sebelum acara  berlangsung, saya memutuskan tidak ikut ke Pemalang bersama suami karena satu dan lain hal. Saya mulai melirik acara tersebut karena merasa saya bisa pada saat tanggal yang ditentukan. Tetapi lagi-lagi saya tidak mencari tahu apakah tempat masih tersedia atau tidak. Seminggu sebelum acara, karena kembali diinfokan perihal acara, mulai muncul rasa ketertarikan dalam diri saya. Lantas saya pun menghubungi narahubung perihal ketersediaan kursi. Ternyata untuk seminar minggu pertama, yakni Financial Check up sudah penuh. Minggu kedua dengan tema investasi masih tersedia. Saya kembali mengurungkan niat karena saya lebih tertarik untuk tema minggu pertama.


Rezeki tidak kemana, 2 hari sebelum acara saya tiba-tiba dihubungi oleh seorang anggota COYM yang menawarkan “kursi”-nya. Sontak sambutan ini saya ambil dengan sigap, kemudian saya hubungi suami untuk minta izin. Acara berlangsung kurang lebih 3 jam. Karena pada minggu sebelumnya Hasan sukses berkelakuan baik saat dititipkan di rumah mertua padahal saya ada acara dari pagi sampai maghrib, saya menjadi sangat percaya diri  menitipkan Hasan kembali. Tentunya setelah izin ke mertua ya. Alhamdulillah izin dari suami pun terbit dan saya pun bisa ikut acara.

Setelah menurunkan Hasan bersama ART di rumah nenek kawasan Kebayoran Baru untuk berikutnya dijemput ke rumah mertua, saya pun langsung meluncur ke BEI. Ini kali keduanya saya mengunjungi BEI. Pertama kali saat SMA untuk kunjungan melihat aktifitas Bursa Efek pada saat mata pelajaran ekonomi. Kami semua menggunakan bus sekolah dan langsung diturunkan di lobi gedung. Namun kali ini saya membawa mobil sendiri. Ternyata jika bukan pegawai tidak bisa parkir di basement BEI, tetapi harus di pakiran Pacific Place yang berada tepat di seberangnya untuk kemudian jalan kaki ke BEI melalui terowongan bawah tanah yang menghubungkannya. Karena saya tidak mengetahui hal ini, saya jadi salah memperkirakan waktu keberangkatan. Ditambah kebingungan memilih jalan masuk BEI yang terlihat lengang pada hari sabtu. Saya baru sampai di tempat pertemuan 9.20, atau telat 20 menit dari jam mulai. Tetapi ternyata mulainya pun lebih telat karena menunggu peserta lain. Beruntungnya saya, benar-benar saat saya sampai, presentasi langsung dimulai.

Acara dimuali dengan perkenalan singkat hadirin dan narasumber, suasana pun perlahan mencair dan tidak kaku. Dijelaskan pula kenapa wanita dalam posisinya di keluarga dibutuhkan untuk melek finansial. Kemudian diadakan poling singkat bersifat langsung mengenai keadaan finansial keluarga masing-masing dengan peserta poling ya peserta seminar itu saja. Pertanyaannya cukup sederhana meliputi berapa tabungan yang ada, apakah uang bulanan ada sisa, minggu ke berapa mulai stres tanggal tua, dan apa yang menyebabkan pengeluaran bisa bocor. Sesi ini cukup menyenangkan, kaget karena ternyata banyak yang senasib dengan saya dan menjadi sarana renungan diri akan apa yang telah kita perbuat terhadap keuangan keluarga kita sendiri. Kemudian dijelaskan secara simgkat mengenai piramida pengeluaran dan tips mengendalikan kebocoran keuangan. Kita juga diajari simulasi bikin portofolio keuangan sendiri, mengenai rincian seluruh aset dan investasi, serta perhitungan bagaimana bisa mendapatkan keuangan sehat.

Di akhir sesi, tiap peserta juga diberi formulir yang terdiri dari 3 lembar yang berisi kolom aset, hutang dan investasi kita. Kita diberi PR untuk mengisi dan berdiskusi dengan pasangan mengenai formulir itu dengan tenggat paling lama senin sudah dikirim balik via WhatsApp. Pihak Panin menawarkan untuk memberikan konsultasi finansial GRATIS. Sebenarnya i i kesempatan yang bagus banget karena harga perencana finansial di luaran sana mahal sekali. You can check :).

Hari  itu membuat saya berpikir keras tentang kesia-siaan yang sudah saya lakukan selama 4 tahun belakang. Meski keuangan keluarga kami belum stabil karena keadaan suami yang masih sekolah, keadaan saya yang memiliki tabungan dengan jumlah yang lumayan serta akses bebas untuk mengaksesnyamembuat saya memiliki persepsi “ya, saya punya uang kok” untuk setiap nafsu membeli di tiap bulannya. Apalagi saya sempat bekerja dengan meski gaji tidak banyak. Saya dengan mudahnya termakan bisikan konsumtif apalagi tiap ada diskon di akhir bulan. “Ah ambil dulu dari tabungan, bulan depan diganti”. Terus saja seperti itu membentuk iterasi sampai tahu-tahu dalam 4 tahun saya sudah menghabiskan 40 juta hanyak untuk memfasilitasi tipuan “punya uang” ini.  Bahkan, saya juga pernah terjebak pada fenomena FOMO, atau takut saya ketinggalan tren. Benar-benar titik terbodoh saya. Untung hanya memakan waktu 3-4 bulan meski ternyata sudah memakan banyak sekali tabungan saya.

Saya mulai sadar saat tabungan saya menipis. Disitu saya mulai berpikir, tidak bisa seperti ini terus. Tidak boleh meminjam semu uang tabungan terus tanpa ada fakta dikembalikan di bulan berikutnya. Nanti kalau saya butuh dana darurat bagaimana? Harus kemana saya dapatkan? Titik penyadaran berikutnya pada saat saya mulai merasa keberatan dalam membayar sisa pelunasan barang yang bersifat Preorder. Padahal saya belanja tidak banyak, hanya 2-3 barang mungkinf. Tetapi tetap saya merasa berat melunasinya meski saya tidak pernah mengutang dan mengundur-undur pelunasan.

Mungkin ini ya rasanya punya kartu kredit. Membeli terus tanpa tahu keadaan keuangan. Membeli terus tanpa tahu sudah berapa calon yang harus kita lunasi. Mulai detik itu saya sadar, jika saya melakukan preorder maka saat itu pula saya melunasinya. Saya tidak ingin kembali merasakan saat tanggal gajian, uang saya langsung berasa habis buat membayar semua tagihan dan pelunasan. Tidak, tidak akan lagi.

Ternyata selama 4 tahun ini saya melakukan gaya hidup diatas kemampuan saya.

Padahal, saya sudah merasa cukup hemat. Belanja barang pikir-pikir, tidak nongkrong-nongkrong di luar, kalau jalan berdua hanya bersama Hasan saya memutuskan makan siang di rumah demi penghematan, tidak dengan mudahnya jajan, dan tidak dengan mudahnya melakukan Go Food yang disinyalir banyak orang sebagai sumber latte factor.

Deal with it, your living standard supposed to be lower than that.

40 juta mungkin tidak akan kembali, ternyata pelajaran yang bisa saya petik sangat mahal harganya. Tidak mengapa, harta dunia itu hak preoregatif Allah, yang harus saya sesali mungkin jika dahulu jika minim bersedekah dan berinfaq. Saya pun sedang di jalan memperbaiki finansial keluarga baik dengan cara menabung dan berikhtiar mencari sumber pemasukan lain.

Mengenai mengap pada akhirnya saya tidak menggirim portofolio ke narasumbee, saya berpikir belum saatnya, karena keadaan sekarang masih ambigu karena finansial yang belum stabil itu. Yah, mungkin kalau ada acara semacam itu 2 tahun mendatang baru saya kirim portofolio keluarga ☺️.

Oh ya, satu lagi kenapa saya bersyukur mengikuti acara Financial Check up, akhirnya saya bisa kopi darat dengan beberapa anggota COYM yang wow, luar biasa ramahnya. Saya menjadi cukup bersyukur menjadi salah satu bagiannya. 😊


Menjadi Idealis: Blogger Paruh Waktu

Tidak ada komentar
Apa motivasimu menulis blog?

Dari awal, saya sudah meniatkan diri untuk menulis blog dengan tujuan bersenang-senang saja. Bahkan, saya suka julid dan mengernyitkan dahi melihat fenomena banyak orang yang menulis blog dengan tujuan utama mengejar “angka”. Sebenarnya tidak salah sih, hanya hal seperti itu sangat tidak cocok bagi saya. Suka terbersit juga di pikiran saya untuk menambah sedikit uang saku melalui semacam lomba blog. Tetapi lagi-lagi, berangkat dari sifat idealis, saya hanya akan menulis blog dengan tema yang saya sukai. Ketimbang ikut lomba blog dengan tema kurang menarik dan katakanlah, hadiahnya menggiurkan.


Boleh dicek kalau ada yang iseng, berapa nilai DA saya hehe. Nilai DA bukan motivasi saya menulis blog. Motivasi saya lebih ke aktualisasi diri dan menuangkn isi kepala yang “ribut”. Hal yang harus saya tingkatkan adalah terus memperbaiki teknik penulisan saya serta merutinkan menulis blog. 

Saya sempat pernah menjadi akademisi. Disana saya bisa berkembang dengan memakai prinsip “saya suka, maka saya lakukan. Orang akan memandang dari kualitas dan kecintaan terhadap passion saya”. Saya senang menulis. Saya senang berpikir. Maka jadilah saya yang rajin menulis jurnal dan mempublikasikannya di berbagai seminar. Saya banyak mendapatkan kesan dan rekomendasi bagus dari dosen-dosen saya. Mantan bos saya di suatu universitas negeri juga ternyata mempekerjakan saya karena ia senang dengan saya yang idealis dan memiliki passion untuk terus belajar, padahal bidang kami jauh berlainan. Orang mengenal saya dari pembuktian yang berasal dari kesenangan saya.

Tapi hal itu tidak berlaku di dunia sosial media. Kamu akan dibeli jika “angka” kamu tinggi. Kalau tidak, ya nasibnya sama seperti saya hehe. Saya memiliki proyek setengah serius berupa membuat kurasi tulisan mengenai aman berkendara bersama anak serta ulasan-ulasan carseat. Karena kurang termotivasi dan tidak adanya tenggat waktu, praktis blog ulasan saya terbengkalai dengam sedemikiannya. Saya juga sering terganggu dengan postingan merk-merk carseat di Instagram dan banyak sekali yang mengepos tulisan atau gambar tentang konsep penggunaan carseat gang salah. Saya hubungi via jaringan privat untuk koreksi. Sebagian merespon, sebagian tidak. Akhirnya saya mulai menawarkan untuk menjadi semacam “penasehat” ataupun sebagai pengulas barang mereka. Tentu saya saya menawarkan dengan sangat murah. Istilahnya saya tidak harus tampil. Tapi lagi-lagi dapat ditebak, tawaran saya tidak ada yang disambut hehe.

Inilah resiko menjadi idealis, terutama menjadi idealis di sosial media. Memang saya tidak tersinggung, terapi kesal saja rasanya. Menjadi ibu rumah tangga yang harus mengurus anak membuat waktu berpikir saya menjadi lebih sedikit. Waktu senggang hanya saat anak tidur siang dan malam. Terapi harusnya itu tidak bisa dijadikan dalih. Jika memang senang, saya harus lakukan di waktu saya yang sempit. Lebih memotivasi diri, merutinkan menulis, membuat tenggat waktu, dan memperbaiki teknik penulisan saya kira merupakan suatu langkah menaikkan “angka” saya tanpa harus mengorbankan idealis saya.

Dan yang paling penting, BERSENANG-SENANG 

Memasak Menyenangkan kalau...

Tidak ada komentar
Sejujurnya saya tidak bisa memasak sampai setelah menikah. Tinggal bersama dengan orangtua sampai SMA dan tinggal bersama tante di rumah Bandung, praktis membuat saya tidak menyentuh dapur kecuali memasak kue. Padahal, saya sempat tinggal di kosan selama 8 bulan di awal masa perkuliahan saya. Bahkan kamar-nya pun terletak tepat disamping dapur. Tidak ada hal lain yang saya lakukan di dapur selain menyimpan makanan di kulkas, memanaskannya, memasak telor atau indomie, dan mencuci piring.


Saya baru bisa memasak setelah saya nikah karena dituntut untuk bisa memasak. Sebenarnya bukan dituntut sih, tapi saya jadi merasa lebih bertanggung jawab menyediakan makanan untuk keluarga. Katering dan jajan makanan di luar terus-terusan rasanya sangat tidak berfaedah karena adanya hanya pemborosan semata. Akhirnya saya mulai mencari tahu resep makanan yang sederhana via internet. Setelah beberapa kali mencari dan mendapatkan logika memasak makanan ala Indonesia barulah saya menyadari kalau ternyata sederhana sekali konsepnya. Masakan Indonesia memiliki unsur utama tumisan bawang. Mulai dari masakan sederhana sampai yang tersulit bampir semua ada unsur menumis bawang, baik dalam bentuk cincangan atau halus. Sisanya ya tinggal komponen bumbu lain yang menyesuaikan.

Sebagai contoh, untuk menumis sayur cukup memumis perbawangan dan kemudian memasukkan sayuran yang sudah dicuci dan dipetik. Untuk opor, giling bumbu halus yang tentunya ada unsur bawang bersama bahan-bahan lain, kemudian tumis dengan dedaunan semacam sereh dan daun jeruk.  Masukkan ayam lalu ungkep. Masakan lain juga kurang lebih seperti itu, hanya kejelian kita mengatur racikan bumbu dengan jenis dan takaran yang pas.

Bersyukur, tampaknya saya menyadari bahwa indera perasa saya lumayan sensitif meski tidak terasah. Terkadang, saya bisa menebak bumbu apa saja yang digunakan pada suatu makanan. Saat saya mencoba mencari resep makanan yang hendak akan saya coba biasanya saya membaca singkat hanya untuk mendapatkan bumbu apa saja yang digunakan, komposisi kuantitasnya serta trik khusus jika tercantum. Kemudian saya menerka-nerka jumlah bumbu yang digunakan. Alhamdulillah sejauh ini hasilnya sukses.

Namun, saya sangat tidak suka memasak makanan yang meski cara masak dan bumbunya amat sederhana, tetapi yang disiapkan teramat banyak. Contohnya Selat Solo. Padahal, bumbunya hanya merica, garam, gula, ketumbar, kecap dan kaldu. Tapi, yang disiapkam meliputi telor pindang yang sebelumnya juga direbus dahulu, daging galantin, rebusan sayur, kentang san mustard jawa. Saya merasa tidak beres-beres menyiapkannya saat dulu memasaknya. Sebenarnya saya sudah kebayang bakalan repot, tetapi berhubung saya sedang “ngidam”, akhirnya saya terpaksa membuatnya.

Memasak itu menyenangkan, satu-satunya yang tidak menyenangkan adalah mencuci piring. Entah kenapa, meski masakan yang saya masak sederhana seperti tumis sayuran dan ikan goreng, pasti hasil cucian piringnya segambreng. Apalagi kalau saya masak makanan yang banyak persiapannya semacam selat Solo, wah, lenih-lebih lagi cucian piringnya. Oleh karena itu, apabila kami sedang yidak ada asisten rumah tangga, saya dan suami berbagi tugas, saya memasak dan suami mencuci piring. Alhamdulillah saat suami mampu ia sangat menyamggupinya. Suami saya juga tipe yang bisa mengerjakan pekerjaan rumah dan rapi pula.

Weekday, Family Day

1 komentar
Bukan seorang ibu bekerja, kadang-kadang orang melihat tidak ada perbedaan aktivitas signifikan antara hari kerja dan akhir pekan. Tetapi bagi saya, ada beberapa perbedaan apalagi jika suami sedang tidak bertugas ke luar kota. Suami yang terbiasa berangkat pagi dan biasanya pulang setelah matahari tenggelam, praktis waktunya untuk berbagi untuk saya dan Hasan hanya setelah itu. Sehari-hari di rumah ada asisten rumah tangga yang membantu pekerjaan rumah tangga.